Model-model Pembelajaran Interaktif

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Model pembelajaran Interaktif adalah suatu cara atau teknik pembelajaran yang digunakan </span><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjT1ImXESTog0Rmve57C_GIof-Hy29nXeQO608SsydtlGTdkqkNBx4C8b4WqbYVXuk04A6RDFjwpvcivPh_6J3x-yCkvMd3dhbgaVVu-UF_Q2lcK_Gt2NIvdQbbOBHqIP8VbSrh2Jkv4LA/s1600/interaktif.png" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjT1ImXESTog0Rmve57C_GIof-Hy29nXeQO608SsydtlGTdkqkNBx4C8b4WqbYVXuk04A6RDFjwpvcivPh_6J3x-yCkvMd3dhbgaVVu-UF_Q2lcK_Gt2NIvdQbbOBHqIP8VbSrh2Jkv4LA/s1600/interaktif.png" /></a></span></div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">guru pada saat menyajikan bahan pelajaran dimana guru pemeran utama dalam menciptakan situasi interaktif yang edukatif, yakni interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan dengan sumber pembelajaran dalam menunjang tercapainya tujuan belajar. Menurut Syah (1998) proses belajar mengajar keterlibatan siswa harus secara totalitas, artinya melibatkan pikiran, penglihatan, pendengaran dan psikomotor (keterampilan, salah satunya sambil menulis). Dalam proses mengajar seorang guru harus mengajak siswa untuk mendengarkan, menyajikan media yang dapat dilihat, memberi kesmpatan untuk menulis dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan sehingga terjadi dialog kreatif yang menunjukan proses belajar mengajar yang interaktif.  Berikut ini saya berikan 32 jenis model pembelajaran beserta langkah-langkah pembelajarannya, anda mungkin bisa memilih dan mencobanya disesuaikan dengan materi pelajaran.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>1. Examples and Non Examples</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Model Pembelajaran Examples non Examples sebenarnya sudah dan sering dipergunakan oleh Bapak/Ibu Guru dalam proses pembelajaran. Namun kadang masih awam mengenai istilah nama model pembelajarannya. </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Model pembelajaran ini  menggunakan  contoh dapat dari kasus/gambar yang tentunya relevan dengan Kompetensi Dasar/KD.</span><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Adapun Langkah-langkah Pembelajarannya adalah sebagi berikut :</span><br /><ul><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri 3-4 orang siswa.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran/KD.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru menempelkan gambar di papan tulis, ditayangkan melalui OHP atau LCD proyektor melalui komputer/laptop.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada para  siswa untuk memperhatikan dan menganalisa gambar.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Melalui diskusi kelompok 3-4 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas/lembar kerja.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan lembar kerja/hasil diskusinya.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Kesimpulan.</span></li></ul><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Kelompok dengan nilai tertinggi diberi reward (misal tanda bintang pada lembar kerja) lalu ditempel di dinding kelas.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>2. Picture and Picture</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dari namanya tentu Anda sudah bisa menebak model pembelajaran Picture and Picture ini tentunya menggunakan media pembelajaran berupa gambar, sama dengan Examples Non Examples. Lalu apa bedanya dengan Model Pembelajaran Examples Non Examples? Silakan mengikuti kelanjutannya.</span><br /><ul><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Langkah-langkah pembelajarannya :</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Menyajikan materi secara singkat sebagai pengantar.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan/hubungan yang logis.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Kesimpulan/rangkuman.</span></li></ul></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>3. Numbered Head Together</b> (Kepala Bernomor, Spencer Kagan, 1992)</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Langkah-langkah :</span></div><div style="text-align: justify;"></div><ul><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Kesimpulan</span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>4. Cooperative Script</b> (Dansereau Cs., 1985)</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Skrip kooperatif : metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Langkah-langkah :</span></div><div style="text-align: justify;"></div><ul><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru membagi siswa untuk berpasangan</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Sementara pendengar :1) </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap; 2)</span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Penutup</span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>5. Kepala Bernomor Terstruktur</b> (Modifikasi Dari Number Heads)</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Langkah-langkah :</span></div><div style="text-align: justify;"></div><ul><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai. </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Kesimpulan</span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>6. Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions STAD</b> (Slavin,1995)</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Nama lain model pembelajaran ini adalah model pembelajaran Tim Siswa Kelompok Prestasi. Dalam model pembelajaran ini peran siswa yang lebih dahulu paham dapat membantu siswa lain dalam satu kelompok.</span><br /><ul><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagi berikut  :</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Siswa membentuk kelompok yang anggotanya  4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll).</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru menyajikan pelajaran secara .</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang sudah mengerti dapat  menjelaskan pada anggota lainnya (dalam satu kelompok) sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Meskipun dalam kerja kelompok saling membantu namun pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru memberi evaluasi.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Kesimpulan.</span></li></ul></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>7.  Jigsaw (model tim ahli)</b> (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978)</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dalam model pembelajaran Jigsaw (Model Tim Ahli), setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan peran yang sama dengan materi berbeda (masih dalam satu bab) namun bobotnya relatif sama. Tidak ada anggota kelompok yang tidak mendapat bagian tugas.</span><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagi berikut  :</span><br /><ul><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Siswa dikelompokkan ke dalam  4 anggota tim.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Tiap orang anggota dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka .</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru memberi evaluasi.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Kesimpulan/Penutup.</span></li></ul></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>8. Problem Based Introduction (PBI)</b> </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">(Pembelajaran Berdasarkan Masalah)</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Model pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) disebut juga Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Model pembelajaran ini mengangkat satu masalah aktual sebagai satu pembelajaran yang menantang dan menarik. Peserta didik diharapkan dapat belajar memecahkan masalah tersebut secara adil dan obyektif.</span><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :</span><br /><ul><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang telah dipilih.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis dan pemecahan masalah</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Kesimpulan/Penutup.</span></li></ul></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>9. Artikulasi</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Model pembelajaran Artikulasi prosesnya seperti pesan berantai, artinya apa yang telah diberikan Guru, seorang siswa wajib meneruskan menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Di sinilah keunikan model pembelajaran ini. Siswa dituntut untuk bisa berperan sebagai ‘penerima pesan’ sekaligus berperan sebagai ‘penyampai pesan.’</span><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Langkah-langkah model pembelajaran Artikulasi adalah sebagai berikut :</span><br /><ul><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Kesimpulan/penutup.</span></li></ul></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>10. Mind Mapping</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Model pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban. Dipergunakan dalam kerja kelompok secara berpasangan ( 2 orang ).</span><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Langkah-langkah pembelajarannya :</span><br /><ul><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang kiranya belum dipahami siswa.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Kesimpulan/penutup.</span></li></ul></div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span><br /><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>11. Make a Match (Lorna Curran,1994)</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Model Pembelajaran Make a Match artinya model pembelajaran Mencari Pasangan. Setiap siswa mendapat sebuah kartu (bisa soal atau jawaban), lalu secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia pegang. Suasana pembelajaran dalam model pembelajaran Make a Match akan riuh, tetapi sangat asik dan menyenangkan.</span></div><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Langkah-langkah pembelajaran Make a Match adalah sebagi berikut :</span></div><div style="text-align: left;"><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.</span></li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><li style="text-align: justify;">Setiap siswa mendapat satu buah kartu.</li><li style="text-align: justify;">Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.</li><li style="text-align: justify;">Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Artinya siswa yang kebetulan mendapat kartu ‘soal’ maka harus mencari pasangan yang memegang kartu ‘ jawaban soal’ secepat mungkin. Demikian juga sebaliknya.</li><li style="text-align: justify;">Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.</li><li style="text-align: justify;">Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.</li><li style="text-align: justify;">Demikian seterusnya sampai semua kartu soal dan jawaban jatuh ke semua siswa.</li><li style="text-align: justify;">Kesimpulan/penutup.</li></span></ul><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>12. Model Pembelajaran Think Pair and Share (Frank Lyman,1985)</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Model Pembelajaran Think Pair and Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran.</span></div><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair and Share adalah sebagai berikut :</span></div><div style="text-align: left;"><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.</span></li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><li style="text-align: justify;">Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru.</li><li style="text-align: justify;">Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.</li><li style="text-align: justify;">Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.</li><li style="text-align: justify;">Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.</li><li style="text-align: justify;">Kesimpulan/Penutup.</li></span></ul><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>13. Debate (debat)</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dalam model pembelajaran Debate siswa juga dilatih bagaimana mengeluarkan pendapat seperti dalam model pembelajaran Think Pair and Share, perbedaannya adalah dalam debate situasi pembelajaran disengaja dibuat 2 kelompok yang berseberangan (pro dan kontra). Siswa dilatih mengutarakan pendapat/pemikirannya dan bagaimana mempertahankan pendapatnya dengan alasan-alasan  yang logis dan dapat dipertanggungjawabkan. Bukan berarti siswa diajak saling bermusuhan, melainkan siswa belajar bagaimana menghargai adanya perbedaan.</span></div><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut  :</span></div><div style="text-align: left;"><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok peserta debat, yang satu pro dan yang lainnya kontra.</span></li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><li style="text-align: justify;">Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan diperdebatkan oleh kedua kelompok diatas.</li><li style="text-align: justify;">Setelah selesai membaca materi, Guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara saat itu, kemudian setelah selesai ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.</li><li style="text-align: justify;">Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide yang diharapkan.</li><li style="text-align: justify;">Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkapkan.</li><li style="text-align: justify;">Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.</li></span></ul><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>14. Role Playing</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Model pembelajaran Role Playing juga dikenal dengan nama model pembelajaran Bermain Peran. Pengorganisasian kelas secara  berkelompok, masing-masing kelompok memperagakan/menampilkan scenario yang telah disiapkan guru. Siswa diberi kebebasan berimprofisasi namun masih dalam batas-batas scenario dari guru.</span></div><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut  :</span></div><div style="text-align: left;"><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.</span></li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><li style="text-align: justify;">Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar..</li><li style="text-align: justify;">Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang.</li><li style="text-align: justify;">Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.</li><li style="text-align: justify;">Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan.</li><li style="text-align: justify;">Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan.</li><li style="text-align: justify;">Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas/memberi penilaian atas penampilan masing-masing kelompok.</li><li style="text-align: justify;">Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.</li><li style="text-align: justify;">Guru memberikan kesimpulan secara umum.</li><li style="text-align: justify;">Evaluasi.</li><li style="text-align: justify;">Penutup.</li></span></ul><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>15. Group Investigation (Sharan,1992)</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Model pembelajaran Group Investigation hampir sama dengan model pembelajaran yang lain yang berbasis belajar secara diskusi/kelompok, bedanya adalah bahwa dalam Group Investigation materi yang dibahas merupakan materi yang bersifat penemuan.</span></div><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Langkah-langkah pembelajarannya :</span></div><div style="text-align: left;"><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen.</span></li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><li style="text-align: justify;">Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.</li><li style="text-align: justify;">Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain.</li><li style="text-align: justify;">Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif  yang bersifat penemuan.</li><li style="text-align: justify;">Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok.</li><li style="text-align: justify;">Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan.</li><li style="text-align: justify;">Evaluasi.</li><li style="text-align: justify;">Penutup.</li></span></ul><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>16. Talking Stick</b></span></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Model pembelajaran Talking Stick menggunakan sebuah tongkat sebagai alat penunjuk giliran. Siswa yang mendapat tongkat akan diberi pertanyaan dan harus menjawabnya. Kemudian secara estafet tongkat tersebut berpindah ke tangan siswa lainnya secara bergiliran. Demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendapat tongkat dan pertanyaan.</span></div><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :</span></div><div style="text-align: left;"><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.</span></li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><li style="text-align: justify;">Guru menyiapkan sebuah tongkat.</li><li style="text-align: justify;">Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi lebih lanjut.</li><li style="text-align: justify;">Setelah siswa selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya dan mepersiapkan diri menjawab pertanyaan guru.</li><li style="text-align: justify;">Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, jika siswa sudah dapat menjawabnya maka tongkat diserahkan kepada siswa lain. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.</li><li style="text-align: justify;">Guru memberikan kesimpulan.</li><li style="text-align: justify;">Evaluasi.</li><li style="text-align: justify;">Penutup.</li></span></ul><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>17. Bertukar Pasangan</b></span></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan lainnya dan nantinya harus  kembali ke pasangan semula/pertamanya.</span></div><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Langkah-langkah pembelajarannya :</span></div><div><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).</span></li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><li style="text-align: justify;">Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.</li><li style="text-align: justify;">Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari kempok yang lain.</li><li style="text-align: justify;">Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.</li><li style="text-align: justify;">Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.</li><li style="text-align: justify;">Kesimpulan.</li><li style="text-align: justify;">Penutup.</li></span></ul></div></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>18. Snowball Throwing</b></span></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Model Pembelajaran Snowball Throwing melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti model pembelajaran Talking Stik akan tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaannya.</span></div><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :</span></div><div><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Guru menyampaikan pengantar materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin dicapai.</span></li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><li style="text-align: justify;">Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.</li><li style="text-align: justify;">Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.</li><li style="text-align: justify;">Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok</li><li style="text-align: justify;">Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit.</li><li style="text-align: justify;">Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian</li><li style="text-align: justify;">Evaluasi.</li><li style="text-align: justify;">Penutup.</li></span></ul></div></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>19. Student Facilitator and Explaining</b></span></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau pendapatnya sendiri.</span></div><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Langkah-langkah pembelajarannya :</span></div><div><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai/KD.</span></li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><li style="text-align: justify;">Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.</li><li style="text-align: justify;">Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan/peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran.</li><li style="text-align: justify;">Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.</li><li style="text-align: justify;">Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.</li><li style="text-align: justify;">Penutup.</li></span></ul></div></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>20. Course Review Horay</b></span></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Model Pembelajaran Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak’hore!’ atau yel-yel lainnya yang disukai.</span></div><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :</span></div><div><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.</span></li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><li style="text-align: justify;">Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi.</li><li style="text-align: justify;">Memberikan kesempatan kepada siswa bertanya jawab.</li><li style="text-align: justify;">Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa.</li><li style="text-align: justify;">Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (Ö) dan salah diisi tanda silang (x).</li><li style="text-align: justify;">Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya.</li><li style="text-align: justify;">Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh.</li><li style="text-align: justify;">Kesimpulan.</li><li style="text-align: justify;">Penutup.</li></span></ul></div></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>21. Demonstration</b></span></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Anda pasti sudah tidak asing lagi dengan model pembelajaran Demonstrasi, bahkan mungkin sudah menerapkannya berkali-kali sehingga sudah benar-benar menguasai. Demikian harapan saya. Namun di sini sebagai sekedar penambah informasi tetap saya sampaikan. Model Pembelajaran Demonstrasi diperlukan pada khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan. Pembelajaran ini  berhubungan dengan ketrampilan proses yang  diperagakan agar pembelajaran bermakna lebih mendalam.</span></div><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :</span></div><div><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.</span></li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><li style="text-align: justify;">Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan.</li><li style="text-align: justify;">Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan.</li><li style="text-align: justify;">Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan.</li><li style="text-align: justify;">Seluruh siswa memperhatikan demontrasi dan menganalisanya.</li><li style="text-align: justify;">Tiap siswa mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa didemontrasikan.</li><li style="text-align: justify;">Guru dan siswa membuat suatu kesimpulan.</li><li style="text-align: justify;">Penutup.</li></span></ul></div></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>22. Explicit Instruction (Rosenshina & Stevens,1986)</b></span></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Model Pembelajaran Explicit Instruction/Pengajaran Langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan  dengan pola selangkah demi selangkah.</span></div><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :</span></div><div><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Menyampaikan kompetensi/tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa.</span></li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><li style="text-align: justify;">Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan.</li><li style="text-align: justify;">Membimbing pelatihan kepada siswa.</li><li style="text-align: justify;">Mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik.</li><li style="text-align: justify;">Memberikan kesempatan kepada siswa untuk latihan lanjutan.</li><li style="text-align: justify;">Kesimpulan.</li></span></ul></div></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>23. Inside-Outside-Circle (Spencer Kagan) </b></span></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Model Pembelajaran Inside- Outside- Circle (Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar) merupakan model pembelajaran dimana “Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur”. Pembelajaran ini lebih leluasa dilaksanakan di luar kelas, atau tempat terbuka. Karena mobilitas siswa akan cukup tinggi, sehingga diperlukan perhatian ekstra. Namun demikian jika jumlah siswa  tidak terlalu banyak bisa juga dilaksanakan di dalam kelas. Adapun informasi yang saling berbagi merupakan isi materi pembelajaran yang mengarah pada tujuan pembelajaran. Misalnya pada mapel Bahasa Indonesia tentang unsur-unsur cerita. Sebagian siswa mempelajari tokoh-tokoh cerita, sebagian siswa yang lain mempelajari sifat/watak tokoh, latar cerita atau amanat/pesan cerita.  Pada saat nanti berbagi informasi, maka semua siswa akan saling memberi dan menerima informasi pembelajaran. Tujuan model pembelajaran ini adalah melatih siswa belajar mandiri dan belajar berbicara menyampaikan informasi kepada orang lain. Selain itu juga melatih kedisiplinan dan ketertiban.</span></div><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :</span></div><div><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.</span></li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><li style="text-align: justify;">Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok beranggotakan 3-4 orang.</li><li style="text-align: justify;">Tiap-tiap kelompok  mendapat tugas mencari informasi berdasarkan pembagian tugas dari guru ( misal : latar cerita, tokoh cerita, watak tokoh, pesan/amanat, dsb).</li><li style="text-align: justify;">Setiap kelompok belajar mandiri, mencari informasi berdasarkan tugas yang diberikan.</li><li style="text-align: justify;">Setelah selesai, maka seluruh siswa berkumpul saling membaur (tidak berdasarkan kelompok).</li><li style="text-align: justify;">Separuh kelas lalu berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar.</li><li style="text-align: justify;">Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam.</li><li style="text-align: justify;">Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.</li><li style="text-align: justify;">Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.</li><li style="text-align: justify;">Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya, sampai seluruh siswa selesai berbagi informasi.</li></span></ul></div><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>24. Tebak Kata</b></span></div><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dalam Model Pembelajaran Tebak Kata, sesuai dengan namanya siswa diajak bermain tebak kata dengan menggunakan media kartu/karton.</span></div><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Media :</span></div><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">a. Kartu ukuran 10 x10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.</span></div><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">b. Kartu ukuran 5 x 2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi atau diselipkan di telinga,di saku baju atau dikalungkan.</span></div><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :</span></div><div><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.</span></li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><li style="text-align: justify;">Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas.</li><li style="text-align: justify;">Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga,di saku baju atau dikalungkan.</li><li style="text-align: justify;">Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10×10 cm. Jawaban yang tepat apabila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.</li><li style="text-align: justify;">Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain(memancing) asal jangan langsung memberi tahu jawabannya.</li><li style="text-align: justify;">Dan seterusnya.</li></span></ul></div><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>25. Concept Sentence</b></span></div><div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Model Pembelajaran Concept Sentence sesuai untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran membuat kalimat dengan menggunakan kata-kata kunci.</span></div><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :</span></div><div><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Guru menyampaikan kompentensi yang ingin dicapai.</span></li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><li style="text-align: justify;">Guru menyajikan materi secukupnya.</li><li style="text-align: justify;">Guru membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang secara heterogen.</li><li style="text-align: justify;">Guru Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan.</li><li style="text-align: justify;">Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat.</li><li style="text-align: justify;">Hasil diskusi kelompok didiskusikan kembali secara pleno yang dipandu oleh Guru.</li><li style="text-align: justify;">Kesimpulan.</li></span></ul></div></div></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>26. Complete Sentence</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Model Pembelajaran Complete Sentence sesuai untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, di mana siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia.</span></div><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Media : Siapkan blangko isian berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap.</span></div><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :</span></div><div><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.</span></li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><li style="text-align: justify;">Guru Menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan buku atau modul dengan waktu secukupnya.</li><li style="text-align: justify;">Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen.</li><li style="text-align: justify;">Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap.</li><li style="text-align: justify;">Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia.</li><li style="text-align: justify;">Siswa berdiskusi secara berkelompok..</li><li style="text-align: justify;">Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki. Tiap peserta membaca sampai mengerti atau hafal.</li><li style="text-align: justify;">Kesimpulan.</li></span></ul></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>27. Time Token (Arends,1998)</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Model Pembelajaran Time Token sangat tepat untuk pembelajaran struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali.</span></div><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :</span></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.</span></li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><li>Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL).</li><li>Tiap siswa diberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.</li><li>Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya.</li><li>Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.</li><li>Demikian seterusnya.</li></span></ul><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>28. Round Club (Keliling Kelompok)</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Model pembelajaran Round Club dimaksudkan agar masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lainnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :</span></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Guru menjelaskan Tujuan pembelajaran/KD.</span></li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><li>Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.</li><li>Guru memberikan tugas/Lembar Kerja.</li><li>Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan pandangan dan  pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan.</li><li>Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya.</li><li>Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan.</li></span></ul><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>29. Tari Bambu</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Model Pembelajaran Tari Bambu mempunyai tujuan agar siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur, strategi ini cocok untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar siswa.Meskipun namanya Tari Bambu tetapi  tidak menggunakan bambu. Siswa yang berjajarlah yang diibaratkan sebagai bambu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Langkah-Langkah pembelajarannya sebagai berikut :</span></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Separuh kelas atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar . Jika ada cukup ruang mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu relatif singkat.</span></li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><li>Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama</li><li>Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi sinformasi.</li><li>Kemudian satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini masing-masing siswa mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan.</li></span></ul><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>30. Two Stay Two Stray (Spencer Kagan,1992)</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Model pembelajaran Two Stay Two Stray / Dua Tinggal Dua Tamu merupakan model pembelajaran yang memberi  kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi/bertamu antar kelompok untuk berbagi informasi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :</span></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang.</span></li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><li>Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu kedua kelompok yang lain.</li><li>Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka.</li><li>Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.</li><li>Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.</li><li>Kesimpulan.</li></span></ul><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>31. Pair Checks (Spencer Kagen,1993)</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Satu lagi Model Pembelajaran siswa berpasangan, yaitu Pair Check. Model pembelajaran ini juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi  penilaian.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Langkah-langkah Pembelajarannya sebagai berikut :</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">1). Bekerja Berpasangan</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap pasangan  mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu melatih siswa dalam menilai.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">2). Pelatih Mengecek</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Apabila patner benar pelatih memberi kupon.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">3). Bertukar Peran</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Seluruh patner bertukar peran dan mengulangi langkah 1 – 3.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">4). Pasangan Mengecek</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">5). Penegasan Guru</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep.</span><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>32 Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dalam pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu setiap siswa bertanggung jawab terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas (task), sehingga terbentuk pemahaman yang dan pengalaman belajar yang lama. Model pembelajaran ini terus mengalami perkembangan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah menengah. Proses pembelajaran ini mendidik siswa berinteraksi sosial dengan lingkungan. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :</span></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen.</span></li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><li>Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.</li><li>Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.</li><li>Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.</li><li>Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama.</li><li>Penutup.</li></span></ul></div></div></div></div></div></div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dari berbagai sumber</span><br /><ul></ul></div>

Model-model Pembelajaran Interaktif

Model pembelajaran Interaktif adalah suatu cara atau teknik pembelajaran yang digunakan guru pada saat menyajikan bahan pelajaran dimana gur...

Read more »

Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Tujuan pendidikan dalam KTSP menggunakan istilah kompetensi. Ada kompetensi lulusan, kompetensi rumpun mata pelajaran, kompetensi mata pelajaran, standar kompetensi, dan kompetensi dasar. Kompetensi lulusan dan kompetensi rumpun mata pelajaran akan dicapai oleh sejumlah mata pelajaran. Sedangkan untuk kompetensi mata pelajaran dicapai setelah dicapainya sejumlah kompetensi dasar. Selain kompetensi-kompetensi seperti disebutkan di atas, masing-masing mata pelajaran memiliki tujuan dan ruang lingkup masing-masing. Tujuan dan ruang lingkup mata pelajaran utama dalam KTSP adalah sebagai berikut.</span><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Tujuan Mapel PKN</b></span><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.</span></div><div style="text-align: justify;"><ol><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.</span></li></ol></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Ruang Lingkup </b></span><b style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Mapel PKN</b><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut.</span><br /><ol><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLQMZJWyi-Y5218nKBTateUQXeZ2C38kB5dFsqTXPeA-1QBpxgnBmeCqWK_FVu-2w5HrtCk-Z9nWiJPKjqr_JPY7GMJXuC0Zb_d9jSW20SBmw82x2UmNjj4SfUKvwV81PUticsW3mcRwg/s1600/KTSP.png" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLQMZJWyi-Y5218nKBTateUQXeZ2C38kB5dFsqTXPeA-1QBpxgnBmeCqWK_FVu-2w5HrtCk-Z9nWiJPKjqr_JPY7GMJXuC0Zb_d9jSW20SBmw82x2UmNjj4SfUKvwV81PUticsW3mcRwg/s1600/KTSP.png" /></a></div>lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri , Persamaan kedudukan warga negara</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indone sia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.</span></li></ol><b style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Tujuan </b><b style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Mapel Bahasa Indonesia</b><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.</span></div><div style="text-align: justify;"><ol><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.</span></li></ol></div><div style="text-align: justify;"><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Ruang Lingkup </b></span><b style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Mapel Bahasa Indonesia</b><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Inggris di SD/MI mencakup kemampuan berkomunikasi lisan secara terbatas dalam konteks sekolah, yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut.</span><br /><ol><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Mendengarkan</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Berbicara</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Membaca</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Menulis.</span></li></ol><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">ketrampilan menulis dan membaca diarahkan untuk menunjang pembelajaran komunikasi lisan.</span><br /><b style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br /></b><b style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Tujuan </b><b style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Mapel Matematika</b><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.</span></div><div><ol><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.</span></li></ol></div></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Ruang Lingkup </b></span><b style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Mapel Matematika</b><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut.</span><br /><ol><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Bilangan</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Geometri dan pengukuran</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Pengolahan data.</span></li></ol><b style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Tujuan </b><b style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Mapel IPA</b><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"> Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.</span></div><div style="text-align: justify;"><ol><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.</span></li></ol></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Ruang Lingkup </b></span><b style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Mapel IPA</b><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Ruang lingkup Mata Pelajaran IPA SD/MI secara garis besar terinci  </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">menjadi empat (4) kelompok yaitu:</span><br /><ol><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan  </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan;</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">gas;</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,  </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">cahaya dan pesawat sederhana;</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan  </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">benda-benda langit lainnya.</span></li></ol><b style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Tujuan </b><b style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Mapel IPS</b><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.</span></div><div style="text-align: justify;"><ol><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.</span></li></ol><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Ruang Lingkup </b></span><b style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Mapel IPS</b></div><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut.</span></div><div><ol><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Manusia, Tempat, dan Lingkungan</span></li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><li>Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan</li><li>Sistem Sosial dan Budaya</li><li>Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.</li></span></ol></div><ol></ol></div></div>

Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran

Tujuan pendidikan dalam KTSP menggunakan istilah kompetensi. Ada kompetensi lulusan, kompetensi rumpun mata pelajaran, kompetensi mata pelaj...

Read more »

Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum. Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum.</span><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span> <span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Dalam usaha untuk mengembangkan kurikulum ada beberapa prinsip dasar yang harus kita perhatikan, agar kurikulum yang kita jalankan benar-benar sesuai dengan apa yang diharapkan. Prinsip dasar yang paling utama yang harus diperhatikan yaitu :</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><br /></b></span> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>1. Prinsip Relevansi</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Relevansi pendidikan dapat diartikan sebagai kesesuaian atau keserasian pendidikan dengan tuntutan kehidupan. Masalah relevansi pendidikan dengan kehidupan dapat kita tinjau dari beberapa segi: pertama, relevansi pendidikan dengan lingkungan hidup murid, kedua, relevansi pendidikan dengan perkembangan kehidupan sekarang dan masa yang akan datang, ketiga, relevansi pendidikan dengan tuntutan dalam dunia pekerjaan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>2. Prinsip efektivitas</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Prinsip efektivitas yaitu mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas. Efektifitas dalam suatu kegiatan berkenaan dengan sejauh mana apa yang idrencanakan atau dapat diinginkan dapat terlaksana atau tercapai.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Didalam bidang pendidikan, efektifitas ini dapat ditinjau dari dua segi efektifitas mengajar guru dan efektifitas belajar murid.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>a. Efektifitas mengajar guru</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Efektifitas guru ini mencakup sejauh mana seorang guru melakaukan kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>b. Efektifitas belajar murid</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Efektifitas belajar ini menyangkut sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran yang diinginkan telah dapat dicapai melalaui kegiatan belajar mengajar yang ditempuh.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><br /></b></span> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>3. Prinsip efisiensi</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Prinsip efisiensi yaitu mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai. Prinsip efisiensi ini perlu kita perhatikan, baik efisiensi dalam segi waktu, tenaga, peralatan, yang tentunya akan menghasilkan efisiensi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><br /></b></span> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>4. Prinsip kontinuitas</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Prinsip kontinuitas yaitu adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan. Dengan kontinuitas ini dimaksudkan agar hubungan atau jalin-menjalin antara berbagai tingkat dan jenis program pendidikan .</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">a. Kesinambungan antara berbagai tingkat sekolah. Dalam menyusun kurikulum tingkat sekolah, hendaknya dipertimbangkan sebagai berikut:</span></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Bahan-bahan pelajaran yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut pada tingkat sekolah yang berikutnya hendaknya sudah diajarkan pada tingkat sekolah yang sebelumnya.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Bahan pelajaran yang sudah diajarkan pada tingkat sekolah yang lebih rendah tidak perlu diajarkan lagi pada sekolah yang lebih tinggi</span></li></ul></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">b. Kesinambungan anatara berbagai bidang studi</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Bahan yang diajarkan dalam berbagai bidang studi sering menyampaikan hubungan satu sama lainnya. Sehubungan dengan hal itu urutsan dalam penyajian berbagai bidang studi hendaknya diusahakan sedemikian rupa agar hubungan tersebut dapat terjalin dengan baik.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><br /></b></span> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>5. Prinsip flexibilitas</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Flexibilitas ini maksudnya tidak kaku, artinya adanya semacam ruang gerak yang</span><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5J_CAC-Xoux7lysp7g7uIShDsBdtuFXloicruAVFZ0M6ncsyrwLqOel09c8I6xyXOReWHXLPKjmIkUFGjjE425w-rP4Dg6S1B9VoJAexJo59NZa4MTZHaz66cErRJUJlS7wsaw5YXWPA/s1600/kurikulum.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5J_CAC-Xoux7lysp7g7uIShDsBdtuFXloicruAVFZ0M6ncsyrwLqOel09c8I6xyXOReWHXLPKjmIkUFGjjE425w-rP4Dg6S1B9VoJAexJo59NZa4MTZHaz66cErRJUJlS7wsaw5YXWPA/s1600/kurikulum.jpg" /></a></span></div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"> memberikan sedikit kebebasan dalam bertindak. Apa yang diharapkan dalam kurikulum ideal kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi kenyataan yang ada. Bisa saja ketidaksesuaian itu ditunjukkan oleh kemampuan guru yang kurang, latar belakang atau kemampuan dasar siswa yang rendah, atau mungkin sarana dan prasarana yang ada di sekolah tidak memadai. Kurikulum harus bersifat lentur atau fleksibel. Artinya, kurikulum itu harus bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang ada. Kurikulum yang kaku atau tidak fleksibel akan sulit diterapkan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Prinsip fleksibilitas memiliki dua sisi :</span></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Fleksibel dalam memilih program pendidikan, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Maksudnya adalah pengadaaan program-program pilihan yang dapat berbentuk jurusan, program, spesialisasi, ataupun program-program pendidikan ketrampilan yang dapat dipilih murid atas dasar kemampuan dan minatnya.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Flexibilitas dalam pengembangan program pengajaran, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Maksudnya ialah memberikan kesempatan kepada para pendidik dalam mengembangkan sendiri program-program pengajaran dengan berpatok tujuan dan bahan pengajaran didalam kurikulum yang masih bersifat umum.</span></li></ul></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>6. Prinsip Berorientasi pada tujuan</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sebelum bahan ditentukan langkah awal yang perlu dilakukan oleh seorang pendidik adalah menentukan tujuan terdahulu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><br /></b></span> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>7. Prinsip dan model Pengembangan Kurikulum</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Pengembangan kurikulum memiliki maksud secara bertahap dan terus menerus.</span><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu :</span><br /><ul><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.</span></li></ul><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara penerapan satu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum sebelumnya, yang justru tampaknya sering kali terabaikan. Karena prinsip-prinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh atau jiwanya kurikulum</span><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"></span><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dalam mensikapi suatu perubahan kurikulum, banyak orang lebih terfokus hanya pada pemenuhan struktur kurikulum sebagai jasad dari kurikulum . Padahal jauh lebih penting adalah perubahan kutural (perilaku) guna memenuhi prinsip-prinsip khusus yang terkandung dalam pengembangan kurikulum.</span></div></div>

Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum

Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum. Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan ka...

Read more »

Teori Belajar Menurut Para Ahli

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah berhenti dan terbatas pada dinding kelas.  Hal ini didasari pada asumsi bahwa di sepanjang kehidupannya,  manusia akan selalu dihadapkan pada masalah-masalah, rintangan-rintangan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam kehidupan ini. Prinsip belajar sepanjang hayat ini sejalan dengan empat pilar pendidikan universal seperti yang dirumuskan UNESCO, yaitu: (1) learning to know, yang berarti juga learning to learn; (2) learning to do; (3) learning to be, dan (4) learning to live together.</span><br /><ul><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Learning to know atau learning to learn mengandung pengertian bahwa belajar itu pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar. Dengan proses belajar, siswa bukan hanya sadar akan apa yang harus dipelajari, akan tetapi juga memiliki kesadaran dan kemampuan bagaimana cara mempelajari yang harus dipelajari itu.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Learning to do mengandung pengertian bahwa belajar itu bukan hanya sekedar mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan, tetapi belajar untuk berbuat dengan tujuan akhir penguasaan kompetensi yang sangat diperlukan dalam era persaingan global.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Learning to be mengandung pengertian bahwa belajar adalah membentuk manusia yang “menjadi dirinya sendiri”. Dengan kata lain, belajar untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Learning to live together adalah belajar untuk bekerjasama. Hal ini sangat diperlukan sesuai dengan tuntunan kebutuhan dalam masyarakat global dimana manusia baik secara individual maupun secara kelompok tak mungkin bisa hidup sendiri atau mengasingkan diri bersama kelompoknya.</span></li></ul><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Banyak ilmuan yang telah menemukan teori belajar, diantaranya adalah sebagai berikut :</span><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>1. B.F. Skiner</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Skinner menyatakan bahwa belajar merupakan “Tingkah laku sebagai hubungan antara </span><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVmeWaChFbGRpE-wrIcZBndT7Qqs-HfiGtVGJx4UAg_MubwZ1_qOOcfR3S1R6LwpO3QZKh0Du-TD9599R6HJQGJeB1iPpRs1GSgLRwLNN9g_wc15x2E0NswCnOg8wM2PhMEUsM8rS0UJY/s1600/bf_skinner.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVmeWaChFbGRpE-wrIcZBndT7Qqs-HfiGtVGJx4UAg_MubwZ1_qOOcfR3S1R6LwpO3QZKh0Du-TD9599R6HJQGJeB1iPpRs1GSgLRwLNN9g_wc15x2E0NswCnOg8wM2PhMEUsM8rS0UJY/s1600/bf_skinner.jpg" /></a></span></div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">perangsang (S) dan respon (R)” yang terkenal dengan teorinya yaitu Operant Conditioning Theory. Ada dua macam respon dalam kegiatan belajar</span></div><div style="text-align: justify;"></div><ul><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Respondent response reflexive respons, bersifat spontan atau dilakukan secara reflek, diluar kemampuan seseorang. Dalam situasi yang demikiasn seseorang cukup belajar dengan stimulus yang diberikan dan ia akan memberikan respons yang sepadan dengan stimuli yang datang.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Operant Response (Instrumental Response), respon yang timbul dan berkembangnya dikuti oleh perangsan-perangsang tertentu. Perangsang yang demikian disebut dengan reinforcing stimuli atau reinforcer, karena perangsang ini memperkuan respons yang telah dilakukan oleh organisme.</span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Prosedur pembentukan tingkah laku dalam operant response secara sederhana adalah sebagai berikut :</span></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Mengidentifikasi hal-hal apa yang merupakan reinforcer bagi tingkah laku yang akan dibentuk.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Menganalisa, dan selanjutnya mengidentifikasi komponen-komponen itu lalu disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya tingkah laku yang dimaksud.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Berdasarkan urutan komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer untuk masing-masing komponen-komponen itu.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Melakukan pembentukan tingkah laku, dengan mengunakan urutan yang telah disusun. Kalau komponen pertama telah dilakukan, maka hadiahnya (reinforcer) diberikan. Kemudian komponen kedua, jika yang pertama sudah terbentuk, yang kemudian diberi hadiah pula (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi)</span></li></ul></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>2. Pavlov</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dalam teorinya Pavlov menyatakan bahwa gerakan refleks itu dapat dipelajari dan dapat berubah dengan melakukan latihan. Refleks dibagi menjadi dua bagian, yaitu refleks wajar (unconditioned reflex) dan refleks bersyarat (conditioned reflex). Refleks wajar, refleks yang terjadi dengan sendirinya saat diberikan rangsang, sedangkan refleks bersyarat adalah refleks yang harus dipelajari.</span><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br />Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:</span><br /><ul><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun</span></li></ul></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Menurut teori conditioning, belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions), dapat berupa latihan yang dilakukan secara terus menerus sehingga menimbulkan reasksi (response).</span><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Kelemahannya adalah menganggap bahwa belajar adalah hanyalah terjadi secara otomatis dan lebih menonjolkan peranan latihan-latihan, dimana keaktifan dan pribadi seseorang tidak dihiraukan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>3. Edwin </b><b>Guthrie</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Teori yang dikemukakan oleh Guthrie adalah teori conditioning yang menitikberatkan pada cara-cara atau upaya tertentu untuk mengubah kebiasaan yang kurang baik menjadi kebiasaan yang baik. Menurut Guthrie tingkah laku manusia itu adalah merupakan deretan-deretan tingkah laku yang terdiri dari unit-unit. Unit-unit tingkah laku ini merupakan respons atas rangsangan ang terjadi sebelumnya dan menjadi rangsang berikutnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br />Beberapa metode yang disarankan Guthrie untuk mengubah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan adalah : </span></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><i>Metode Reaksi Berlawanan (Incompatible Response Method)</i>, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Dasar pemikiran metode reaksi berlawanan adalah bahwa manusia adalah merupakan organisme yang selalu bereaksi terhadap rangsang-rangsang.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><i>Metode Membosankan (Exhaustion Method)</i>, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Hubungan asosiasi antara rangsang dengan reaksi pada tingkah laku yang buruk dibiarkan sampai kemudian menjadi bosan atas keburukannya.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><i>Metode Mengubah Lingkungan (Change of Enviromental Method)</i>, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Adalah cara yang digunakan dengan memutuskan hubungan rangsang antara rangsang dengan respons yang buruk yang akan dihilangkan.</span></li></ul></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Seperti halnya Thorndike, Guthrie menyarankan proses pendidikan dimulai dengan menyatakan tujuan, yakni menyatakan respons apa yang harus dibuat untuk stimuli. Dia menyarankan lingkungan belajar yang akan memunculkan respons yang diinginkan bersama dengan adanya stimuli yang akan diletakkan padanya. Jadi motivasi dianggap tidak terlalu penting, yang diperlukan adalah siswa mesti merespons dengan tepat dalam kehadiran stimuli tertentu. Latihan (praktik) adalah penting karena ia menimbulkan lebih banyak stimuli untuk menghasilkan perilaku yang diinginkan.karena setiap pengalaman adalah unik, seseorang harus “belajar ulang” berkali-kali. Guthtrie mengatakan bahwa belajar 2 ditambah 2 di papan tulis tidak menjamin siswa bisa 2 ditambah 2 ketika dibangku. Karena memungkinkan siswa akan belajar meletakkan respons pada setiap stimuli (di dalam atau di luar kelas).</span><br /><div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>4. Edward Lee Thorndike</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Thorndike menyatakana ada 3 prinsip belajar, yaitu law of readiness, law of effect dan law of </span><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigFfi5ESxli46eQg_m-An14527J8mpo2JNRRYKUr2Pu-HVM77AGzHp4B9IlyxBIF8_cLOvoK9iBlAZq9doQqglUAdla3-kh443-CjaT0dCGXHCtC-9Di8wF-vpfD-85xChRAJOZp9juG4/s1600/thorndike.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigFfi5ESxli46eQg_m-An14527J8mpo2JNRRYKUr2Pu-HVM77AGzHp4B9IlyxBIF8_cLOvoK9iBlAZq9doQqglUAdla3-kh443-CjaT0dCGXHCtC-9Di8wF-vpfD-85xChRAJOZp9juG4/s1600/thorndike.jpg" /></a></span></div><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">exercise, yang terangkum dalam teorinya yaitu The Connectionism Theory. T</span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">iga hukum   belajar tersebut antara lain:</span><br /><ul><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><i>The Law Of Readiness (Hukum Kesiapan)</i>, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Hukum kesiapan yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat. </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar merupakan suatu kegiatan membentuk asosiasi (connection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi memuaskan</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><i>The Law of Exercise (Hukum Latihan)</i>, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Hukum latihan yaitu semakin sering tingkah laku diulang/dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. Dalam hal ini, hukum latihan mengandung dua hal: </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">a. The Law of Use: hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi bertambah kuat, kalau ada latihan yang sifatnya lebih memperkuat hubungan itu. </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">b. The Law of Disue: hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi bertambah lemah atau terlupa kalau latihan-latihan dihentikan, karena sifatnya yang melemahkan hubungan tersebut.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><i>The Law of Effect (Hukum Akibat)</i>, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Hukum akibat yaitu hubungan stimulus respon yang cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.</span></li></ul></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>5. Clark L. Hull</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dalam teorinya ia mengatakan bahwa suatu kebutuhan harus ada pada diri seseorang yang sedang belajar, kebutuhan itu dapat berupa motif, maksud, ambisi, atau aspirasi. Dalam hal ini efisiensi belajar tergantung pada besarnya tingkat pengurangan dan kepuasan motif yang menyebabkan timbulnya usaha belajar individu.</span><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Prinsip penguat (reinforcer) menggunakan seluruh situasi yang memotivasi, mulai dari dorongan biologis yang merupakan kebutuhan utama seseorang sampai pada hasil-hasil yang memberikan ganjaran bagi seseorang. Jadi pada diri seseorang harus ada motif sebelum belajar terjadi atau dilakukan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>6. Piaget</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Menurut Piaget perkembangan kognitif pada anak secara garis besar terbagi empat periode yaitu: a) periode sensori motor ( 0 – 2 tahun); b) periode praoperasional (2-7 tahun); c)periode operasional konkrit (7-11 tahun); d) periode operasi formal (11-15) tahun. Sedangkan konsep-konsep dasar proses organisasi dan adaptasi intelektual menurut Piaget yaitu: skemata (dipandang sebagai sekumpulan konsep); asimilasi (peristiwa mencocokkan informasi baru dengan informasi lama yang telah dimiliki seseorang; akomodasi (terjadi apabila antara informasi baru dan lama yang semula tidak cocok kemudian dibandingkan dan disesuaikan dengan informasi lama); dan equilibrium (bila keseimbangan tercapai  maka siswa mengenal informasi baru).</span><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br />Piaget mengemukakan aspek-aspek perkembangan intelektual anak sebagai berikut:</span></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><i>Aspek struktur</i>, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental, dan perkembangan berpikir logis anak-anak. Tindakan-tindakan menuju perkembangan operasi-operasi dan selanjutnya menuju pada perkembangan struktur-struktur. Struktur yang juga disebut skemata atau juga biasa disebut dengan konsep, merupakan organisasi mental tingkat tinggi.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><i>Aspek isi</i>, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Isi maksudnya adalah pola perilaku anak khas yang tercermin pada respons yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><i>Aspek fungsi</i>, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Fungsi adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual. Perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi.</span></li></ul></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>7. Jerome S Bruner</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Bruner menyatakan bahwa inti belajar adalah bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan informasi secara aktif. Menurut Bruner selama kegiatan belajar berlangsung hendakanya siswa dibiarkan untuk menemukan sendiri (discovery learning) makna segala sesuatu yang dipelajari. Dalam hal ini siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berperan dalam memecahkan masalah. Dengan cara tersebut diharapkan mereka mampu memahami konsep-konsep dalam bahasa mereka sendiri.</span><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br />Bruner mengemukakan bahwa perkembangan intelektual anak mengikuti tiga tahap representasi yang berurutan, yaitu: a) enaktif, segala perhatian anak tergantung pada responnya; b) ikonik, pola berpikir anak tergantung pada organisasi sensoriknya dan c) simbolik, anak telah memiliki pengertian yang utuh tentang sesuatu hal sehingga anak telah mampu mengutarakan pendapatnya dengan bahasa.</span><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Implikasi teori Bruner dalam proses pembelajaran adalah menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah. Dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali struktur-struktur idenya dalam rangka untuk mencapai keseimbangan di dalam benaknya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>8. Robert M Gagne</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Gagne mengemukakan ada lima kemampuan hasil belajar yaitu tiga bersifat kognitif, satu bersifat afektif, dan satu bersifat psikomotorik. Kelima kategori hasil belajar tersebut adalah informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.</span></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Informasi verbal (Verbal information)</i>, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Merupakan pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan, dan tertulis. Pengetahuan tersebut diperoleh dari sumber yang juga menggunakan bahasa, lisan maupun tertulis. Informasi verbal meliputi ”cap verbal” dan ”data/fakta”. Cap verbal yaitu kata yang dimiliki seseorang untuk menunjuk pada obyek-obyek yang dihadapi, misalnya ’kursi’. Data/fakta adalah kenyataan yang diketahui, misalnya ’Ibukota negara Indonesia adalah Jakarta’.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Kemahiran intelektual (Intellectual skill)</i>, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Yang dimaksud adalah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai lambang/simbol (huruf, angka, kata, dan gambar). Kategori kemahiran intelektual terbagi lagi atas empat subkemampuan, yaitu: </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">a. Diskriminasi jamak, yaitu kemampuan seseorang dalam mendeskripsikan benda yang dilihatnya.; </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">b. Konsep, ialah satuan arti yang mewakili sejumlah obyek yang memiliki ciri-ciri sama. Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan. Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada obyek-obyek dalam lingkungan fisik. Konsep yang didefinisiskan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik.; </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">c.  Kaidah, yaitu kemampuan seseorang untuk menggabungkan dua konsep atau lebih sehingga dapat memahami pengertiannya.; </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">d. Prinsip. Dalam prinsip telah terjadi kombinasi dari beberapa kaidah, sehingga terbentuk suatu kaidah yang bertaraf lebih tinggi dan lebih kompleks. Berdasarkan prinsip tersebut, seseorang mampu memecahkan suatu permasalahan, dan kemudian menerapkan prinsip tersebut pada permasalahan yang sejenis.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Pengaturan kegiatan kognitif (Cognitive strategy)</i>, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Merupakan suatu cara seseorang untuk menangani aktivitas belajar dan berpikirnya sendiri, sehingga ia menggunakan cara yang sama apabila menemukan kesulitan yang sama.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Keterampilan motorik (Motor skill)</i>, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Adalah kemampuan seseorang dalam melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Sikap (Attitude)</i>, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Merupakan kemampuan seseorang yang sangat berperan sekali dalam mengambil tindakan, apakah baik atau buruk bagi dirinya sendiri.</span></li></ul></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Bertolak dari model belajarnya, Gagne mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan belajar (learning act). Fase-fase itumerupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distruktur oleh siswa (yang belajar) atau guru. Fase-fase tersebut adalah:</span></div><div style="text-align: justify;"></div><ul><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><i>Fase motivasi</i>, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Dimotivasi untuk belajar bahwa belajar akan memperoleh hadiah</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Fase pengenalan, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Memberikan perhatian pada bagian yang esensial dari suatu kejadian instruksional</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><i>Fase perolehan</i>, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Jika sudah mendapatkan informasi yang relevan, maka telah siap untukmenerima pelajaran</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><i>Fase retensi</i>, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Informasi harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><i>Fase pemanggilan</i>, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Memperoleh hubungan antara informasi yang telah kita pelajari dengan informasi yang telah dipelajari sebelumnya</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><i>Fase generalisasi</i>, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Proses transfer informasi pada situasi-situasi baru.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><i>Fase penampilan</i>, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Siswa harus memperlihatkan bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui penampilan yang tampak</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><i>Fase umpan balik</i>, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Siswa memperoleh umpan balik dari penampilan mereka</span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>9. David Ausubel</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Ia mengemukakan teori belajar yaitu teori belajar bermakna. Belajar dapat diklasifikasikan dalam dua dimensi, yaitu:</span></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Dimensi yang berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Dimensi yang menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengabaikan informasi pada struktur kognitif yang ada. Struktur kognitif adalah fakta, konsep, dan generalisasinya yang telah dipelajari dan diingat siswa.</span></li></ul></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dalam implementasinya, teori ini terdiri dari dua fase, aitu mula-mula ia menyangkut pemberian “the organizer” atau materi pendahuluan diberikan sebelum kegiatan berlangsung dan dalam tingkat abstraksi. Fase berikutnya dimana organisasinya lebih spesifik dan terarah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>10. Teori Psikologi Gestalt</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Teori ini disebut juga field theory atau insight full lerning. Menurutnya manusia bukan hanya sekadar makhluk reaksi yang hanya berbuat atau bereaksi jika ada rangsang yang mempengaruhinya. Manusia adalah individu yang mempunyai kebulatan antara jasmani dan rohani. Secara pribadi manusia tidak secara langsung bereaksi kepada rangsang, dan tidak pula reaksi itu dilakukan secara tidak terarah, tidak pula dilakukan dengan cara trial and error.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Reaksi yang dilakukan manusia tergantung pada rangsang dan bagaimana motif-motif yang terdapat pada dirinya. Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sumber : </span><br /><ol><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">http://akirawijayasaputra.wordpress.com/2012/03/14/10-teori-belajar-menurut-ahli-2/</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">http://sulipan.wordpress.com/2011/05/16/teori-belajar-menurut-piaget-bruner-dan-vygotsky/</span></li></ol></div></div>

Teori Belajar Menurut Para Ahli

Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tida...

Read more »