Perubahan Sosial Budaya. Keadaan masyarakat senantiasa mengalami perubahan, perkembangan, dan pergantian. Perubahan-perubahan ini dalam ilmu sosial dinamakan perubahan sosial budaya. Menurut Selo Soemardjan (sebagaimana dikutip Soerjono Soekanto, 1987:285), perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat. Perubahan tersebut mempengaruhi sistem sosialnya. Sistem sosial tersebut meliputi nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku kelompok-kelompok di masyarakat.  

Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Budaya
Menurut Soerjono Soekanto (1987:293–298), perubahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi perubahan evolusi dan revolusi, perubahan direncanakan dan tidak direncanakan, serta perubahan berpengaruh kecil dan berpengaruh besar.

a. Perubahan Revolusi dan Evolusi
Revolusi adalah perubahan yang berlangsung dalam waktu yang cepat. Revolusi menyangkut seluruh sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat. Perubahan karena revolusi dapat direncanakan atau tidak direncanakan sebelumnya

Ciri khas revolusi antara lain perubahan berlangsung secara cepat, berskala besar karena menyangkut sendi-sendi pokok kehidupan, terjadi tanpa direncanakan sebelumnya, serta menimbulkan konflik. Contoh perubahan ini antara lain
  1. Revolusi Industri Inggris, Revolusi Prancis,
  2. Revolusi Indonesia tahun 1945, serta
  3. Reformasi Indonesia tahun 1998.
Perubahan evolusi merupakan perubahan yang berjalan lambat dan memerlukan waktu yang lama. Umumnya perubahan evolusi berupa suatu rentetan perubahan kecil yang mengikutinya secara lambat. Perubahan evolusi terjadi karena masyarakat berusaha menyesuaikan diri dengan kebutuhan, keadaan, dan kondisi lingkungan sekitar. 


Ciri khas perubahan evolusi antara lain memerlukan waktu lama, perubahan berskala kecil, terjadinya perubahan tidak disadari oleh masyarakat, dan tidak menimbulkan konflik. Contohnya terjadi pada kehidupan suku bangsa kita seperti Nias, Dani, Dayak, dan Sakai. Perubahan tersebut juga terjadi pada masyarakat desa menjadi masyarakat kota yang kompleks dan perubahan mata pencaharian hidup.

b. Perubahan Direncanakan dan Tidak Direncanakan
Perubahan direncanakan disebut juga perubahan yang dikehendaki oleh masyarakat. Perubahan yang direncanakan adalah perubahan yang dikehendaki, diperkirakan, dan direncanakan sebelumnya oleh pihak-pihak yang menginginkan perubahan tersebut. Orang-orang menginginkan perubahan dinamakan agent of change atau agen perubahan. Mereka mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin sebuah lembaga kemasyarakatan.

Contoh paling baik dari agent of change adalah peran yang dijalankan oleh Butet Manurung.
Ia ingin melihat anak-anak di pedalaman hutan di Sumatra bisa maju.  Ia termasuk agent of change yang sangat berjasa bagi bangsa dan negara. Perubahan yang direncanakan dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan sosial planning yang telah ditentukan. Contoh perubahan direncanakan adalah pembangunan kompleks rumah tahan gempa, pembangunan rumah sederhana dengan harga yang murah, dan pembangunan tata kota.

Perubahan tidak direncanakan adalah perubahan yang terjadi tanpa sengaja atau tidak diinginkan oleh pihak-pihak yang mengadakan perubahan. Biasanya perubahan tidak dikehendaki muncul sebagai dampak dari perubahan yang direncanakan. Contohnya pembangunan kota menyebabkan urbanisasi, meningkatnya angka kriminalitas, banyak rumah kumuh, dan bencana banjir

c. Perubahan Berpengaruh Besar dan Berpengaruh Kecil
Perubahan berpengaruh besar adalah perubahan yang membawa pengaruh langsung terhadap kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut terjadi pada unsur-unsur sosial budaya yang baku dalam masyarakat, seperti struktur kemasyarakatan, hubungan kerja, sistem mata pencaharian, dan stratifikasi sosial. Perubahan ini membawa pengaruh besar bagi kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Contoh perubahan berpengaruh besar adalah industrialisasi, modernisasi, dan globalisasi.

Perubahan yang berpengaruh kecil adalah perubahan yang tidak membawa pengaruh langsung bagi kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut hanya terjadi pada sekelompok kecil dari satu unsur budaya yang tidak berarti bagi masyarakat. Misalnya perubahan mode rambut dan tren baju. Contoh lain adalah perubahan tata bahasa, perubahan gerakan tari, dan perubahan logat bahasa yang digunakan

Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial Budaya
a. Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya
1) Kontak dengan Budaya Lain
Kontak merupakan proses penyampaian informasi tentang ide, keyakinan, dan hasil-hasil budaya. Adanya kontak dengan budaya lain menjadikan satu kebudayaan bertemu dan saling bertukar informasi. Misalnya kontak dagang antara pedagang Nusantara dengan pedagang India, Arab, dan Barat. Kebudayaan mereka saling mempengaruhi yang akhirnya membawa perubahan sosial budaya.  
2) Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain
Tidak adanya apresiasi terhadap karya orang lain menjadikan seseorang enggan untuk berkarya. Jika setiap orang menghargai hasil karya orang lain, setiap orang akan berlomba-lomba menciptakan suatu karya yang bermanfaat bagi masyarakat. Penemuan pesawat terbang mengilhami Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie untuk mendirikan pabrik pesawat di Bandung.
3) Sistem Pendidikan yang Maju
Pendidikan mengajarkan seseorang untuk berpikir ilmiah dan objektif. Seseorang dapat menilai bentuk kebudayaan yang sesuai dengan kebutuhan serta kebudayaan yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Berbekal pengetahuan itu seseorang melakukan perubahan pada kebudayaan jika dirasa perlu. Oleh karena itu, sistem pendidikan tinggi mampu mendorong munculnya perubahan sosial budaya.
4) Keinginan untuk Maju
Tidak ada seorang pun yang puas dengan keadaan sekarang. Mereka umumnya menginginkan sesuatu yang lebih baik dari keadaan saat ini. Orang akan melakukan berbagai upaya guna melakukan perubahan hidup yang tentunya ke arah kemajuan. Misalnya seorang pelajar mengikuti kursus komputer untuk menambah pengetahuan dan keterampilan komputer.
5) Penduduk yang Heterogen
Masyarakat yang heterogen memudahkan terjadinya perubahan sosial budaya. Penduduk Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku, ras, dan ideologi. Perbedaan-perbedaan yang ada tidak selamanya membawa keuntungan bagi Indonesia. Perbedaan tersebut dapat menimbulkan konflik jika tidak disertai dengan rasa toleransi yang tinggi. Konflik-konflik inilah yang mendorong munculnya perubahan sosial budaya.
6) Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang Kehidupan Tertentu
Setiap orang tidak akan pernah puas dengan keadaannya saat ini. Berbagai cara dan upaya mereka lakukan untuk mengubah taraf hidup. Rasa tidak puas terhadap keadaan mendorongnya melakukan berbagai perubahan. Hal ini pun terjadi pada masyarakat Indonesia ketika reformasi digulirkan. Rasa tidak puas terhadap pemerintahan saat itu mendorong masyarakat menuntut perubahan secara total.
7) Sistem Pelapisan Terbuka
Sistem pelapisan terbuka memungkinkan terjadinya gerak sosial vertikal yang lebih tinggi. Sistem ini memberi kesempatan kepada seseorang untuk maju. Kesempatan untuk menaiki strata yang lebih tinggi mendorong seseorang melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
8) Orientasi ke Masa Depan (Visioner)
Pandangan yang visioner mendorong seseorang melakukan beragam perubahan. Bagi mereka masa lalu adalah sesuatu yang patut untuk dikenang, bukan sebagai pedoman hidup.
Masa depan harus lebih baik dari masa sekarang. Visi inilah yang mendorong seseorang melakukan perubahan.
9) Sikap Mudah Menerima Hal-Hal Baru
Suatu perubahan akan berdampak besar jika setiap orang menerima perubahan tersebut. Keadaan ini menjadi berbeda jika tidak ada seorang pun yang menanggapi perubahan tersebut. Sikap mudah menerima hal-hal baru mendorong terjadinya perubahan sosial budaya di masyarakat.
10) Toleransi terhadap Perubahan
Sikap toleransi dibutuhkan untuk mempercepat laju perubahan sosial budaya dalam masyarakat. Adanya sikap toleransi menjadikan masyarakat lebih mudah menerima hal-hal baru. Masyarakat akan menerima hal-hal baru yang dirasa membawa kebaikan.

b. Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya
1) Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
Masyarakat yang kurang berhubungan dengan masyarakat lain mengalami perubahan yang lamban.  Mereka terkukung dalam kebudayaan mereka dan pola-pola pemikiran yang masih sederhana. Contohnya suku-suku bangsa yang masih tinggal di pedalaman.
2) Masyarakat yang Bersikap Tradisional
Umumnya masyarakat tradisional memegang kuat adat istiadat yang ada. Mereka menolak segala hal baru yang berkenaan dengan kehidupan sosial. Adat dan kebiasaan diagung-agungkan. Sikap ini menghambat masyarakat tersebut untuk maju.
3) Pendidikan yang Rendah
Masyarakat yang berpendidikan rendah umumnya tidak dapat menerima hal-hal baru. Pola pikir dan cara pandang mereka masih bersifat sederhana. Mereka umumnya enggan mengikuti gerak perubahan yang ada. Artinya, masyarakat statis dan tidak mengalami perubahan yang berarti.
4) Adanya Kepentingan yang Tertanam Kuat pada Sekelompok Orang (vested interest)
Adanya vested interest yang kuat dalam suatu kelompok menyebabkan perubahan sulit terjadi. Hal ini dikarenakan setiap kelompok yang telah menikmati kedudukannya akan menolak segala bentuk perubahan. Mereka takut adanya perubahan akan mengubah kedudukan dan statusnya dalam masyarakat.
5) Ketakutan akan Terjadinya Kegoyahan Integrasi
Terciptanya integrasi merupakan harapan dan cita-cita masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, integrasi merupakan sesuatu yang dilindungi oleh masyarakat. Segala hal baru ditolak untuk menghindari kegoyahan dalam integrasi masyarakat.
6) Prasangka Buruk terhadap Unsur Budaya Asing
Sikap demikian sering dijumpai pada masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa asing. Pengalaman-pengalaman tempo dahulu menyebabkan mereka senantiasa berprasangka buruk terhadap budaya asing. Mereka menolak segala hal baru terutama berasal dari bangsa asing, walaupun akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik.
7) Hambatan Ideologis
Perubahan yang bersifat ideologi sangat sulit dilakukan. Setiap orang memandang ideologi sebagai sebuah pedoman hidup yang paling mendasar. Perubahan yang bersifat ideologis tidak mungkin terjadi terlebih pada masyarakat tradisional ketika ideologi dipegang kuat dalam kehidupan sosial.

Faktor Penyebab Perubahan Sosial Budaya
a. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut.
1) Bertambah dan Berkurangnya Penduduk
Bertambah atau berkurangnya penduduk disebabkan oleh angka kelahiran, kematian, dan migrasi yang selalu berubah-ubah. Perubahan jumlah penduduk menyebabkan perubahan struktur masyarakat, terutama menyangkut lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Pesatnya perkembangan kota mendorong terjadinya urbanisasi. Jumlah penduduk di kota pun bertamba. Kota menjadi penuh sesak, muncul pengangguran yang mampu meningkatkan angka kriminalitas. Sementara desa kehilangan tenaga kerja produktif, banyak lahan pertanian kosong karena ditinggalkan pemiliknya.  
2) Adanya Penemuan Baru (Inovasi)
Penemuan baru didorong adanya discovery dan invention. Discovery adalah suatu penemuan dari unsur kebudayaan baru, baik berupa alat atau ide baru yang diciptakan oleh seorang atau beberapa individu dalam masyarakat. Suatu discovery dapat berubah menjadi invention jika masyarakat sudah mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan tersebut. Menurut Koentjaraningrat, ada tiga hal yang mendorong munculnya penemuan-penemuan baru, yaitu:
  • kesadaran masyarakat terhadap kekurangan dalam kehidupannya;
  • kualitas ahli atau anggota masyarakat; dan
  • perangsang bagi aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat.
3) Konflik yang Terjadi dalam Masyarakat
Pertentangan dalam masyarakat dapat menyebabkan perubahan sosial budaya. Misalnya konflik yang terjadi pada masyarakat Ambon. Berpuluh-puluh bangunan rusak, beratus-ratus orang kehilangan sanak saudara, kenyamanan, dan keamanan masyarakat menjadi terganggu. Konflik terjadi karena ada perbedaan-perbedaan. Ketika perbedaan diperuncing dan menuntut persamaan, terjadinya konflik tidak terelakkan.
4) Pemberontakan dan Revolusi
Pemberontakan terjadi karena masyarakat merasa tidak puas dengan keadaan saat itu. Situasi dan kondisi tersebut mendorong munculnya revolusi sebagai wujud dari pemberontakan. Contohnya Revolusi Mei tahun 1998 yang terjadi di Indonesia. Adanya revolusi membawa perubahan besar dari sistem pemerintahan sampai pada sistem kemasyarakatan. Contohnya terjadinya perubahan kepala negara, wakil kepala negara, struktur kabinet sampai pada pola perilaku masyarakatnya.

b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang berasal dari luar masyarakat yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan sosial budaya. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut.
1) Perubahan Alam
Bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, tsunami, dan musibah banjir dapat memicu munculnya perubahan sosial budaya. Bencana banjir bandang yang terjadi pada awal tahun 2008. Curah hujan yang tinggi menyebabkan rumah, sekolah, pabrik, dan gedung pemerintahan terendam air. Akses jalan, kereta api, dan aliran listrik menjadi terhambat. Banyak orang kehilangan tempat tinggal. Mereka terpaksa tinggal dalam pengungsian dengan sarana yang terbatas. Mereka pun kehilangan pekerjaan.
2) Peperangan
Peperangan bisa memicu terjadinya perubahan sosial budaya dalam masyarakat. Mereka hidup dengan perasaan takut dan waswas. Masyarakat kita pernah mengalaminya saat mempertahankan kemerdekaan. Masyarakat merasa tertekan dan secara psikologis kehidupannya penuh dengan ketakutan. Akibatnya, struktur masyarakat, pola perilaku, dan pemikiran mereka pun mengalami perubahan.
3) Pengaruh Kebudayaan Lain
Hubungan antara dua masyarakat yang berbeda kebudayaan memiliki kecenderungan untuk saling mempengaruhi satu sama lain. Akhirnya, memicu munculnya perubahan sosial. Tiap-tiap masyarakat melakukan penyebaran kebudayaan yang menghasilkan kebudayaan baru. Proses ini dapat berlangsung melalui tiga cara, yaitu difusi, akulturasi, dan asimilasi.
  • Difusi merupakan suatu proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari orang per orang kepada orang perorangan yang lain dan dari masyarakat ke masyarakat yang lain.
  • Akulturasi adalah pembauran antarbudaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya. 
  • Asimilasi adalah pembauran antarkebudayaan yang menghasilkan budaya yang sama sekali baru sehingga kebudayaan lama tidak terlihat.

    Post a Comment

     
    Top