Pemijahan
Pemijahan teripang dapat dilakukan dengan beberapa cara : secara alami, dengan pembedahan, perangsangan kejut suhu, dan perang sarigan desikasi dan penyemprotan air.
Pemijahan alami
|
Sumber Gambar news.mongabay.com |
Induk teripang yang matang gonad penuh yang dipelihara di bak pemijahan biasanya akan memijah secara alami tanpa adanya. Teripang jantan biasanya akan mengeluarkan sperma terlebih dahulu, lalu merangsang betina untuk memijah dengan selang waktu kurang lebih 30 menit.Pemijahan dengan pembedahan
Metode pembedahan dilakukan dengan cara membelah teripang pada bagian bawah tubuh dari anus menuju ke atas. Dalam pembelahan gonad ini apabila didapatkan kantong telur, berarti teripang tersebut betina. Kantong telur kemudian ditoreh dengan gunting dan telur dimasukkan ke tempat pemijahan yang berisi air laut bersih. Jika yang ditemukan testis, maka teripang tersebut jantan. Gonad jantan (testis) juga dipotong menjadi beberapa bagian sehingga sperma keluar dan ditampung di dalam wadah lain yang berisi air laut. Kemudian telur dan sperma dicampur menjadi satu dan diaduk perlahan-lahan,
Teripang sedang memijah biasanya tubuh menggeliat dan muncul di permukaan lalu didiamkan sehingga terjadi pembuahan. Telur yang terbuahi dipanen dengan saringan dan dipindahkan ke tempat pemeliharaan larva.
Pemijahan dengan perangsangan kejut suhu
Metode ini dilakukan dengan cara peningkatan suhu air. Suhu air yang digunakan dalam pemijahan dapat dinaikkan dengan cara bak air dijemur di terik matahari, air direbus, atau dengan alat pemanas elektrik. Pemanasan dilakukan hingga suhu air mencapai 3 - 4°C lebih tinggi dari suhu awal. Di Indonesia yang iklimnya tidak banyak berubah (terutama di musim kemarau), penjemuran dengan sinar matahari merupakan alternatif terbaik dalam pemijahan ini. Pemijahan juga terjadi pada induk yang diperlakukan dengan suhu 37°C. Teripang yang memijah segera diambil dan dipindah ke tempat lain yang berisi air laut bersih untuk melanjutkan pemijahan di tempat tersebut. Pemijahan terjadi secara terus menerus selama 15 - 20 menit. Adanya sperma yang keluar merangsang induk betina untuk mengeluarkan sel telurnya.
Telur teripang setelah dibuahi akan mengendap didasar bak.
Larva teripang stadium auricularia bersifat planktonis yaitu hidupnya melayang-layang di air.
Perkembangan dan pemeliharaan larva
Telur teripang berbentuk bulat dan berwarna putih. Ukuran telur bervariasi antara 160 - 180 mikron. Jumlah telur yang dikeluarkan oleh seekor induk betina berkisar antara 4 – 5 juta butir. Telur yang telah dibuahi akan mengendap di dasar bak atau di perairan habitatnya. Sedangkan telur yang tidak dibuahi akan melayang dekat permukaan air.
Kualitas telur terbuahi yang baik umumnya akan menghasilkan larva dengan persentase hidup yang tinggi. Oleh sebab itu, seleksi telur yang baik dan penanganan segera setelah telur dibuahi sangat penting diperhatikan.
Larva teripang stadium pentacula mempunyai tentakel dan kaki tabung.
Beberapa waktu setelah dibuahi, telur mengalami perkembangan embrional menjadi 2, 4, 8, 16 sel, dan seterusnya sehingga membentuk banyak sel. Ukuran rata-rata sel tersebut sekitar 194 mikron. Selang 10 - 12 jam kemudian akan membentuk stadium blastula yang rata-rata berukuran 380,01 mikron. Selanjutnya berkembang menjadi stadium gastrula yang berukuran antara 390,50 - 402,35 mikron. Setelah lebih dari 32 jam, telur akan menetas menjadi larva dan membentuk stadium auricularia yang terbagi menjadi stadium awal, tengah, dan akhir. Ukuran larva teripang pada stadium ini rata-rata antara 812,50 -987,10 mikron. Pada stadium ini larva mulai diberi pakan plankton jenis Dunaliella sp, Phaeodactylum sp, dan Chaeoceros sp sebanyak 40 - 60 x 103 sel/ml. Selama stadium auricularia awal sampai menjelang stadium auricularia akhir, larva lebih banyak hidup di permukaan air. Kepadatan larva yang dikehendaki selama stadium ini kira-kira 300 – 700 ekor per liter. Jika kepadatan terlalu tinggi, larva akan bergerombol menjadi satu, berbentuk seperti bola, dan berada di dasar bak. Bila dibiarkan, larva ini akan mati.
Sepuluh hari kemudian, larva berkembang membentuk stadium doliolaria Pada stadium ini larva berbentuk lup, mempunyai lima sabuk dan dua tentakel yang menjulur ke luar. Larva dengan ukuran antara 614,78 - 645,70 mikron ini dapat bergerak cepat ke depan. Badan bagian belakang berbentuk cincin datar. Pada setiap sudut terdapat lima kelompok silia (bulu getar). Stadium auricularia dan doliolaria bersifat planktonis, yaitu hidupa. melayang-layang di air. Selang tiga belas hari kemudian doliolaria berubah ke stadium pentactula. Larva berwama cokelat kekuningan dengan panjang antara 1.000 - 1.200 mikron. Badan berbentuk tubuler dengan lima buah tentakel pada pangkal bagian depan dan sebuah kaki tabung pendek pada pangkal belakang. Kurang lebih delapan belas hari, kaki tabung dan tentakel terlihat lebih jelas dan terdapat bintil-bintil di permukaan kulitnya. Larva pada stadium pentactula mempunyai kebiasaan berada di pinggiran bak bagian bawah dan sedikit menyukai di bawah permukaan air. Salinitas selama pemeliharaan diusahakan antara 32 - 34 per mil dan suhu antara 27 - 29°C. Segera setelah larva berada di dasar bak, diberi makanan berupa suspensi mmput laut jenis Ulva dan Sargassum.
Pemeliharaan juvenile
Pada stadium doliolaria, harus disiapkan kolektor (tempat untuk menempel). Pada lokasi atau tempat pemeliharaan yang berbeda, jenis kolektornya pun berbeda pula, tergantung dari jenis bahan yang tersedia di lokasi setempat. Beberapa jenis kolektor antara lain sebagai berikut :
a. Kerangka dari bahan plastik yang keras dengan ukuran sekitar (60 X 10 X 80) cm, dan di bagian tengah, dijahitkan kain atau plastik transparan.
b. Kerangka dari kawat berlapis plastik (kawat no. 8 - 10) yang berbentuk segi empat, dan di bagian tengahnya dipasang lembaran plastik kaca atau bahan lain.
c. Kerangka dari kayu atau bambu berbentuk segi empat, dan dll bagian tengahnya dipasang lembaran kain, jaring plastik, atau bahan lain.
d. Batu atau batu karang berbagai ukuran yang diletakkan di dasar bak.
Kolektor tersebut ditempatkan di dalam bak pemeliharaan. Pada prinsipnya kolektor harus mempunyai persyaratan sebagai berikut :
a. Tidak beracun dan tidak menyerap banyak air.
b. Mudah pengaturan dan pengamatannya (juvenil yang menempel mudah diamati).
c. Mampu ditempeli secara maksimal dan merata di seluruh bidang kolektor.
d. Bahan mudah diperoleh dan tidak mahal.
Sebaiknya kolektor yang dipasang telah ditempeli diatomae (lumut) sehingga pada saat juvenil menempel, pakan yang dibutuhkan telah tersedia. Juvenil biasanya hanya dapat bergerak-gerak lemah setelah mengalami metamorfosis penuh. Sehingga jika pakan yang dibutuhkan tidak tersedia dengan tepat, akan menyebabkan kematian. Pada saat juvenil mencapai ukuran 2 - 5 mm, diberi pakan dua kali sehari. Jumlah ini terns ditingkatkan seiring dengan laju pertumbuhannya. Lima belas hari setelah menempel pada kolektor, juvenil dapat dilihat dengan mata dan dapat dihitung. Kepadatan yang baik antara 5 – 10 ekor tiap kolektor, atau kepadatan optimum dalam satu bak pemeliharaan adalah 200 - 500 ekor/m2. Cara ini dilakukan terus menerus sampai benih tersebut berusia 1,5 – 2 bulan. Pada saat tersebut ukuran benih teripang antara 1,5 - 2 cm.
Sumber :