Interaksi Sosial. Semua manusia terlahir sebagai makhluk sosial. Artinya, manusia membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut Selo Soemardjan, proses sosial adalah hubungan timbal balik antara manusia (individu) dengan berbagai segi kehidupan bersama. Oleh karena itu, proses sosial memiliki pengertian yang cukup luas, di mana di dalamnya mencakup hubungan timbal balik antara manusia dengan segi ekonomi, manusia dengan budaya, manusia dengan politik, dan juga antara manusia dengan manusia lainnya di dalam suatu kelompok masyarakat.
Terjadinya proses sosial karena manusia adalah makhluk sosial (homo socius). Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat melepaskan dirinya dari keberadaan orang lain di sekitarnya. Interaksi sosial merupakan bentuk umum dari proses sosial, yang berupa hubungan dinamis, baik antar individu, individu dengan kelompok, maupun antarkelompok sosial. Interaksi dapat menjadi media untuk mempertahankan berbagai norma yang berlaku di masyarakat.
Macam-macam Interaksi Sosial dalam Proses Sosial
Interaksi sosial dapat berlangsung melalui dua cara, yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Interaksi sosial secara langsung adalah interaksi sosial yang dilakukan secara langsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok secara langsung bertatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan perantara alat komunikasi. Bahasa merupakan media utama sehingga orang dapat melakukan percakapan. Dua orang atau lebih yang melakukan percakapan tentunya akan menggunakan bahasa yang sama dan yang mereka pahami. Interaksi sosial juga dapat berlangsung dengan menggunakan bahasa isyarat. Pada umumnya, bahasa isyarat ini digunakan oleh orang-orang yang menguasai bahasa isyarat (tunawicara).
Pola-pola Interaksi Sosial
a. Interaksi antara Individu dengan Individu
Ketika kamu sedang mencurahkan isi hati kepada sahabat terdekatmu, atau ketika seorang guru BP sedang memberikan nasihat kepada salah satu siswanya. Interaksi ini hanya berlangsung antara satu individu dengan satu individu lainnya.
b. Interaksi antara Individu dengan Kelompok
Ketika seorang guru sedang memberikan materi pelajaran di kelas kepada siswa-siswanya, maka di sana telah terjadi interaksi antara individu dengan kelompok. Guru sebagai individu
yang berinteraksi dengan sekelompok siswa di dalam kelas.
c. Interaksi antara Kelompok dengan Kelompok
Interaksi ini berlangsung antara dua kelompok manusia. Sebagai contoh dalam kegiatan pertandingan sepak bola, di mana dalam pertandingan itu terjadi interaksi antara dua kelompok manusia yang sedang memperebutkan gelar juara.
Sosialisasi
Sosialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses yang dapat membantu individu supaya dapat diterima dalam kelompoknya melalui proses belajar dan penyesuaian diri. Upaya yang dapat dilakukan individu supaya ia dapat diterima dalam kelompoknya adalah dengan cara belajar dan menyesuaikan diri (adaptasi).
Jenis-jenis Sosialisasi
Secara umum, sosialisasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a. Tahap Persiapan (Preparatory Stage)
Tahap persiapan dimulai sejak anak dilahirkan. Sejak saat itu, seorang anak dipersiapkan untuk mengenal dunia sosialnya serta untuk memahami tentang dirinya. Pada tahap ini, sosialisasi dilakukan dengan cara meniru apa yang diucapkan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya, meskipun belum sempurna dan belum mengerti penuh apa maknanya.
b. Tahap Meniru (Play Stage)
Pada tahap ini seorang anak mulai melakukan peniruan terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, meskipun belum sempurna. Ketika kita memperhatikan anak-anak kecil yang sedang berperan sebagai ibu, merupakan pengulangan kata-kata yang diucapkan oleh ibunya sendiri.
c. Tahap Siap Bertindak (Game Stage)
Pada tahap ini sosialisasi dilakukan dengan penuh kesadaran, sehingga proses peniruan (imitasi) terhadap orang lain mulai berkurang. Dengan kata lain, pada tahap ini, seseorang sudah mampu berpartisipasi aktif di masyarakatnya.
d. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Other)
Pada tahap ini seseorang mulai menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari masyarakat yang diatur oleh berbagai norma sosial. Dia mampu menempatkan dirinya pada masyarakat luas. Jika seseorang sudah mencapai tahap ini, dapat dikatakan sebagai orang dewasa.
Media Sosialisasi
a. Keluarga
Keluarga merupakan media sosialisasi primer, tempat seseorang pertama kali mendapatkan bekal tentang pengetahuan, nilai-nilai, dan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Keluarga menjadi peletak dasar-dasar nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Keluarga memiliki peranan besar dan paling berpengaruh dalam membentuk kepribadian seseorang.
b. Teman sepermainan
Teman sepermainan merupakan sekelompok orang yang biasanya memiliki rentang usia hampir sama. Teman sepermainan menjadi media sosialiasi kedua yang pengaruhnya sangat besar setelah keluarga. Bagi kelompok remaja, teman sepermainan sangat penting artinya, karena dalam kelompok ini mereka mempelajari bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain tanpa pengawasan langsung dari orang tua dan guru.
c. Sekolah
Sekolah merupakan media sosialisasi sekunder yang bersifat formal. Pada masyarakat modern, peranan sekolah menjadi sangat penting artinya bagi kelangsungan proses sosialisasi. Sebagai media sosialisasi, sekolah memiliki arti penting seperti berikut ini.
Peranan media massa seperti TV, radio, film, buku, serta media massa yang lainnya memiliki peran yang tak kalah pentingnya sebagai agen sosialisasi. Apa yang ditonton atau dibaca seseorang akan berpengaruh terhadap perkembangan pengetahuan, kepribadian, dan intelektualitas seseorang.
Fungsi Sosialisasi sebagai Proses Pembentuk Kepribadian
Sosialisasi telah dilakukan seseorang sejak masih bayi, yaitu yang terjadi di keluarga. Karena orang tua dan anggota keluarga lainnya yang selalu berada di sekitarnya, maka interaksi yang sering terjadi adalah dengan mereka. Pada saat itulah orang tua mulai memperkenalkan status dan perannya dalam keluarga. Orang tua berperan sebagai peletak dasar-dasar bagi perkembangan kepribadian seorang anak.
Terkadang orang tua menggunakan hadiah (reward) dan hukuman (punishment) untuk menghasilkan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Namun, jika seorang anak berlaku tidak sesuai dengan yang mereka harapkan, orang tua akan memberikan sanksi negatif atau hukuman. Pemberian hadiah dan sanksi/hukuman tersebut merupakan salah satu cara yang dilakukan orang tua untuk menyosialisasikan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Dilihat dari sudut pandang kepentingan individu dan masyarakat, pada dasarnya sosialisasi memiliki dua fungsi utama, yaitu berikut ini.
Nilai dan norma sosial memiliki peranan yang sangat penting karena fungsinya sebagai pengendali perilaku individu dalam kehidupan bermasyarakat. Dua hal inilah yang pertama kali ditanamkan orang tua dalam sosialisasi di keluarga.
a. Nilai
Nilai merupakan suatu gambaran mengenai apa yang diinginkan, pantas, dan berharga yang mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai tersebut. Secara umum, nilai sosial dibedakan menjadi dua yaitu:
b. NormaJenis-jenis Sosialisasi
Secara umum, sosialisasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
- Sosialisasi primer yaitu sosialisasi yang pertama kali dijalani oleh seorang individu sejak masih kecil. Hampir semua individu mendapatkan sosialisasi primer di dalam lingkungan keluarga. Sosialisasi ini menjadi jembatan untuk memasuki lingkungan masyarakat yang lebih luas.
- Sosialisasi sekunder adalah sosialisasi tahap berikutnya yang dijalaninya di masyarakat yang lebih luas. Di dalam masyarakat ini, seorang individu diperkenalkan terhadap sektor-sektor baru dalam dunia objektif masyarakat. Sekolah, merupakan salah satu tempat di mana seorang individu menjalani sosialisasi sekundernya yang bersifat formal.
a. Tahap Persiapan (Preparatory Stage)
Tahap persiapan dimulai sejak anak dilahirkan. Sejak saat itu, seorang anak dipersiapkan untuk mengenal dunia sosialnya serta untuk memahami tentang dirinya. Pada tahap ini, sosialisasi dilakukan dengan cara meniru apa yang diucapkan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya, meskipun belum sempurna dan belum mengerti penuh apa maknanya.
b. Tahap Meniru (Play Stage)
Pada tahap ini seorang anak mulai melakukan peniruan terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, meskipun belum sempurna. Ketika kita memperhatikan anak-anak kecil yang sedang berperan sebagai ibu, merupakan pengulangan kata-kata yang diucapkan oleh ibunya sendiri.
c. Tahap Siap Bertindak (Game Stage)
Pada tahap ini sosialisasi dilakukan dengan penuh kesadaran, sehingga proses peniruan (imitasi) terhadap orang lain mulai berkurang. Dengan kata lain, pada tahap ini, seseorang sudah mampu berpartisipasi aktif di masyarakatnya.
d. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Other)
Pada tahap ini seseorang mulai menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari masyarakat yang diatur oleh berbagai norma sosial. Dia mampu menempatkan dirinya pada masyarakat luas. Jika seseorang sudah mencapai tahap ini, dapat dikatakan sebagai orang dewasa.
Media Sosialisasi
a. Keluarga
Keluarga merupakan media sosialisasi primer, tempat seseorang pertama kali mendapatkan bekal tentang pengetahuan, nilai-nilai, dan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Keluarga menjadi peletak dasar-dasar nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Keluarga memiliki peranan besar dan paling berpengaruh dalam membentuk kepribadian seseorang.
b. Teman sepermainan
Teman sepermainan merupakan sekelompok orang yang biasanya memiliki rentang usia hampir sama. Teman sepermainan menjadi media sosialiasi kedua yang pengaruhnya sangat besar setelah keluarga. Bagi kelompok remaja, teman sepermainan sangat penting artinya, karena dalam kelompok ini mereka mempelajari bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain tanpa pengawasan langsung dari orang tua dan guru.
c. Sekolah
Sekolah merupakan media sosialisasi sekunder yang bersifat formal. Pada masyarakat modern, peranan sekolah menjadi sangat penting artinya bagi kelangsungan proses sosialisasi. Sebagai media sosialisasi, sekolah memiliki arti penting seperti berikut ini.
- Memberikan pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan daya intelektual agar siswa dapat hidup layak di masyarakat.
- Membentuk kepribadian siswa agar sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Peranan media massa seperti TV, radio, film, buku, serta media massa yang lainnya memiliki peran yang tak kalah pentingnya sebagai agen sosialisasi. Apa yang ditonton atau dibaca seseorang akan berpengaruh terhadap perkembangan pengetahuan, kepribadian, dan intelektualitas seseorang.
Fungsi Sosialisasi sebagai Proses Pembentuk Kepribadian
Sosialisasi telah dilakukan seseorang sejak masih bayi, yaitu yang terjadi di keluarga. Karena orang tua dan anggota keluarga lainnya yang selalu berada di sekitarnya, maka interaksi yang sering terjadi adalah dengan mereka. Pada saat itulah orang tua mulai memperkenalkan status dan perannya dalam keluarga. Orang tua berperan sebagai peletak dasar-dasar bagi perkembangan kepribadian seorang anak.
Terkadang orang tua menggunakan hadiah (reward) dan hukuman (punishment) untuk menghasilkan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Namun, jika seorang anak berlaku tidak sesuai dengan yang mereka harapkan, orang tua akan memberikan sanksi negatif atau hukuman. Pemberian hadiah dan sanksi/hukuman tersebut merupakan salah satu cara yang dilakukan orang tua untuk menyosialisasikan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Dilihat dari sudut pandang kepentingan individu dan masyarakat, pada dasarnya sosialisasi memiliki dua fungsi utama, yaitu berikut ini.
- Dilihat dari sudut pandang kepentingan individu, sosialisasi berfungsi untuk membentuk seorang individu sehingga menjadi anggota masyarakat yang baik.
- Dilihat dari sudut pandang kepentingan masyarakat, sosialisasi berfungsi sebagai alat pelestarian, penyebarluasan, dan pewarisan nilai-nilai serta norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Nilai dan norma sosial memiliki peranan yang sangat penting karena fungsinya sebagai pengendali perilaku individu dalam kehidupan bermasyarakat. Dua hal inilah yang pertama kali ditanamkan orang tua dalam sosialisasi di keluarga.
a. Nilai
Nilai merupakan suatu gambaran mengenai apa yang diinginkan, pantas, dan berharga yang mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai tersebut. Secara umum, nilai sosial dibedakan menjadi dua yaitu:
- Nilai dominan adalah nilai yang dianggap lebih penting dibandingkan nilai lainnya karena beberapa hal.
- Nilai yang mendarah daging (internalized value) adalah nilai yang sudah menjadi kepribadian dan kebiasaan seseorang sejak ia masih kecil.
- Nilai material, yaitu berbagai pandangan mengenai kebendaan yang dibutuhkan jasmani manusia. Contohnya pandangan mengenai makanan yang baik dan menyehatkan.
- Nilai vital, yaitu pandangan mengenai berbagai alat yang berguna bagi manusia untuk dapat hidup dan mengadakan kegiatan atau aktivitas.
- Nilai kerohanian, yaitu berbagai pandangan mengenai segala sesuatu yang berguna bagi kebutuhan rohani (jiwa) manusia. Nilai kerohanian dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu berikut ini.
a. Nilai kebenaran, yaitu nilai yang didasarkan pada pertimbangan akal (cipta) manusia.b. Nilai keindahan, yaitu nilai yang didasarkan pada perasaan (estetika) manusia.c. Nilai moral, yaitu nilai yang didasarkan pada kehendak atau kemauan (karsa) manusia.d. Nilai keagamaan, yaitu nilai yang didasarkan pada ketuhanan yang memiliki sifat mutlak.
Norma adalah aturan-aturan tingkah laku yang disetujui oleh masyarakat untuk menentukan batas-batas tingkah laku yang dapat diterima oleh masyarakat itu. Tata tertib yang berlaku di sekolah merupakan salah satu contoh norma sosial, yang menjadi batas-batas tingkah laku seorang siswa didalam menjalankan aktivitasnya di sekolah .Berdasarkan kekuatannya ini, norma dibedakan menjadi empat macam.
- Cara (usage) merupakan norma sosial yang kekuatan memaksanya paling lemah. Norma cara biasanya didasarkan pada sopan santun. Misalnya cara bertamu, cara makan, cara duduk, atau cara berpakaian. Biasanya, orang yang melanggar norma ini hanya mendapatkan sanksi berupa ejekan, cemoohan, dianggap tidak sopan, atau mendapat teguran ringan.
- Kebiasaan (folksway) merupakan perbuatan yang disukai oleh masyarakat sehingga dilakukan secara berulang-ulang oleh banyak orang. Jika kebiasaan ini dilakukan oleh sebagian besar masyarakat, maka dinamakan tradisi. Misalnya mengucapkan salam bila bertemu, wajib lapor bagi tamu yang menginap, atau membuang sampah pada tempatnya. Seseorang yang melanggar tradisi biasanya lebih keras dari pelanggaran norma cara, seperti adanya perasaan tidak nyaman, sindiran, teguran, atau akan dianggap aneh oleh orang lain.
- Tata kelakuan (mores) merupakan kebiasan yang telah dianggap sebagai suatu hal yang benar oleh sebagian besar masyarakat dan dijadikan sebagai kontrol sosial dalam masyarakat. Tata kelakuan pada dasarnya menganjurkan untuk melakukan perbuatan tertentu dan melarang untuk melakukan perbuatan tertentu.
- Adat istiadat (custom) memiliki kekuatan memaksa yang paling tinggi. Seorang warga masyarakat yang melanggar adat istiadat akan mendapat sanksi atau hukuman yang cukup berat. Sebagai contoh, pelanggaran terhadap adat perkawinan atau adat kematian. Jika adat tersebut dilanggar, maka hukum adatlah yang berlaku.
- Norma kesopanan/etika, yaitu norma-norma yang berlaku dalam hubungan antarmanusia dalam masyarakat.
- Norma kesusilaan, yaitu norma yang bersumber pada hati nurani, moral, dan filsafat hidup.
- Norma hukum, yaitu norma tertulis yang berlaku dan bersumber pada kitab undang-undang suatu negara tertentu.
- Norma agama, yaitu norma yang mengatur kehidupan bermasyarakat yang bersumber pada ajaran agama.
1. Interaksi Sosial Asosiatif
Interaksi sosial asosiatif adalah suatu interaksi yang cenderung untuk bersatu dan bekerja sama serta meningkatkan rasa solidaritas antaranggota kelompok. Hal ini dicirikan dengan adanya kesamaan, keserasian, dan keseimbangan.
a. Kerja sama (cooperation)
Kerja sama merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan. Kerja sama akan muncul jika masing-masing anggota kelompok memiliki kepentingan yang sama. Berikut ini merupakan bentuk-bentuk kerja sama yang bersifat positif.
- Kerukunan, yaitu bentuk kerja sama antarindividu atau antarkelompok dalam lingkungan hidup bermasyarakat. Contohnya gotong-royong dan tolong menolong.
- Bargaining, merupakan bentuk kerja sama dalam melaksanakan tawar menawar atau perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antarorganisasi atau antarbadan usaha tertentu.
- Kooptasi, merupakan bentuk kerja sama dalam penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi.
- Koalisi, yaitu kerja sama dalam bentuk penggabungan atau kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama.
- Joint-venture, yaitu bentuk kerja sama perusahaan dalam proyek-proyek tertentu, seperti dalam kegiatan ekspor impor serta pertambangan minyak bumi dan gas alam.
Akomodasi merupakan suatu usaha untuk meredakan dan menyelesaikan pertentangan antarindividu atau antarkelompok, tanpa harus menghancurkan pihak lawan. Adapun tujuan dari akomodasi antara lain adalah:
- mengurangi pertentangan antarindividu maupun antarkelompok;
- mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu;
- memungkinkan terjadinya kerja sama dengan menggalang seluruh potensi individu atau kelompok;
- mengusahakan peleburan antarkelompok sosial yang terpisah.
c. Asimilasi (assimilation)
Asimilasi merupakan proses lebih lanjut dari adanya akomodasi. Asimilasi sering diartikan pula sebagai proses peleburan dua unsur kebudayaan atau lebih, hingga menjadi satu kebudayaan. Asimilasi ditandai dengan adanya usahausaha untuk mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat pada individu atau kelompok dalam kehidupan bermasyarakat dengan jalan penyesuaian diri.
d. Akulturasi (acculturation)
Akulturasi merupakan proses pengambilan sebagian unsur-unsur kebudayaan lain oleh sebuah individu atau kelompok sosial. Oleh karena itu, akulturasi hanya bersifat memperkaya budaya di mana kebudayaan asli masih tampak.
2. Interaksi Sosial Disosiatif
Interaksi sosial disosiatif adalah suatu bentuk interaksi yang cenderung mengarah kepada timbulnya perpecahan dan meregangkan solidaritas kelompok.
a. Persaingan (competition)
Persaingan merupakan salah satu bentuk proses sosial yang di dalamnya terdapat upaya orang perorangan atau kelompok untuk dapat meraih sesuatu tujuan. Persaingan antarindividu dalam meraih kedudukan atau posisi tertentu dalam kelompoknya merupakan salah satu bentuk persaingan dalam bidang sosial. Contoh, dua orang siswa yang memperebutkan posisi sebagai ketua OSIS.
b. Kontravensi (contravention)
Kontravensi merupakan salah satu bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan. Hal ini dicirikan dengan adanya perasaan tidak suka atau rasa benci, baik secara tersembunyi maupun secara terang-terangan. Contohnya , perasaan tidak suka seorang siswa terhadap temannya yang terpilih menjadi ketua OSIS.
c. Pertentangan atau pertikaian (conflict)
Pertentangan merupakan bentuk proses sosial di mana seorang individu atau kelompok masyarakat tertentu berusaha mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan adanya ancaman atau kekerasan. Beberapa faktor yang menjadi pendorong munculnya pertentangan antara lain adanya perbedaan kepribadian masing-masing individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan, dan karena terjadinya perubahan sosial. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat menjadi potensi yang memicu munculnya pertentangan.
Proses Interaksi Sosial
1. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Interaksi yang terjadi antara seorang individu dengan individu lainnya tidak terjadi secara langsung. Terjadinya interaksi sosial karena diawali dengan adanya kontak dan komunikasi sosial.
a. Kontak Sosial
Kontak sosial merupakan pemberian isyarat atau pesan dari satu pihak terhadap pihak lainnya. Kontak sosial ini merupakan awal terjadinya komunikasi sosial.
Kontak sosial dapat dilakukan secara langsung bertatap muka maupun melalui media perantara. Berdasarkan hal tersebut, kontak sosial dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut.
- Kontak primer, yaitu kontak sosial yang terjadi secara langsung (bertatap muka). Contoh: Guru bertatap muka dengan siswanya pad saat KBM.
- Kontak sekunder, yaitu kontak sosial yang terjadi melalui perantara. Contoh: seseorang yang melakukan kontak melalui telepon.
b. Komunikasi
Komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian sesuatu dari satu pihak ke pihak lain dengan menggunakan lambang. Lambang yang digunakan untuk komunikasi di sini tidak terbatas pada bahasa lisan, tapi juga dapat menggunakan bahasa tubuh (body language) seperti nada suara, ekspresi muka, gerakan tangan, dan lain sebagainya.
Berdasarkan arahnya, komunikasi dibedakan menjadi tiga macam.
1) Komunikasi satu arah
Komunikasi satu arah dapat terjadi di dalam kelas ketika guru sedang menyajikan pelajaran dengan menggunakan metode ceramah. Pada peristiwa tersebut guru bersifat aktif memberikan materi sedangkan siswa hanya mendengarkan atau mencatat saja (bersifat pasif).
2) Komunikasi dua arahKomunikasi dua arah sering disebut pula komunikasi timbal balik. Pada komunikasi ini pemberi pesan dengan penerima pesan saling bergantian mengirim pesan. Sebagai contoh dalam proses belajar mengajar yang menggunakan metode tanya jawab atau diskusi. Antara guru dan murid terjadi pengiriman pesan secara bergantian.
3) Komunikasi semua arah
Komunikasi semua arah dapat terjadi jika semua pihak yang terlibat komunikasi mengadakan aksi ke semua arah. Seperti halnya ketika di dalam kelas, guru dan semua siswa terlibat aktif dalam komunikasi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial
a. Imitasi
Imitasi merupakan suatu bentuk peniruan terhadap tindakan, sikap, atau perilaku orang lain. Imitasi dilakukan seseorang sejak ia mulai mengenal lingkungannya. Seseorang yang meniru model rambut atau pakaian dari seorang penyanyi yang pernah ditontonnya ketika konser. Berarti ia telah melakukan imitasi dari penyanyi tersebut.
b. Sugesti
Sugesti dapat terjadi jika seseorang memberikan suatu pandangan atau rangsangan, baik berupa sikap, tindakan, perilaku, pendapat, ataupun saran, yang kemudian diterima oleh pihak lain. Sebagai contoh, seorang anak yang kurang mendapatkan perhatian dari keluarganya akan mudah terpengaruh dengan ajakan teman-temannya untuk melakukan penyimpangan sosial.
c. Identifikasi
Identifikasi merupakan sebuah kecenderungan atau keinginan dari seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi dapat terjadi karena adanya kekaguman dari seseorang terhadap pihak yang diidolakannya. Sebagai contoh, umat Islam sangat mengidolakan Nabi Muhammad SAW karena beliau merupakan tipe ideal dan menjadi teladan bagi seluruh umatnya. Secara sadar maupun tidak, orang yang kita idolakan itu telah menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan perilaku kita.
d. Simpati
Simpati merupakan suatu ketertarikan terhadap seseorang atau kelompok tertentu.
Perasaan ketertarikan mungkin saja berubah menjadi lebih peka sehingga dapat ikut merasakan apa yang dilakukan, dirasakan, atau diderita oleh orang lain, yang disebut dengan empati. Seperti halnya perasaan ikut berduka ketika ada teman atau keluarga kita yang terkena musibah, seolah-olah kita yang mengalaminya sendiri. Sikap ini perlu terus diasah dan dikembangkan karena dapat menumbuhkan sikap toleransi antarsesama manusia.
Post a Comment