Analisis Usaha dan Budidaya Ikan Nila

<div>Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan</div><div>pipih kesamping dan warna putih kehitaman.</div><div>Terdapat 3 jenis nila yang dikenal, yaitu: nila biasa, nila merah (nirah) dan nila albino.</div><div>Persyaratan lokasi yang baik untuk Ikan Nila:</div><div>1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak<br />berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor<br />sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.</div><div><div>2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk</div><div>memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.</div><div>3. Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).</div><div>4. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak</div><div>tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang</div><div>disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila</div><div>kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna</div><div>hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae.</div><div>Sedangkan plankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan</div><div>air karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yang disebut</div><div>piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik</div><div>antara 20-35 cm.</div></div><div><div>5. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih,</div><div>karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di air arus deras.</div><div>6. Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5. Sedangkan</div><div>keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8.</div><div>7. Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30 oC.</div><div>9. Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.</div></div><div><br /></div><div><br /><a name='more'></a><br /></div><div><br /></div><div><div>PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA</div><div><br /></div><div>Penyiapan Sarana dan Peralatan</div><div><br /></div><div>1) Kolam</div><div><br /></div><div>Sarana berupa kolam yang perlu disediakan dalam usaha budidaya ikan nila tergantung dari</div><div><br /></div><div>sistim pemeliharaannya (sistim 1 kolam, 2 kolam dlsb).</div><div><br /></div><div>Adapun jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan nila antara lain:</div><div><br /></div><div>a) Kolam pemeliharaan induk/kolam pemijahan</div><div><br /></div><div>Kolam ini berfungsi sebagai kolam pemijahan, kolam sebaiknya berupa kolam tanah</div><div><br /></div><div>yang luasnya 50-100 meter persegi dan kepadatan kolam induk hanya 2 ekor/m2.</div><div><br /></div><div>Adapun syarat kolam pemijahan adalah suhu air berkisar antara 20-22 oC; kedalaman air</div><div><br /></div><div>40-60 cm; dasar kolam sebaiknya berpasir.</div><div><br /></div><div>b) Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan</div><div><br /></div><div>Luas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam antara 30-50</div><div><br /></div><div>cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama pemeliharaan di dalam kolam</div><div><br /></div><div>pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.</div></div><div><br /></div><div><div>c) Kolam pembesaran</div><div><br /></div><div>Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan membesarkan</div><div><br /></div><div>benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam pemeliharaan ini diperlukan</div><div><br /></div><div>beberapa kolam pembesaran, yaitu:</div><div><br /></div><div>1. Kolam pembesaran tahap I berfungsi untuk memelihara benih ikan selepas dari</div><div><br /></div><div>kolam pendederan. Kolam ini sebaiknya berjumlah antara 2-4 buah dengan luas</div><div><br /></div><div>maksimum 250-500 meter persegi/kolam. Pembesaran tahap I ini tidak dianjurkan</div><div><br /></div><div>memakai kolam semen, sebab benih ukuran ini memerlukan ruang yang luas.</div><div><br /></div><div>Setelah benih menjadi gelondongan kecil maka benih memasuki pembesaran tahap</div><div><br /></div><div>kedua atau langsung dijual kepada pera petani.</div><div><br /></div><div>2. Kolam pembesaran tahap II berfungsi untuk memelihara benih gelondongan besar.</div><div><br /></div><div>Kolam dapat berupa kolam tanah atau sawah. Keramba apung juga dapat digunakan</div><div><br /></div><div>dengan mata jaring 1,25–1,5 cm. Jumlah penebaran pembesaran tahap II sebaiknya</div><div><br /></div><div>tidak lebih dari 10 ekor/meter persegi.</div><div><br /></div><div>3. Pembesaran tahap III berfungsi untuk membesarkan benih. Diperlukan kolam tanah</div><div><br /></div><div>antara 80-100 cm dengan luas 500-2.000 meter persegi.</div><div><br /></div><div>d) Kolam/tempat pemberokan</div><div><br /></div><div>Pembesaran ikan nila dapat pula dilakukan di jaring apung, berupa Hapa berukuran 1 x</div><div><br /></div><div>2 m sampai 2 x 3 m dengan kedalaman 75-100 cm. Ukuran hapa dapat disesuaikan</div><div><br /></div><div>dengan kedalaman kolam. Selain itu sawah yang sedang diberokan dapat</div><div><br /></div><div>dipergunakan pula untuk pemijahan dan pemeliharaan benih ikan nila. Sebelum</div><div><br /></div><div>digunakan petak sawah diperdalam dahulu agar dapat menampung air sedalam 50-60</div><div><br /></div><div>cm, dibuat parit selebar 1- 1,5 m dengan kedalaman 60-75 cm.</div><div><br /></div><div>2) Peralatan</div><div><br /></div><div>Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan nila diantaranya adalah:</div><div><br /></div><div>jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk</div><div><br /></div><div>maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil</div><div><br /></div><div>(gram) dan besar (kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk</div><div><br /></div><div>mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk</div><div><br /></div><div>memanen/menangkap ikan nila antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan</div><div><br /></div><div>panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat</div><div><br /></div><div>menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan</div><div><br /></div><div>jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari</div><div><br /></div><div>kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk</div><div><br /></div><div>penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk</div><div><br /></div><div>pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco</div><div><br /></div><div><br /></div><div>(untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi),</div><div><br /></div><div>scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser</div><div><br /></div><div>(gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk</div><div><br /></div><div>menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).</div><div><br /></div><div>3) Persiapan Media</div><div><br /></div><div>Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk</div><div><br /></div><div>pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam</div><div><br /></div><div>menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah pengeringan kolam</div><div><br /></div><div>selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-</div><div><br /></div><div>ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi, diberi pemupukan berupa pupuk buatan,</div><div><br /></div><div>yaitu urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga</div><div><br /></div><div>ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15</div><div><br /></div><div>gram dan 10 gram/meter persegi.</div><div><br /></div><div>6.2. Pembibitan</div><div><br /></div><div>1) Pemilihan Bibit dan Induk</div><div><br /></div><div>Ciri-ciri induk bibit nila yang unggul adalah sebagai berikut:</div><div><br /></div><div>a) Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kwalitas yang tinggi.</div><div><br /></div><div>b) Pertumbuhannya sangat cepat.</div><div><br /></div><div>c) Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.</div><div><br /></div><div>d) Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.</div><div><br /></div><div>e) Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.</div><div><br /></div><div>f ) Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih per ekor dan berumur</div><div><br /></div><div>sekitar 4-5 bulan.</div><div><br /></div><div>Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:</div><div><br /></div><div>a) Betina</div><div><br /></div><div>1. Terdapat 3 buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur, lubang pengeluaran telur dan</div><div><br /></div><div>lubang urine.</div><div><br /></div><div>2. Ujung sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas.</div><div><br /></div><div>3. Warna perut lebih putih.</div><div><br /></div><div>4. Warna dagu putih.</div><div><br /></div><div>5. Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.</div><div><br /></div><div>b) Jantan</div><div><br /></div><div>1. Pada alat urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan lubang sperma merangkap</div><div><br /></div><div>lubang urine.</div><div><br /></div><div>2. Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas.</div><div><br /></div><div>3. Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman.</div><div><br /></div><div>4. Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan.</div><div><br /></div><div>5. Jika perut distriping mengeluarkan cairan.</div><div><br /></div><div>Ikan nila sangat mudah kawin silang dan bertelur secara liar. Akibatnya, kepadatan kolam</div><div><br /></div><div>meningkat. Disamping itu, ikan nila yang sedang beranak lambat pertumbuhan sehingga</div><div><br /></div><div>diperlukan waktu yang lebih lama agar dicapai ukuran untuk dikonsumsi yang diharapkan.</div><div><br /></div><div>Untuk mengatasi kekurangan ikan nila di atas, maka dikembang metode kultur tunggal</div><div><br /></div><div>kelamin (monoseks). Dalam metode ini benih jantan saja yang dipelihara karena ikan nila</div><div><br /></div><div>jantan yang tumbuh lebih cepat dan ikan nila betina. Ada empat cara untuk memproduksi</div><div><br /></div><div>benih ikan nila jantan yaitu:</div><div><br /></div><div>a) Secara manual (dipilih)</div><div><br /></div><div>b) Sistem hibridisasi antarjenis tertentu</div><div><br /></div><div>c) Merangsang perubahan seks dengan hormon</div><div><br /></div><div>d) Teknik penggunaan hormon seks jantan ada dua cara.</div><div><br /></div><div>1. Perendaman</div><div><br /></div><div>2. Perlakuan hormon melalui pakan</div><div><br /></div><div>2) Pembenihan dan Pemeliharaan Benih</div><div><br /></div><div>Pada usaha pembenihan, kegiatan yang dilakukan adalah :</div><div><br /></div><div>a) Memelihara dan memijahkan induk ikan untuk menghasilkan burayak (anak ikan).</div><div><br /></div><div>b) Memelihara burayak (mendeder) untuk menghasilkan benih ikan yang lebih besar.</div><div><br /></div><div>Usaha pembenihan biasanya menghasilkan benih yang berbeda-beda ukurannya. Hal ini</div><div><br /></div><div>berkaitan dengan lamanya pemeliharaan benih. Benih ikan nila yang baru lepas dan mulut</div><div><br /></div><div>induknya disebut "benih kebul". Benih yang berumur 2-3 minggu setelah menetas disebut</div><div><br /></div><div>benih kecil, yang disebut juga putihan (Jawa Barat). Ukurannya 3-5 cm. Selanjutnya benih</div><div><br /></div><div>kecil dipelihara di kolam lain atau di sawah. Setelah dipelihara selama 3-1 minggu akan</div><div><br /></div><div>dihasilkan benih berukuran 6 cm dengan berat 8-10 gram/ekor. Benih ini disebut</div><div><br /></div><div>gelondongan kecil. Benih nila merah. Berumur 2-3 minggu, ukurannya ± 5 cm. Gelondongan</div><div><br /></div><div>kecil dipelihara di tempat lain lagi selama 1-1,5 bulan. Pada umur ini panjang benih telah</div><div><br /></div><div>mencapai 10-12 cm dengan berat 15-20 gram. Benih ini disebut gelondongan besar.</div><div><br /></div><div>6.3. Pemeliharaan Pembesaran</div><div><br /></div><div>Dua minggu sebelum dan dipergunakan kolam harus dipersiapkan. Dasar kolam</div><div><br /></div><div>dikeringkan, dijemur beberapa hari, dibersihkan dari rerumputan dan dicangkul sambil</div><div><br /></div><div>diratakan. Tanggul dan pintu air diperbaiki jangan sampai teriadi kebocoran. Saluran air</div><div><br /></div><div>diperbaiki agar jalan air lancar. Dipasang saringan pada pintu pemasukan maupun</div><div><br /></div><div>pengeluaran air. Tanah dasar dikapur untuk memperbaiki pH tanah dan memberantas</div><div><br /></div><div>hamanya. Untuk mi dipergunakan kapur tohor sebanyak 100-300 kg/ha (bila dipakai kapur</div><div><br /></div><div>panas, Ca 0). Kalau dipakai kapur pertanian dosisnya 500-1.000 kg/ha. Pupuk kandang</div><div><br /></div><div>ditabur dan diaduk dengan tanah dasar kolam. Dapat juga pupuk kandang dionggokkan di</div><div><br /></div><div>depan pintu air pemasukan agar bila diairi dapat tersebar merata. Dosis pupuk kandang 1-2</div><div><br /></div><div>ton/ha. Setelah semuanya siap, kolam diairi. Mula-mula sedalam 5-10 cm dan dibiarkan 2-3</div><div><br /></div><div>hari agar teriadi mineralisasi tanah dasar kolam.Lalu tambahkan air lagi sampai kedalaman</div><div><br /></div><div>80- 100 cm. Kini kolam siap untuk ditebari induk ikan.</div><div><br /></div><div>1) Pemupukan</div><div><br /></div><div>Pemupukan dengan jenis pupuk organik, anorganik (Urea dan TSP), serta kapur. Cara</div><div><br /></div><div>pemupukan dan dosis yang diterapkan sesuai dengan standar yang ditentukan oleh</div><div><br /></div><div>dinas perikanan daerah setempat, sesuai dengan tingkat kesuburan di tiap daerah.</div><div><br /></div><div>Beberapa hari sebelum penebaran benih ikan, kolam harus dipersiapkan dahulu.</div><div><br /></div><div>Pematang dan pintu air kolam diperbaiki, kemudian dasar kolam dicangkul dan</div><div><br /></div><div>diratakan. Setelah itu, dasar kolam ditaburi kapur sebanyak 100-150 kg/ha. Pengapuran</div><div><br /></div><div>berfungsi untuk menaikkan nilai pH kolam menjadi 7,0-8,0 dan juga dapat mencegah</div><div><br /></div><div>serangan penyakit. Selanjutnya kolam diberi pupuk kandang sebanyak 300-1.000 kg/ha.</div><div><br /></div><div>Kemudian semprotkan Migro Tambak (campur air secukupnya) dengan dosis</div><div><br /></div><div>20ml/100m2, biarkan selama 1 hari.</div><div><br /></div><div>Pupuk Urea dan TSP juga diberikan sebanyak 50 kg/ha. Urea dan TSP diberikan</div><div><br /></div><div>dengan dicampur terlebih dahulu dan ditebarkan merata di dasar kolam.</div><div><br /></div><div>Kemudian masukan air dengan ketinggian 5 – 10 cm. Setelah 7 hari kemudian, air</div><div><br /></div><div>ditinggikan sekitar 60 cm, berikan kembali Migro Tambak dengan dosis 0,02 ppm</div><div><br /></div><div>(20 ml/100m2), campur dengan air secukupnya Kemudian tebar merata pada</div><div><br /></div><div>permukaan kolam. Setelah sehari semalam, air kolam tersebut ditebari benih ikan.</div><div><br /></div><div>Pada saat itu fitoplankton mulai tumbuh yang ditandai dengan perubahan warna air</div><div><br /></div><div>kolam menjadi kuning kehijauan. Di dasar kolam juga mulai banyak terdapat organisme</div><div><br /></div><div>renik yang berupa kutu air, jentik-jentik serangga, cacing, anak-anak siput dan</div><div><br /></div><div>sebagainya. Selama pemeliharaan ikan, air kolam diatur sedalam 75-100 cm. Pemberian</div><div><br /></div><div>Migro Tambak susulan harus dilakukan 2 minggu sekali, yaitu pada saat makanan alami</div><div><br /></div><div>sudah mulai habis dan kualitas air menurun. Berikan Migro Tambak secara merata pada</div><div><br /></div><div>permukaan air tambak/kolam sebanyak 0,02 ppm (2 liter per hektar). Adapun frekuensi</div><div><br /></div><div>pemberiannya setiap 2 (dua) minggu sekali. Pemberian Migro Tambak saat</div><div><br /></div><div>pemeliharaan bertujuan untuk memacu tumbuhnya plankton sebagai pakan alami.</div><div><br /></div><div>2) Pemberian Pakan</div><div><br /></div><div>Pemupukan kolam telah merangsang tumbuhnya fitoplankton, zooplankton, maupun</div><div><br /></div><div>binatang yang hidup di dasar, seperti cacing, siput, jentik-jentik nyamuk dan chironomus</div><div><br /></div><div>(cuk). Semua itu dapat menjadi makanan ikan nila. Namun, induk ikan nila juga masih perlu</div><div><br /></div><div>pakan tambahan berupa pelet yang mengandung protein 30-40% dengan kandungan lemak</div><div><br /></div><div>tidak lebih dan 3%. Pembentukan telur pada ikan memerlukan bahan protein yang cukup di</div><div><br /></div><div>dalam pakannya. Perlu pula ditambahkan vitamin E dan C yang berasal dan taoge dan</div><div><br /></div><div>daun-daunan/sayuran yang duris-iris. Boleh juga diberi makan tumbuhan air seperti</div><div><br /></div><div>ganggeng (Hydrilla). Banyaknya pelet sebagai pakan induk kira-kira 3% berat biomassa per</div><div><br /></div><div>han. Agar diketahui berat bio massa maka diambil sampel 10 ekor ikan, ditimbang, dan</div><div><br /></div><div>dirata-ratakan beratnya. Berat rata-rata yang diperoleh dikalikan dengan jumlah seluruh ikan</div><div><br /></div><div>di dalam kolam. Misal, berat rata-rata ikan 220 gram, jumlah ikan 90 ekor maka berat</div><div><br /></div><div>biomassa 220 x 90 = 19.800 g. Jumlah ransum per han 3% x 19.800 gram = 594 gram.</div><div><br /></div><div>Ransum ini diberikan 2-3 kali sehari. Bahan pakan yang banyak mengandung lemak seperti</div><div><br /></div><div>bungkil kacang dan bungkil kelapa tidak baik untuk induk ikan. Apalagi kalau han tersebut</div><div><br /></div><div>sudah berbau tengik. Dedak halus dan bekatul boleh diberikan sebagai pakan. Bahan pakan</div><div><br /></div><div>seperti itu juga berfungsi untuk menambah kesuburan kolam.</div><div><br /></div><div>Pada saat pemberian pakan tambahan, tambahkan Migro Suplemen 10 ml ke dalam 3</div><div><br /></div><div>kg pakan (aplikasi dilakukan setiap kali pemberian pakan) dicampur dengan air</div><div><br /></div><div>secukupnya.</div><div><br /></div><div>3) Pemeliharaan Kolam/Tambak</div><div><br /></div><div>Sistem dan intensitas pemeliharaan ikan nila tergantung pada tempat pemeliharaan dan</div><div><br /></div><div>input yang tersedia.Target produksi harus disesuaikan dengan permintaan pasar.</div><div><br /></div><div>Biasanya konsumen menghendaki jumlah dan ukuran ikan yang berbeda-beda.</div><div><br /></div><div>Intensitas usaha dibagi dalam tiga tingkat,yaitu</div><div><br /></div><div>a) Sistem ekstenslf (teknologi sederhana)</div><div><br /></div><div><br /></div><div>Sistem ekstensif merupakan sistem pemeliharaan ikan yang belum berkembang. Input</div><div><br /></div><div>produksinya sangat sederhana. Biasanya dilakukan di kolam air tawar. Dapat pula</div><div><br /></div><div>dilakukan di sawah. Pengairan tergantung kepada musim hujan. Kolam yang digunakan</div><div><br /></div><div>biasanya kolam pekarangan yang sempit. Hasil ikannya hanya untuk konsumsi keluarga</div><div><br /></div><div>sendiri. Sistem pemeliharaannya secara polikultur. Sistem ini telah dipopulerkan di</div><div><br /></div><div>wilayah desa miskin.</div><div><br /></div><div><br /></div><div>Pemupukan tidak diterapkan secara khusus. Ikan diberi pakan berupa bahan makanan</div><div><br /></div><div>yang terbuang, seperti sisa-sisa dapur limbah pertanian (dedak, bungkil kelapa dll.).</div><div><br /></div><div><br /></div><div>Perkiraan pemanenan tidak tentu. Ikan yang sudah agak besar dapat dipanen sewaktu-</div><div><br /></div><div>waktu.</div><div><br /></div><div>pemanenannya bertahap. Untuk kolam herukuran 2 x 1 x 1 m ditebarkan benih ikan nila</div><div><br /></div><div>sebanyak 20 ruang berukuran 30 ekor. Setelah 2 bulan diambil 10 ekor, dipelihara 3</div><div><br /></div><div>bulan kemudian beranak, demikian seterus. Total produksi sistem ini dapat mencapai</div><div><br /></div><div>1.000 kg/ha/tahun 2 bln. Penggantian air kolam menggunakan air sumur. Penggantian</div><div><br /></div><div>dilakukan seminggu sekali. </div><div></div><div><br /></div><div>Hasil</div><div><br /></div><div>pemeliharaan</div><div><br /></div><div>sistem</div><div><br /></div><div>ekstensif</div><div><br /></div><div>b) Sistem semi-Intensif (teknologi madya)</div><div><br /></div><div>Pemeliharaan semi-intensif dapat dilakukan di kolam, di tambak, di sawah, dan di jaring</div><div><br /></div><div>apung. Pemeliharaan ini biasanya digunakan untuk pendederan. Dalam sistem ini sudah</div><div><br /></div><div>dilakukan pemupukan dan pemberian pakan tambahan yang teratur.</div><div><br /></div><div>Prasarana berupa saluran irigasi cukup baik sehingga kolam dapat berproduksi 2-3 kali</div><div><br /></div><div>per tahun. Selain itu, penggantian air juga dapat dilakukan secara rutin. Pemeliharaan</div><div><br /></div><div>ikan di sawah hanya membutuhkan waktu 2-2,5 bulan karena bersamaan dengan</div><div><br /></div><div>tanaman padi atau sebagai penyelang. OIeh karena itu, hasil ikan dan sawah ukurannya</div><div><br /></div><div>tak lebih dari 50 gr. Itu pun kalau benih yang dipelihara sudah berupa benih</div><div><br /></div><div>gelondongan besar.</div><div><br /></div><div>Budi daya ikan nila secara semi-intensif di kolam dapat dilakukan secara monokultur</div><div><br /></div><div>maupun secara polikultur. Pada monokultur sebaiknya dipakai sistem tunggal kelamin.</div><div><br /></div><div>Hal mi karena nila jantan lebih cepat tumbuh dan ikan nila betina.</div><div><br /></div><div>Sistem semi-intensif juga dapat dilakukan secara terpadu (intergrated), artinya kolam</div><div><br /></div><div>ikan dikelola bersama dengan usaha tani lain maupun dengan industri rumah tangga.</div><div><br /></div><div>Misal usaha ternak kambing, itik dan sebagainya. Kandang dibuat di atas kolam agar</div><div><br /></div><div>kotoran ternak menjadi pupuk untuk kolam.</div><div><br /></div><div>Usaha tani kangkung, genjer dan sayuran lainnya juga dapat dipelihara bersama ikan</div><div><br /></div><div>nila. Limbah sayuran menjadi pupuk dan pakan tambahan bagi ikan. Sedangkan lumpur</div><div><br /></div><div>yang kotor dan kolam ikan dapat menjadi pupuk bagi kebun sayuran.</div><div><br /></div><div>Usaha huler/penggilingan padi mempunyai hasil sampingan berupa dedak dan katul.</div><div><br /></div><div>Oleh karena itu, sebaiknya dibangun kolam ikan di dekat penggilingan tersebut.</div><div><br /></div><div>Hasil penelitian Balai Penelitian Perikanan sistem integrated dapat menghasilkan ikan</div><div><br /></div><div>sampai 5 ton atau lebih per 1 ha/tahun.</div><div><br /></div><div>c) Sistem intensif (teknologi maju)</div><div><br /></div><div>Sistem pemeliharaan intensif adalah sistem pemeliharaan ikan paling modern. Produksi</div><div><br /></div><div>ikan tinggi sampai sangat tinggi disesuaikan dengan kebutuhan pasar.</div><div><br /></div><div>Pemeliharaan dapat dilakukan di kolam atau tambak air payau dan pengairan yang baik.</div><div><br /></div><div>Pergantian air dapat dilakukan sesering mungkin sesuai dengan tingkat kepadatan ikan.</div><div><br /></div><div>Volume air yang diganti setiap hari sebanyak 20% atau bahkan lebih.</div><div><br /></div><div>-Pada usaha intensif, benih ikan nita yang dipelihara harus tunggal dain jantan saja.</div><div><br /></div><div>Pakan yang diberikan juga harus bermutu.</div><div><br /></div><div>-Ransum hariannya 3% dan berat biomassa ikan per hari. Makanan sebaiknya berupa</div><div><br /></div><div>pelet yang berkadar protein 25-26%, lemak 6-8%.</div><div><br /></div><div>Pemberian pakan sebaiknya dilakukan oleh teknisinya sendiri dapat diamati nafsu makan</div><div><br /></div><div>ikan-ikan itu. Pakan yang diberikan knya habis dalam waktu 5 menit. Jika pakan tidak habis</div><div><br /></div><div>dalam waktu 5 menit berarti ikan mendapat gangguan. Gangguan itu berupa serangan</div><div><br /></div><div>penyakit, perubahan kualitas air, udara panas, terlalu sering diberi pakan.</div><div><br /></div><div>7. HAMA DAN PENYAKIT</div><div><br /></div><div>7.1. Hama</div><div><br /></div><div>a) Bebeasan (Notonecta)</div><div><br /></div><div>Berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangkan minyak tanah</div><div><br /></div><div>ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi.</div><div><br /></div><div>b) Ucrit (Larva cybister)</div><div><br /></div><div>Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian: sulit diberantas;</div><div><br /></div><div>hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam.</div><div><br /></div><div>c) Kodok</div><div><br /></div><div>Makan telur telur ikan. Pengendalian: sering membuang telur yang mengapung;</div><div><br /></div><div>menagkap dan membuang hidup-hidup.</div><div><br /></div><div>d) Ular</div><div><br /></div><div>Menyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan penangkapan; pemagaran</div><div><br /></div><div>kolam.</div><div><br /></div><div>e) Lingsang</div><div><br /></div><div>Memakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang jebakan berumpun.</div><div><br /></div><div>Burung</div><div><br /></div><div>f)</div><div><br /></div><div>Memakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning. Pengendalian: diberi</div><div><br /></div><div>penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberi rumbai-rumbai atau tali</div><div><br /></div><div>penghalang.</div><div><br /></div><div>7.2. Penyakit</div><div><br /></div><div>a) Penyakit pada kulit</div><div><br /></div><div>Gejala: pada bagian tertentu berwarna merah, berubah warna dan tubuh berlendir.</div><div><br /></div><div>Pengendalian: (1) direndam dalam larutan PK (kalium permanganat) selama 30-60</div><div><br /></div><div>menit dengan dosis 2 gram/10 liter air, pengobatan dilakukan berulang 3 hari kemudian.</div><div><br /></div><div>(2) direndam dalam Negovon (kalium permanganat) selama 3 menit dengan dosis 2-3,5 %.</div><div><br /></div><div>b) Penyakit pada insang</div><div><br /></div><div>Gejala: tutup insang bengkak, Lembar insang pucat/keputihan. Pengendalian: sama</div><div><br /></div><div>dengan di atas.</div><div><br /></div><div>c) Penyakit pada organ dalam</div><div><br /></div><div>Gejala: perut ikan bengkak, sisik berdiri, ikan tidak gesit. Pengendalian: sama dengan</div><div><br /></div><div>di atas. Secara umum hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya penyakit</div><div><br /></div><div>dan hama pada budidaya ikan nila:</div><div><br /></div><div>a) Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.</div><div><br /></div><div>b) Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit.</div><div><br /></div><div>c) Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas.</div><div><br /></div><div>d) Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satu pintu</div><div><br /></div><div>pemasukan air.</div><div><br /></div><div>e) Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.</div><div><br /></div><div>Penanganan saat panen atau pemindahan benih hendaknya dilakukan secara hati-</div><div><br /></div><div>f)</div><div><br /></div><div>hati dan benar.</div><div><br /></div><div>g) Binatang seperti burung, siput, ikan seribu (lebistus reticulatus peters) sebagai</div><div><br /></div><div>pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal perkolaman.</div><div><br /></div><div>8. PANEN</div><div><br /></div><div>Pemanenan ikan nila dapat dilakukan dengan cara: panen total dan panen sebagian.</div><div><br /></div><div>a) Panen total</div><div><br /></div><div>Panen total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal 10</div><div><br /></div><div>cm. Petak pemanenan/petak penangkapan dibuat seluas 1 m persegi di depan pintu</div><div><br /></div><div>pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan. Pemanenan</div><div><br /></div><div>dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan menggunakan waring atau</div><div><br /></div><div>scoopnet yang halus. Lakukan pemanenan secepatnya dan hati-hati untuk menghindari</div><div><br /></div><div>lukanya ikan.</div><div><br /></div><div>b) Panen sebagian atau panen selektif</div><div><br /></div><div>Panen selektif dilakukan tanpa pengeringan kolam, ikan yang akan dipanen dipilih</div><div><br /></div><div>dengan ukuran tertentu. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan waring yang di</div><div><br /></div><div>atasnya telah ditaburi umpan (dedak). Ikan yang tidak terpilih (biasanya terluka akibat</div><div><br /></div><div>jaring), sebelum dikembalikan ke kolam sebaiknya dipisahkan dan diberi obat dengan</div><div><br /></div><div>larutan malachite green 0,5-1,0 ppm selama 1 jam.</div><div><br /></div><div>9. PASCAPANEN</div><div><br /></div><div>Penanganan pascapanen ikan nila dapat dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup</div><div><br /></div><div>maupun ikan segar.</div><div><br /></div><div>a) Penanganan ikan hidup</div><div><br /></div><div>Sumber: </div><div>1. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi</div><div>2. MIG Corp.</div><div><br /></div><div></div><div></div><div><br /></div><div>Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan</div><div><br /></div><div>hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam</div><div><br /></div><div>keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:</div><div><br /></div><div>1. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 oC.</div><div><br /></div><div>2. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.</div><div><br /></div><div>3. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.</div><div><br /></div><div>b) Penanganan ikan segar</div><div><br /></div><div>Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang perlu</div><div><br /></div><div>diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:</div><div><br /></div><div>1. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.</div><div><br /></div><div>2. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.</div><div><br /></div><div>3. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak dekat (2</div><div><br /></div><div>jam</div><div><br /></div><div>pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan seng atau</div><div><br /></div><div>fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi kotak maksimum 50 cm.</div><div><br /></div><div>3. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 oC. Gunakan es</div><div><br /></div><div>berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan jumlah es dan ikan=1:1.</div><div><br /></div><div>Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian ikan disusun di atas lapisan es ini</div><div><br /></div><div>setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan</div><div><br /></div><div>dinding kotak diberi es, demikian juga antara ikan dengan penutup kotak.</div><div><br /></div><div>c) Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalah sebagai</div><div><br /></div><div>berikut:</div><div><br /></div><div>1) Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat.</div><div><br /></div><div>Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem tertutup) atau</div><div><br /></div><div>keramba (sistem terbuka).</div><div><br /></div><div>2) Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit</div><div><br /></div><div>serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan air sumur yang telah</div><div><br /></div><div>diaerasi semalam.</div><div><br /></div><div>3) Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari. Gunakan</div><div><br /></div><div>tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan dengan aerasi yang baik. Bak</div><div><br /></div><div>pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran</div><div><br /></div><div>tersebut, bak pemberokan dapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor</div><div><br /></div><div>dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan</div><div><br /></div><div>ukuran benihnya.</div><div><br /></div><div>4) Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi menjadi dua</div><div><br /></div><div>bagian, yaitu:</div><div><br /></div><div>Sumber: </div><div>1. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi</div><div>2. MIG Corp.</div><div><br /></div><div></div><div></div><div><br /></div><div>perjalanan),</div><div><br /></div><div>dapat</div><div><br /></div><div>digunakan</div><div><br /></div><div>1. Sistem terbuka</div><div><br /></div><div>Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak memerlukan waktu</div><div><br /></div><div>yang lama. Alat pengangkut berupa keramba. Setiap keramba dapat diisi air bersih 15</div><div><br /></div><div>liter dan dapat untuk mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.</div><div><br /></div><div>2. Sistem tertutup</div><div><br /></div><div>Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 4-5</div><div><br /></div><div>jam, menggunakan kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air bersih 5</div><div><br /></div><div>liter yang diberi buffer Na2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan</div><div><br /></div><div>yang diangkut dengan kantong plastik: (1) masukkan air bersih ke dalam kantong plastik</div><div><br /></div><div>kemudian benih; (3) hilangkan udara dengan menekan kantong plastik ke permukaan</div><div><br /></div><div>air; (3) alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume</div><div><br /></div><div>keseluruhan rongga (air:oksigen=1:2); (4) kantong plastik lalu diikat. (5) kantong plastik</div><div><br /></div><div>dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan. Dos yang berukuran</div><div><br /></div><div>panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m dapat diisi 2 buah kantong plastik.</div><div><br /></div><div>Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan adalah</div><div><br /></div><div>sebagai berikut:</div><div><br /></div><div>Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin dalam 10 liter air</div><div><br /></div><div>-</div><div><br /></div><div>bersih).</div><div><br /></div><div>Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam setempat sedikit</div><div><br /></div><div>-</div><div><br /></div><div>demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong plastik terjadi perlahan-lahan.</div><div><br /></div><div>Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1-2 menit.</div><div><br /></div><div>-</div><div><br /></div><div>Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan benih ikan</div><div><br /></div><div>-</div><div><br /></div><div>diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan dengan tetrasiklin 25 ppm</div><div><br /></div><div>selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat lain seperti</div><div><br /></div><div>KMNO4 sebanyak 20 ppm atau formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.</div><div><br /></div><div>-</div><div><br /></div><div>Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.</div><div><br /></div><div>10. GAMBARAN PELUANG AGRIBISNIS</div><div><br /></div><div>Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa, danau alam</div><div><br /></div><div>dan buatan seluas hampir mendekati 13 juta ha merupakan potensi alam yang sangat baik</div><div><br /></div><div>bagi pengembangan usaha perikanan di Indonesia.</div><div><br /></div><div>Disamping itu banyak potensi pendukung lainnya yang dilaksanakan oleh pemerintah dan</div><div><br /></div><div>swasta dalam hal permodalan, program penelitian dalam hal pembenihan, penanganan</div><div><br /></div><div>penyakit dan hama dan penanganan pasca panen, penanganan budidaya serta adanya</div><div><br /></div><div>kemudahan dalam hal periizinan import. Walaupun permintaan di tingkal pasaran lokal akan</div><div><br /></div><div>Sumber: </div><div>1. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi</div><div>2. MIG Corp.</div><div><br /></div><div></div><div></div><div><br /></div><div>ikan nila dan ikan air tawar lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari</div><div><br /></div><div>jumlah hasil penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.</div><div><br /></div><div>Apabila pasaran lokal ikan nila mengalami kelesuan, maka akan sangat berpengaruh</div><div><br /></div><div>terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat grosir di pasar ikan. Selain itu</div><div><br /></div><div>penjualan benih ikan nila boleh dikatakan hampir tak ada masalah, prospeknya cukup baik.</div><div><br /></div><div>Selain adanya potensi pendukung dan faktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran</div><div><br /></div><div>lokal, maka sektor perikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah.</div><div><br /></div><div>Sumber: </div><div>1. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi</div><div>2. MIG Corp.</div></div>

Analisis Usaha dan Budidaya Ikan Nila

Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang danpipih kesamping dan warna putih kehitaman.Terdapat 3 jenis nila yang dikenal, yaitu: nila biasa, nila merah (nirah) d…

Read more »