Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan
pipih kesamping dan warna putih kehitaman.
Terdapat 3 jenis nila yang dikenal, yaitu: nila biasa, nila merah (nirah) dan nila albino.
Persyaratan lokasi yang baik untuk Ikan Nila:
1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak
berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor
sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk
memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3. Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).
4. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak
tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang
disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila
kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna
hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae.
Sedangkan plankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan
air karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yang disebut
piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik
antara 20-35 cm.
5. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih,
karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di air arus deras.
6. Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5. Sedangkan
keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8.
7. Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30 oC.
9. Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.




PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

Penyiapan Sarana dan Peralatan

1) Kolam

Sarana berupa kolam yang perlu disediakan dalam usaha budidaya ikan nila tergantung dari

sistim pemeliharaannya (sistim 1 kolam, 2 kolam dlsb).

Adapun jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan nila antara lain:

a) Kolam pemeliharaan induk/kolam pemijahan

Kolam ini berfungsi sebagai kolam pemijahan, kolam sebaiknya berupa kolam tanah

yang luasnya 50-100 meter persegi dan kepadatan kolam induk hanya 2 ekor/m2.

Adapun syarat kolam pemijahan adalah suhu air berkisar antara 20-22 oC; kedalaman air

40-60 cm; dasar kolam sebaiknya berpasir.

b) Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan

Luas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam antara 30-50

cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama pemeliharaan di dalam kolam

pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.

c) Kolam pembesaran

Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan membesarkan

benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam pemeliharaan ini diperlukan

beberapa kolam pembesaran, yaitu:

1. Kolam pembesaran tahap I berfungsi untuk memelihara benih ikan selepas dari

kolam pendederan. Kolam ini sebaiknya berjumlah antara 2-4 buah dengan luas

maksimum 250-500 meter persegi/kolam. Pembesaran tahap I ini tidak dianjurkan

memakai kolam semen, sebab benih ukuran ini memerlukan ruang yang luas.

Setelah benih menjadi gelondongan kecil maka benih memasuki pembesaran tahap

kedua atau langsung dijual kepada pera petani.

2. Kolam pembesaran tahap II berfungsi untuk memelihara benih gelondongan besar.

Kolam dapat berupa kolam tanah atau sawah. Keramba apung juga dapat digunakan

dengan mata jaring 1,25–1,5 cm. Jumlah penebaran pembesaran tahap II sebaiknya

tidak lebih dari 10 ekor/meter persegi.

3. Pembesaran tahap III berfungsi untuk membesarkan benih. Diperlukan kolam tanah

antara 80-100 cm dengan luas 500-2.000 meter persegi.

d) Kolam/tempat pemberokan

Pembesaran ikan nila dapat pula dilakukan di jaring apung, berupa Hapa berukuran 1 x

2 m sampai 2 x 3 m dengan kedalaman 75-100 cm. Ukuran hapa dapat disesuaikan

dengan kedalaman kolam. Selain itu sawah yang sedang diberokan dapat

dipergunakan pula untuk pemijahan dan pemeliharaan benih ikan nila. Sebelum

digunakan petak sawah diperdalam dahulu agar dapat menampung air sedalam 50-60

cm, dibuat parit selebar 1- 1,5 m dengan kedalaman 60-75 cm.

2) Peralatan

Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan nila diantaranya adalah:

jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk

maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil

(gram) dan besar (kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk

mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk

memanen/menangkap ikan nila antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan

panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat

menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan

jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari

kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk

penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk

pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco


(untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi),

scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser

(gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk

menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).

3) Persiapan Media

Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk

pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam

menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah pengeringan kolam

selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-

ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi, diberi pemupukan berupa pupuk buatan,

yaitu urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga

ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15

gram dan 10 gram/meter persegi.

6.2. Pembibitan

1) Pemilihan Bibit dan Induk

Ciri-ciri induk bibit nila yang unggul adalah sebagai berikut:

a) Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kwalitas yang tinggi.

b) Pertumbuhannya sangat cepat.

c) Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.

d) Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.

e) Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.

f ) Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih per ekor dan berumur

sekitar 4-5 bulan.

Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:

a) Betina

1. Terdapat 3 buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur, lubang pengeluaran telur dan

lubang urine.

2. Ujung sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas.

3. Warna perut lebih putih.

4. Warna dagu putih.

5. Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.

b) Jantan

1. Pada alat urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan lubang sperma merangkap

lubang urine.

2. Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas.

3. Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman.

4. Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan.

5. Jika perut distriping mengeluarkan cairan.

Ikan nila sangat mudah kawin silang dan bertelur secara liar. Akibatnya, kepadatan kolam

meningkat. Disamping itu, ikan nila yang sedang beranak lambat pertumbuhan sehingga

diperlukan waktu yang lebih lama agar dicapai ukuran untuk dikonsumsi yang diharapkan.

Untuk mengatasi kekurangan ikan nila di atas, maka dikembang metode kultur tunggal

kelamin (monoseks). Dalam metode ini benih jantan saja yang dipelihara karena ikan nila

jantan yang tumbuh lebih cepat dan ikan nila betina. Ada empat cara untuk memproduksi

benih ikan nila jantan yaitu:

a) Secara manual (dipilih)

b) Sistem hibridisasi antarjenis tertentu

c) Merangsang perubahan seks dengan hormon

d) Teknik penggunaan hormon seks jantan ada dua cara.

1. Perendaman

2. Perlakuan hormon melalui pakan

2) Pembenihan dan Pemeliharaan Benih

Pada usaha pembenihan, kegiatan yang dilakukan adalah :

a) Memelihara dan memijahkan induk ikan untuk menghasilkan burayak (anak ikan).

b) Memelihara burayak (mendeder) untuk menghasilkan benih ikan yang lebih besar.

Usaha pembenihan biasanya menghasilkan benih yang berbeda-beda ukurannya. Hal ini

berkaitan dengan lamanya pemeliharaan benih. Benih ikan nila yang baru lepas dan mulut

induknya disebut "benih kebul". Benih yang berumur 2-3 minggu setelah menetas disebut

benih kecil, yang disebut juga putihan (Jawa Barat). Ukurannya 3-5 cm. Selanjutnya benih

kecil dipelihara di kolam lain atau di sawah. Setelah dipelihara selama 3-1 minggu akan

dihasilkan benih berukuran 6 cm dengan berat 8-10 gram/ekor. Benih ini disebut

gelondongan kecil. Benih nila merah. Berumur 2-3 minggu, ukurannya ± 5 cm. Gelondongan

kecil dipelihara di tempat lain lagi selama 1-1,5 bulan. Pada umur ini panjang benih telah

mencapai 10-12 cm dengan berat 15-20 gram. Benih ini disebut gelondongan besar.

6.3. Pemeliharaan Pembesaran

Dua minggu sebelum dan dipergunakan kolam harus dipersiapkan. Dasar kolam

dikeringkan, dijemur beberapa hari, dibersihkan dari rerumputan dan dicangkul sambil

diratakan. Tanggul dan pintu air diperbaiki jangan sampai teriadi kebocoran. Saluran air

diperbaiki agar jalan air lancar. Dipasang saringan pada pintu pemasukan maupun

pengeluaran air. Tanah dasar dikapur untuk memperbaiki pH tanah dan memberantas

hamanya. Untuk mi dipergunakan kapur tohor sebanyak 100-300 kg/ha (bila dipakai kapur

panas, Ca 0). Kalau dipakai kapur pertanian dosisnya 500-1.000 kg/ha. Pupuk kandang

ditabur dan diaduk dengan tanah dasar kolam. Dapat juga pupuk kandang dionggokkan di

depan pintu air pemasukan agar bila diairi dapat tersebar merata. Dosis pupuk kandang 1-2

ton/ha. Setelah semuanya siap, kolam diairi. Mula-mula sedalam 5-10 cm dan dibiarkan 2-3

hari agar teriadi mineralisasi tanah dasar kolam.Lalu tambahkan air lagi sampai kedalaman

80- 100 cm. Kini kolam siap untuk ditebari induk ikan.

1) Pemupukan

Pemupukan dengan jenis pupuk organik, anorganik (Urea dan TSP), serta kapur. Cara

pemupukan dan dosis yang diterapkan sesuai dengan standar yang ditentukan oleh

dinas perikanan daerah setempat, sesuai dengan tingkat kesuburan di tiap daerah.

Beberapa hari sebelum penebaran benih ikan, kolam harus dipersiapkan dahulu.

Pematang dan pintu air kolam diperbaiki, kemudian dasar kolam dicangkul dan

diratakan. Setelah itu, dasar kolam ditaburi kapur sebanyak 100-150 kg/ha. Pengapuran

berfungsi untuk menaikkan nilai pH kolam menjadi 7,0-8,0 dan juga dapat mencegah

serangan penyakit. Selanjutnya kolam diberi pupuk kandang sebanyak 300-1.000 kg/ha.

Kemudian semprotkan Migro Tambak (campur air secukupnya) dengan dosis

20ml/100m2, biarkan selama 1 hari.

Pupuk Urea dan TSP juga diberikan sebanyak 50 kg/ha. Urea dan TSP diberikan

dengan dicampur terlebih dahulu dan ditebarkan merata di dasar kolam.

Kemudian masukan air dengan ketinggian 5 – 10 cm. Setelah 7 hari kemudian, air

ditinggikan sekitar 60 cm, berikan kembali Migro Tambak dengan dosis 0,02 ppm

(20 ml/100m2), campur dengan air secukupnya Kemudian tebar merata pada

permukaan kolam. Setelah sehari semalam, air kolam tersebut ditebari benih ikan.

Pada saat itu fitoplankton mulai tumbuh yang ditandai dengan perubahan warna air

kolam menjadi kuning kehijauan. Di dasar kolam juga mulai banyak terdapat organisme

renik yang berupa kutu air, jentik-jentik serangga, cacing, anak-anak siput dan

sebagainya. Selama pemeliharaan ikan, air kolam diatur sedalam 75-100 cm. Pemberian

Migro Tambak susulan harus dilakukan 2 minggu sekali, yaitu pada saat makanan alami

sudah mulai habis dan kualitas air menurun. Berikan Migro Tambak secara merata pada

permukaan air tambak/kolam sebanyak 0,02 ppm (2 liter per hektar). Adapun frekuensi

pemberiannya setiap 2 (dua) minggu sekali. Pemberian Migro Tambak saat

pemeliharaan bertujuan untuk memacu tumbuhnya plankton sebagai pakan alami.

2) Pemberian Pakan

Pemupukan kolam telah merangsang tumbuhnya fitoplankton, zooplankton, maupun

binatang yang hidup di dasar, seperti cacing, siput, jentik-jentik nyamuk dan chironomus

(cuk). Semua itu dapat menjadi makanan ikan nila. Namun, induk ikan nila juga masih perlu

pakan tambahan berupa pelet yang mengandung protein 30-40% dengan kandungan lemak

tidak lebih dan 3%. Pembentukan telur pada ikan memerlukan bahan protein yang cukup di

dalam pakannya. Perlu pula ditambahkan vitamin E dan C yang berasal dan taoge dan

daun-daunan/sayuran yang duris-iris. Boleh juga diberi makan tumbuhan air seperti

ganggeng (Hydrilla). Banyaknya pelet sebagai pakan induk kira-kira 3% berat biomassa per

han. Agar diketahui berat bio massa maka diambil sampel 10 ekor ikan, ditimbang, dan

dirata-ratakan beratnya. Berat rata-rata yang diperoleh dikalikan dengan jumlah seluruh ikan

di dalam kolam. Misal, berat rata-rata ikan 220 gram, jumlah ikan 90 ekor maka berat

biomassa 220 x 90 = 19.800 g. Jumlah ransum per han 3% x 19.800 gram = 594 gram.

Ransum ini diberikan 2-3 kali sehari. Bahan pakan yang banyak mengandung lemak seperti

bungkil kacang dan bungkil kelapa tidak baik untuk induk ikan. Apalagi kalau han tersebut

sudah berbau tengik. Dedak halus dan bekatul boleh diberikan sebagai pakan. Bahan pakan

seperti itu juga berfungsi untuk menambah kesuburan kolam.

Pada saat pemberian pakan tambahan, tambahkan Migro Suplemen 10 ml ke dalam 3

kg pakan (aplikasi dilakukan setiap kali pemberian pakan) dicampur dengan air

secukupnya.

3) Pemeliharaan Kolam/Tambak

Sistem dan intensitas pemeliharaan ikan nila tergantung pada tempat pemeliharaan dan

input yang tersedia.Target produksi harus disesuaikan dengan permintaan pasar.

Biasanya konsumen menghendaki jumlah dan ukuran ikan yang berbeda-beda.

Intensitas usaha dibagi dalam tiga tingkat,yaitu

a) Sistem ekstenslf (teknologi sederhana)


Sistem ekstensif merupakan sistem pemeliharaan ikan yang belum berkembang. Input

produksinya sangat sederhana. Biasanya dilakukan di kolam air tawar. Dapat pula

dilakukan di sawah. Pengairan tergantung kepada musim hujan. Kolam yang digunakan

biasanya kolam pekarangan yang sempit. Hasil ikannya hanya untuk konsumsi keluarga

sendiri. Sistem pemeliharaannya secara polikultur. Sistem ini telah dipopulerkan di

wilayah desa miskin.


Pemupukan tidak diterapkan secara khusus. Ikan diberi pakan berupa bahan makanan

yang terbuang, seperti sisa-sisa dapur limbah pertanian (dedak, bungkil kelapa dll.).


Perkiraan pemanenan tidak tentu. Ikan yang sudah agak besar dapat dipanen sewaktu-

waktu.

pemanenannya bertahap. Untuk kolam herukuran 2 x 1 x 1 m ditebarkan benih ikan nila

sebanyak 20 ruang berukuran 30 ekor. Setelah 2 bulan diambil 10 ekor, dipelihara 3

bulan kemudian beranak, demikian seterus. Total produksi sistem ini dapat mencapai

1.000 kg/ha/tahun 2 bln. Penggantian air kolam menggunakan air sumur. Penggantian

dilakukan seminggu sekali.

Hasil

pemeliharaan

sistem

ekstensif

b) Sistem semi-Intensif (teknologi madya)

Pemeliharaan semi-intensif dapat dilakukan di kolam, di tambak, di sawah, dan di jaring

apung. Pemeliharaan ini biasanya digunakan untuk pendederan. Dalam sistem ini sudah

dilakukan pemupukan dan pemberian pakan tambahan yang teratur.

Prasarana berupa saluran irigasi cukup baik sehingga kolam dapat berproduksi 2-3 kali

per tahun. Selain itu, penggantian air juga dapat dilakukan secara rutin. Pemeliharaan

ikan di sawah hanya membutuhkan waktu 2-2,5 bulan karena bersamaan dengan

tanaman padi atau sebagai penyelang. OIeh karena itu, hasil ikan dan sawah ukurannya

tak lebih dari 50 gr. Itu pun kalau benih yang dipelihara sudah berupa benih

gelondongan besar.

Budi daya ikan nila secara semi-intensif di kolam dapat dilakukan secara monokultur

maupun secara polikultur. Pada monokultur sebaiknya dipakai sistem tunggal kelamin.

Hal mi karena nila jantan lebih cepat tumbuh dan ikan nila betina.

Sistem semi-intensif juga dapat dilakukan secara terpadu (intergrated), artinya kolam

ikan dikelola bersama dengan usaha tani lain maupun dengan industri rumah tangga.

Misal usaha ternak kambing, itik dan sebagainya. Kandang dibuat di atas kolam agar

kotoran ternak menjadi pupuk untuk kolam.

Usaha tani kangkung, genjer dan sayuran lainnya juga dapat dipelihara bersama ikan

nila. Limbah sayuran menjadi pupuk dan pakan tambahan bagi ikan. Sedangkan lumpur

yang kotor dan kolam ikan dapat menjadi pupuk bagi kebun sayuran.

Usaha huler/penggilingan padi mempunyai hasil sampingan berupa dedak dan katul.

Oleh karena itu, sebaiknya dibangun kolam ikan di dekat penggilingan tersebut.

Hasil penelitian Balai Penelitian Perikanan sistem integrated dapat menghasilkan ikan

sampai 5 ton atau lebih per 1 ha/tahun.

c) Sistem intensif (teknologi maju)

Sistem pemeliharaan intensif adalah sistem pemeliharaan ikan paling modern. Produksi

ikan tinggi sampai sangat tinggi disesuaikan dengan kebutuhan pasar.

Pemeliharaan dapat dilakukan di kolam atau tambak air payau dan pengairan yang baik.

Pergantian air dapat dilakukan sesering mungkin sesuai dengan tingkat kepadatan ikan.

Volume air yang diganti setiap hari sebanyak 20% atau bahkan lebih.

-Pada usaha intensif, benih ikan nita yang dipelihara harus tunggal dain jantan saja.

Pakan yang diberikan juga harus bermutu.

-Ransum hariannya 3% dan berat biomassa ikan per hari. Makanan sebaiknya berupa

pelet yang berkadar protein 25-26%, lemak 6-8%.

Pemberian pakan sebaiknya dilakukan oleh teknisinya sendiri dapat diamati nafsu makan

ikan-ikan itu. Pakan yang diberikan knya habis dalam waktu 5 menit. Jika pakan tidak habis

dalam waktu 5 menit berarti ikan mendapat gangguan. Gangguan itu berupa serangan

penyakit, perubahan kualitas air, udara panas, terlalu sering diberi pakan.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

a) Bebeasan (Notonecta)

Berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangkan minyak tanah

ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi.

b) Ucrit (Larva cybister)

Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian: sulit diberantas;

hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam.

c) Kodok

Makan telur telur ikan. Pengendalian: sering membuang telur yang mengapung;

menagkap dan membuang hidup-hidup.

d) Ular

Menyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan penangkapan; pemagaran

kolam.

e) Lingsang

Memakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang jebakan berumpun.

Burung

f)

Memakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning. Pengendalian: diberi

penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberi rumbai-rumbai atau tali

penghalang.

7.2. Penyakit

a) Penyakit pada kulit

Gejala: pada bagian tertentu berwarna merah, berubah warna dan tubuh berlendir.

Pengendalian: (1) direndam dalam larutan PK (kalium permanganat) selama 30-60

menit dengan dosis 2 gram/10 liter air, pengobatan dilakukan berulang 3 hari kemudian.

(2) direndam dalam Negovon (kalium permanganat) selama 3 menit dengan dosis 2-3,5 %.

b) Penyakit pada insang

Gejala: tutup insang bengkak, Lembar insang pucat/keputihan. Pengendalian: sama

dengan di atas.

c) Penyakit pada organ dalam

Gejala: perut ikan bengkak, sisik berdiri, ikan tidak gesit. Pengendalian: sama dengan

di atas. Secara umum hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya penyakit

dan hama pada budidaya ikan nila:

a) Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.

b) Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit.

c) Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas.

d) Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satu pintu

pemasukan air.

e) Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.

Penanganan saat panen atau pemindahan benih hendaknya dilakukan secara hati-

f)

hati dan benar.

g) Binatang seperti burung, siput, ikan seribu (lebistus reticulatus peters) sebagai

pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal perkolaman.

8. PANEN

Pemanenan ikan nila dapat dilakukan dengan cara: panen total dan panen sebagian.

a) Panen total

Panen total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal 10

cm. Petak pemanenan/petak penangkapan dibuat seluas 1 m persegi di depan pintu

pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan. Pemanenan

dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan menggunakan waring atau

scoopnet yang halus. Lakukan pemanenan secepatnya dan hati-hati untuk menghindari

lukanya ikan.

b) Panen sebagian atau panen selektif

Panen selektif dilakukan tanpa pengeringan kolam, ikan yang akan dipanen dipilih

dengan ukuran tertentu. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan waring yang di

atasnya telah ditaburi umpan (dedak). Ikan yang tidak terpilih (biasanya terluka akibat

jaring), sebelum dikembalikan ke kolam sebaiknya dipisahkan dan diberi obat dengan

larutan malachite green 0,5-1,0 ppm selama 1 jam.

9. PASCAPANEN

Penanganan pascapanen ikan nila dapat dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup

maupun ikan segar.

a) Penanganan ikan hidup

Sumber:
1. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
2. MIG Corp.


Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan

hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam

keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:

1. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 oC.

2. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.

3. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.

b) Penanganan ikan segar

Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang perlu

diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:

1. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.

2. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.

3. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak dekat (2

jam

pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan seng atau

fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi kotak maksimum 50 cm.

3. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 oC. Gunakan es

berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan jumlah es dan ikan=1:1.

Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian ikan disusun di atas lapisan es ini

setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan

dinding kotak diberi es, demikian juga antara ikan dengan penutup kotak.

c) Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalah sebagai

berikut:

1) Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat.

Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem tertutup) atau

keramba (sistem terbuka).

2) Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit

serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan air sumur yang telah

diaerasi semalam.

3) Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari. Gunakan

tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan dengan aerasi yang baik. Bak

pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran

tersebut, bak pemberokan dapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor

dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan

ukuran benihnya.

4) Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi menjadi dua

bagian, yaitu:

Sumber:
1. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
2. MIG Corp.


perjalanan),

dapat

digunakan

1. Sistem terbuka

Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak memerlukan waktu

yang lama. Alat pengangkut berupa keramba. Setiap keramba dapat diisi air bersih 15

liter dan dapat untuk mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.

2. Sistem tertutup

Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 4-5

jam, menggunakan kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air bersih 5

liter yang diberi buffer Na2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan

yang diangkut dengan kantong plastik: (1) masukkan air bersih ke dalam kantong plastik

kemudian benih; (3) hilangkan udara dengan menekan kantong plastik ke permukaan

air; (3) alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume

keseluruhan rongga (air:oksigen=1:2); (4) kantong plastik lalu diikat. (5) kantong plastik

dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan. Dos yang berukuran

panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m dapat diisi 2 buah kantong plastik.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan adalah

sebagai berikut:

Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin dalam 10 liter air

-

bersih).

Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam setempat sedikit

-

demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong plastik terjadi perlahan-lahan.

Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1-2 menit.

-

Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan benih ikan

-

diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan dengan tetrasiklin 25 ppm

selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat lain seperti

KMNO4 sebanyak 20 ppm atau formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.

-

Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.

10. GAMBARAN PELUANG AGRIBISNIS

Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa, danau alam

dan buatan seluas hampir mendekati 13 juta ha merupakan potensi alam yang sangat baik

bagi pengembangan usaha perikanan di Indonesia.

Disamping itu banyak potensi pendukung lainnya yang dilaksanakan oleh pemerintah dan

swasta dalam hal permodalan, program penelitian dalam hal pembenihan, penanganan

penyakit dan hama dan penanganan pasca panen, penanganan budidaya serta adanya

kemudahan dalam hal periizinan import. Walaupun permintaan di tingkal pasaran lokal akan

Sumber:
1. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
2. MIG Corp.


ikan nila dan ikan air tawar lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari

jumlah hasil penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.

Apabila pasaran lokal ikan nila mengalami kelesuan, maka akan sangat berpengaruh

terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat grosir di pasar ikan. Selain itu

penjualan benih ikan nila boleh dikatakan hampir tak ada masalah, prospeknya cukup baik.

Selain adanya potensi pendukung dan faktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran

lokal, maka sektor perikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah.

Sumber:
1. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
2. MIG Corp.

Post a Comment

 
Top