Menurut para ahli sejarah, masuknya Islam ke Indonesia bersamaan dengan proses berkembangnya perdagangan yang ada di kawasan Asia Tenggara. Proses masuknya Islam ini dilakukan oleh para pedagang yang berasal dari berbagai daerah seperti Arab, Persia, Oman, Kairo, Armenia, Gujarat serta para pedagang dari Timur seperti Siam, Pahang, Patani, Kamboja, Campa, Cina, dan juga melibatkan para pedagang dari kawasan Nusantara yang saling berinteraksi dengan para pedagang yang berasal dari berbagai negara tersebut. Proses masuk dan berkembangnya Agama Islam, baik secara agama maupun budaya terjadi setelah bangsa Indonesia bergaul dengan berbagai bangsa. Pergaulan bangsa ini ditandai dengan terjalinya hubungan dagang antara wilayah Nusantara dengan kawasan perdagangan di Asia Tenggara, Asia Selatan, maupun Asia Barat.

a. Peran Pedagang
Secara tradisional pedagang Arab sudah mengunakan jalur darat atau jalur sutera menjelajahi kawasan Asia Barat, Asia Tengah, kemudian ke dataran Cina. Melalui laut pedagang Arab menyusuri Laut Merah, Telu Aden, Laut Arab, SamuderaHindia, Laut Malabar, Semenanjung Malaka, Kepulauan Nusantara, dan Filipina.

Masuk dan berkembang Agama Islam di Indonesia bersamaan dengan ramainya perdagangan antara wilayah Arab, Teluk Persia, India, Selat Malaka dan kepulauan Nusantara pada abad ke-7 sampai 15 M. Ada beberapa keterangan yang membuktikan masuknya Agama Islam di Indonesia. di Indonesia berasal dari:
  • Keterangan dari Marcopolo, yang pernah singgah di Perlak tahun 1292 menyebutkan telah ada kerajaan Islam di Samudera Pasai.
  • Berita dari Ibnu Battuta pedagang Arab, pada tahun 1345 yang mengunjungi Kerajaan Islam Samudera Pasai.
  • Berita musafir Islam Cina, Ma-Huan bersama Laksamana Che-Ho tahun 1494 mengunjungi masyarakat perkampungan muslim di Gresik.
  • Ditemukannya makam batu nisan seorang muslimah bernama Fatimah binti Maimun di Leran Gresik tahun 1082 M.
  • Batu nisan makam Sultan Malik Al-Saleh (1297) yang dianggap sebagai pendiri Kerajaan Samudera Pasai.
b. Peran Pendakwah (penyampai agama)
Penyebaran agama Islam dilakukan melalui dakwah yang dirintis oleh Wali Songo (Wali Sembilan) di Jawa dan beberapa tempat daerah lainnya di Indonesia. Cara penyebaran Islam oleh wali Songo menggunakan metode-metode yang paling memudahkan ajaran agama Islam diterima oleh berbagai golongan masyarakat. Kesembilan wali itu antara lain.
  • Maulana Malik Ibrahim atau Maulana Maghribi. Cara penyebarannya dengan pendekatan pergaulan dengan masyarakat setempat untuk mengenal adat-istiadatnya terlebih dahulu. Dengan cara itu agama Islam mudah diterima oleh masyarakat yang menjadi sasaran penyebarannya. Maulana Malik Ibrahim wafat tahun 1419 dimakamkan di kota Gresik.
  • Sunan Ampel. Kemenakan Kertawijaya, seorang raja Majapahit (1467 M)menyebarkan Islam melalui pendidikan di pesantren. Di Ampel, dekat Surabaya, beliau mendirikan pesantren untuk mencetak kader dakwah, muridnya yang kemudian jadi wali adalah Sunan Giri.
  • Sunan Giri atau Raden Paku. Murid Sunan Ampel, menyebarkan Islam melalui kesenian. Sunan Giri mempunyai pengaruh terhadap Kerajaan Islam Demak. Dimakamkan di Bukit Giri, Gresik.
  • Sunan Bonang atau Makdum Ibrahim. Putra Sunan Ampel, lahir tahun 1465 M, menyebarkan agama Islam di Tuban dengan menggunakan budaya sebelum Islam, ia menciptakan lagu berisikan ajaran Islam seperti Durma. Kemudian dia menggunakan alat musik Bonang (gong) sebagai sarana untuk mengumpulkan massa.
  • Sunan Drajat. Putra ketiga Sunan Ampel, menyebarkan dakwah di Jawa Timur, melakukan penyebaran Islam dengan memberi pertolongan terhadap para fakir, anak-anak yatim, orang-orang yang membutuhkan dan orang-orang sakit. Beliau dianggap sebagai tokoh yang ikut mendirikan Kerajaan Islam Demak. Ia wafat tahun 1586 M di dekat Sedayu, Gresik.
  • Sunan Kudus atau Ja’far As-shadiq. Menyebarkan Islam di kota Kudus, ia dianggap pendiri Kota Kudus, juga membangun mesjid Kudus yang menaranya mengambil gaya candi Hindu. Ia wafat tahun 1603 M dimakamkan di kota Kudus.
  • Sunan Muria. Menyebarkan Agama Islam di pedalaman daerah Kudus. Pendekatan yang dilakukan untuk menarik minat masuk agama Islam dengan pendekatan kebudayaan terutama golongan masyarakat bawah. Misalnya menggunakan kesenian yang digemari masyarakat setempat.
  • Sunan Kalijaga atau Raden Sahid. Ia berasal dari lingkungan istana Majapahit, tetapi kemudian masuk Islam karena usaha Sonan Bonang. Ia menikah dengan putri Sunan Gunung Jati. Ia menyebarkan Islam dengan memanfaatkan pertunjukan wayang kulit dalam dakwahnya. Sunan Kalijaga tidak memaksakan penyebaran agama Islam, dan menghargai nilai-nilai lama yang telah dianut.
  • Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah. Berasal dari Persia, menyebarkan Agama Islam di Jawa Barat. Para penguasa di Banten dan Cirebon adalah keturunan Sunan Gunung Jati. Wafat di Cirebon tahun 1570 M. 
Proses masuk dan berkembangnya agama dan budaya Islam ke Nusantara melalui beberapa sarana. Sarana-sarana penyebaran agama Islam di Indonesia, antara lain adalah:
  • Melalui Pedagang Gujarat. Pendapat ini berdasarkan bukti dari kesaksian Marcopolo yang pernah berkunjung ke Perlak tahun 1292 M, ia menyaksikan banyak pedagang Gujarat yang menyiarkan agama Islam dan didukung oleh adanya batu nisan makam Sultan Malik Al-Saleh yang didatangkan dari Gujarat.
  • Melalui Pedagang Persia. Pendapat ini berdasarkan bukti di Persia ada suku Laren dan Jawi, kemudian kedua suku ini mengajarkan huruf dan bahasa Arab di Pulau Jawa dengan huruf Pagon. Pendapat ini didukung oleh Husein Djayadiningrat. Kesamaan lainnya adalah peringatan 10 Muharram sebagai peringatan meninggalnya Husein di Karbala, cucu Nabi Muhammad saw. Di Indonesia peringatan ini juga dilaksanakan di Aceh dan Minangkabau.
  • Melalui Pedagang Arab atau Mesir. Pendapat ini dikemukakan oleh Hamka. Berdasarkan bukti raja-raja Samudera Pasai menganut mazhab Syafei. Penganut mazhab ini banyak di negara Mesir dan kota Makkah Arab Saudi. Bila oleh orang Persia, tentu banyak orang Indonesia bermazhab Syiah seperti di Persia. Gelar Malik Al–Saleh raja pertama Kerajaan Samudera Pasai adalah gelar dari Mesir.
  • Melalui Perkawinan. Dipandang status sosial dan ekonomi, pedagang muslim mempunyai tingkat sosial dan ekonomi yang lebih baik sehingga penduduk pribumi tertarik kepada pedagang muslim sehingga terjadilah perkawinan. Para keluarga muslim turut mempercepat proses berkembangnya agama Islam. Seperti perkawinan Sunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan putri Kawungaten dan Pangeran Brawijaya dengan putri Jeumpa dari Pasai Aceh yang melahirkan Raden Patah pendiri Kerajaan Islam Demak.
  • Melalui Pendidikan. Para wali mendirikan pesantren yang mendidik santri. Bila telah selesai belajar di pesantren, para santri kembali berdakwah menyebarkan agama Islam. Seperti pesantren yang didirikan oleh Sunan Ampel di Denta dekat Surabaya, Sunan Giri mendirikan pesantren di Giri.
  • Melalui Ajaran Tasawuf. Dengan tasawuf, agama Islam diajarkan kepada penduduk disesuaikan dengan alam pikiran masyarakat sehingga mudah diterima dan dimengerti. Seperti yang dilakukan oleh Hamzah Fansuri, Sunan Panggung, dan Syeh Siti Jenar.
  • Melalui Kesenian. Memakai kesenian yang disenangi oleh masyarakat sehingga agama Islam mudah diterima. Seni wayang, seni gamelan, seni sastra, seni bangunan, dan seni ukir, adalah media kesenian yang sering dipakai dalam penyebaran Agama Islam. Sunan Kalijaga menggunakan seni wayang dalam penyebaran Islam dan seni gamelan seperti adanya acara sekaten di Solo dan Jogyakarta.
  • Melalui saluran penguasa politik. Seorang raja masuk agama Islam sangat besar pengaruhnya dalam proses berkembangnya Islam, kemudian rakyatnya juga masuk Islam. Demi kepentingan politik, kerajaan Islam memerangi kerajaan non-Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis akan menarik penduduk kerajaan non-Islam masuk Islam.
Peta Penyebaran dan Pengaruh Islam pada Abad Ke – 16, 18, dan 20
Setelah jatuhnya Kerajaan Islam Malaka tahun 1511 ke Bangsa Portugis, para pedagang tidak berhubungan lagi dengan Malaka. Mereka memutar arah kapalnya menyusuri pantai barat Sumatra hingga ke Kerajaan Minangkabau. Berlanjut ke Pulau Jawa melalui Selat Sunda, masuk ke pesisir utara Pulau Jawa, hingga tersebar di Demak. Dari Kerajaan Demak, Islam memencar ke Banten, Cirebon, Tuban, Gresik Dari Demak, agama Islam memencar ke Kalimantan Selatan, maka berdirilah Kesultanan Banjar, terus ke Makassar. Dari Kerajaan Makassar, Islam dibawa ke Kalimantan Timur, Bali, Lombok, Sumbawa Timor, Ternate, Tidore, Halmahera, dan Maluku.

Pada abad ke-18 proses berkembangnya Islam sudah menyebar ke sebagian besar wilayah Nusantara, terkecuali yang belum dipengaruhi agama Islam adalah Pulau Papua dan sekitarnya. Sumatra Utara, terutama sekitar wilayah Danau Toba dan wilayah pedalaman Sumatra Selatan, pedalaman Pulau Kalimantan.

Post a Comment

 
Top