Cara Unik Mangrove Bertahan Hidup
Ruatdi, Menurut Murdiyanto (2003), terdapat tiga cara bakau bertahan terhadap air garam, cara yang pertama adalah beberapa jenis bakau menghindari banyaknya garam dengan cara menyaring melalui bagian akarnya. Beberapa spesies dapat menyaring melalui bagian akarnya. Beberapa spesies dapat menyaring sampai 90% kadar garam air laut (Rhizophora, Ceriops, Bruguiera) termasuk spesies penyaring garam (salt-excluders).
Cara yang kedua adalah secepatnya mengeluarkan garam yang masuk kedalam sistem pepohonan melalui daun. Beberapa jenis bakau mempunyai kelenjar khusus yang dapat mengeluarkan garam dari dalam sistem. (contoh jenis bakau yang termasuk pelepas garam adalah Avicennia, Sonneratia dan Acanthus).
Cara yang ketiga adalah menumpuk kelebihan garam pada kulit batang pohon dan daun tua yang akan terlepas dan jatuh dari pohon tersebut. Jenis Avicennia, Sonneratia dan Ceriops adalah jenis yang memakai cara tersebut, mengeluarkan kelebihan garam melalui pori-pori yang ada pada dasar daunnya. Terlihat dengan jelas bahwa dari beberapa contoh di atas, beberapa jenis bakau memakai cara ke satu, dua atau ketiga-tiganya.
Mengapa ada jenis bakau yang secara normal lebih suka didaerah berair dari pada di daratan (?) Hal ini sangat berhubungan dengan peranan zat asam, air dan garam. Bila kita fokuskan perhatian kepada garam, sangat jelas bahwa air laut mengandung kadar garam yang tinggi dan tanaman biasa akan mati bila dicelupkan dalam air laut. Hal lain, yang mungkin tidak nampak dengan jelas, adalah kenyataan bahwa tanah di pinggir laut bisa jadi lebih asin dari pada air laut itu sendiri. Mengapa? Ya, karena setiap pasang naik, sebagain air laut terabsorpsi ke tanah, kemudian menguap dan meninggalkan garamnya. Demikian seterusnya, setiap kali pasang menambah kandungan garam ke tanah. Bila keadaan ini berjalan dalam kurun waktu yang cukup lama maka kandungan garam di tanah akan menjadi sangat tinggi.
Pohon mana saja yang tumbuh di tanah dengan kondisi sedemikian ini akan mengambil garam dari tanah atau air secara berlebihan, dan ini akan mengakibatkan kerusakan akibat dehidrasi di dalam sel bagian dalam akar, cabang dan daun. Dalam keadaan begini, tanaman harus bisa mengeluarkan garam atau mengusir kelebihan garam tersebut. Nyatanya tidak, semua jenis bakau bisa, bahkan sebagian besar tidak sanggup. Lalu bagaimana? Satu-satunya jalan keluar dari kondisi ini adalah mengharapkan jatuhnya hujan yang akan bisa mengurangi kandungan garam dari tanah dan mengalirkan kembali ke laut.
Cara yang kedua adalah secepatnya mengeluarkan garam yang masuk kedalam sistem pepohonan melalui daun. Beberapa jenis bakau mempunyai kelenjar khusus yang dapat mengeluarkan garam dari dalam sistem. (contoh jenis bakau yang termasuk pelepas garam adalah Avicennia, Sonneratia dan Acanthus).
Cara yang ketiga adalah menumpuk kelebihan garam pada kulit batang pohon dan daun tua yang akan terlepas dan jatuh dari pohon tersebut. Jenis Avicennia, Sonneratia dan Ceriops adalah jenis yang memakai cara tersebut, mengeluarkan kelebihan garam melalui pori-pori yang ada pada dasar daunnya. Terlihat dengan jelas bahwa dari beberapa contoh di atas, beberapa jenis bakau memakai cara ke satu, dua atau ketiga-tiganya.
Mengapa ada jenis bakau yang secara normal lebih suka didaerah berair dari pada di daratan (?) Hal ini sangat berhubungan dengan peranan zat asam, air dan garam. Bila kita fokuskan perhatian kepada garam, sangat jelas bahwa air laut mengandung kadar garam yang tinggi dan tanaman biasa akan mati bila dicelupkan dalam air laut. Hal lain, yang mungkin tidak nampak dengan jelas, adalah kenyataan bahwa tanah di pinggir laut bisa jadi lebih asin dari pada air laut itu sendiri. Mengapa? Ya, karena setiap pasang naik, sebagain air laut terabsorpsi ke tanah, kemudian menguap dan meninggalkan garamnya. Demikian seterusnya, setiap kali pasang menambah kandungan garam ke tanah. Bila keadaan ini berjalan dalam kurun waktu yang cukup lama maka kandungan garam di tanah akan menjadi sangat tinggi.
Pohon mana saja yang tumbuh di tanah dengan kondisi sedemikian ini akan mengambil garam dari tanah atau air secara berlebihan, dan ini akan mengakibatkan kerusakan akibat dehidrasi di dalam sel bagian dalam akar, cabang dan daun. Dalam keadaan begini, tanaman harus bisa mengeluarkan garam atau mengusir kelebihan garam tersebut. Nyatanya tidak, semua jenis bakau bisa, bahkan sebagian besar tidak sanggup. Lalu bagaimana? Satu-satunya jalan keluar dari kondisi ini adalah mengharapkan jatuhnya hujan yang akan bisa mengurangi kandungan garam dari tanah dan mengalirkan kembali ke laut.
Post a Comment