Karakteristik Anak Usia SD

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;"><span style="text-align: left;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Karakteristik Anak Usia SD. </span></span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Dasar. Sebagai guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">keadaan siswanya maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang perlu diperhatikan kebutuhan peserta </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">didik.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><br /></b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Perkembangan Anak Usia SD</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Anak SD merupakan anak dengan katagori banyak mengalami perubahan yang </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">sangat drastis baik mental maupun fisik. Usia anak SD yang berkisar antara 6 – 12 </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">tahun menurut Seifert dan Haffung memiliki tiga jenis perkembangan :</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>1. Perkembangan Fisik Siswa SD</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Mencakup pertumbuhan biologis misalnya pertumbuhan otak, otot dan </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">tulang. Pada usia 10 tahun baik laki‐laki maupun perempuan tinggi dan berat </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">badannya bertambah kurang lebih 3,5 kg. Namun setelah usia remaja yaitu 12 ‐13 </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">tahun anak perempuan berkembang lebih cepat dari pada laki‐laki, Sumantri dkk </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">(2005). </span></div><div style="text-align: justify;"></div><ol><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Usia masuk kelas satu SD atau MI berada dalam periode peralihan dari </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">pertumbuhan cepat masa anak anak awal ke suatu fase perkembangan yang </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">lebih lambat. Ukuran tubuh anak relatif kecil perubahannya selama tahun tahun </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">di SD. </span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Usia 9 tahun tinggi dan berat badan anak laki‐laki dan perempuan kurang lebih </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">sama. Sebelum usia 9 tahun anak perempuan relatif sedikit lebih pendek dan </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">lebih langsing dari anak laki‐laki.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Akhir kelas empat, pada umumnya anak perempuan mulai mengalami masa </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">lonjakan pertumbuhan. Lengan dan kakimulai tumbuh cepat.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Pada akhir kelas lima, umumnya anak perempuan lebih tinggi, lebih berat dan </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">lebih kuat daripada anak laki‐laki. Anak laki‐laki memulai lonjakan pertumbuhan </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">pada usia sekitar 11 tahun.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Menjelang awal kelas enam, kebanyakan anak perempuan mendekati puncak </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">tertinggi pertumbuhan mereka. Periode pubertas yang ditandai dengan </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">menstruasi umumnya dimulai pada usia 12‐13 tahun. Anak laki‐laki memasuki </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">masa pubertas dengan ejakulasi yang terjadi antara usia 13‐16 tahun.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Perkembangan fisik selama remaja dimulai dari masa pubertas. Pada masa ini </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">terjadi perubahan fisiologis yang mengubah manusia yang belum mampu </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">bereproduksi menjadi mampu bereproduksi.</span></li></ol><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Hampir setiap organ atau sistem tubuh dipengaruhi oleh perubahan perubahan </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">ini. Anak pubertas awal (prepubertas) dan remaja pubertas akhir (postpubertas) </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">berbeda dalam tampakan luar karena perubahan perubahan dalam tinggi </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">proporsi badan serta perkembangan ciri‐ciri seks primer dan sekunder.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Meskipun urutan kejadian pubertas itu umumnya sama untuk tiap orang, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">waktu terjadinya dan kecepatan berlangsungnya kejadian itu bervariasi. Rata‐rata </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">anak perempuan memulai perubahan pubertas 1,5 hingga 2 tahun lebih cepat dari </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">anak laki‐laki. Kecepatan perubahan itu juga bervariasi, ada yang perlu waktu 1,5 </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">hingga 2 tahun untuk mencapai kematangan reproduksi, tetapi ada yang </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">memerlukan waktu 6 tahun. Dengan adanya perbedaan‐perbedaan ini ada anak </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">yang telah matang sebelum anak yang sama usianya mulai mengalami pubertas.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>2. Perkembangan Kognitif Siswa SD</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Perkembangan kognitif mencakup perubahan – perubahan dalam perkembangan pola </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">pikir. Tahap perkembangan kognitif individu menurut Piaget melalui empat </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">stadium:</span></div><div style="text-align: justify;"></div><ul><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Sensorimotorik (0‐2 tahun), bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">medorong mengeksplorasi dunianya.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Praoperasional(2‐7 tahun), anak belajar menggunakan dan merepresentasikan </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">objek dengan gambaran dan kata‐kata. Tahap pemikirannya yang lebih simbolis  </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">tetapi tidak melibatkan pemikiran operasiaonal dan lebih bersifat egosentris </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">dan intuitif ketimbang logis</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Operational Kongkrit (7‐11), penggunaan logika yang memadai. Tahap ini telah </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">memahami operasi logis dengan bantuan benda konkrit.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Operasional Formal (12‐15 tahun). kemampuan untuk berpikir secara abstrak, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia</span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>3. Perkembangan Psikososial</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Hal tersebut berkaitan dengan perkembangan dan perubahan emosi </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">individu. J. Havighurst mengemukakan bahwa setiap perkembangan individu harus </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">sejalan dengan perkembangan aspek lain seperti di antaranya adalah aspek psikis, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">moral dan sosial. </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Menjelang masuk SD, anak telah Mengembangkan keterampilan berpikir </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">bertindak dan pengaruh sosial yang lebih kompleks. Sampai dengan masa ini, anak </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">pada dasarnya egosentris (berpusat pada diri sendiri) dan dunia mereka adalah </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">rumah keluarga, dan taman kanak‐kanaknya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Selama duduk di kelas kecil SD, anak mulai percaya diri tetapi juga sering </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">rendah diri. Pada tahap ini mereka mulai mencoba membuktikan bahwa mereka </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">"dewasa". Mereka merasa "saya dapat mengerjakan sendiri tugas itu, karenanya </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">tahap ini disebut tahap "I can do it my self". Mereka sudah mampu untuk diberikan </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">suatu tugas.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Daya konsentrasi anak tumbuh pada kelas kelas besar SD. Mereka dapat </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">meluangkan lebih banyak waktu untuk tugas tugas pilihan mereka, dan seringkali </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">mereka dengan senang hati menyelesaikannya. Tahap ini juga termasuk tumbuhnya </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">tindakan mandiri, kerjasama dengan kelompok dan bertindak menurut cara cara </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">yang dapat diterima lingkungan mereka. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Mereka juga mulai peduli pada permainan </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">yang jujur. </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Selama masa ini mereka juga mulai menilai diri mereka sendiri dengan </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">membandingkannya dengan orang lain. Anak anak yang lebih mudah menggunakan </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">perbandingan sosial (social comparison) terutama untuk norma‐norma sosial dan </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">kesesuaian jenis‐jenis tingkah laku tertentu. Pada saat anak‐anak tumbuh semakin </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">lanjut, mereka cenderung menggunakan perbandingan sosial untuk mengevaluasi </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">dan menilai kemampuan kemampuan mereka sendiri.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sebagai akibat dari perubahan struktur fisik dan kognitif mereka, anak pada </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">kelas besar di SD berupaya untuk tampak lebih dewasa. Mereka ingin diperlakukan </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">sebagai orang dewasa.Terjadi perubahan perubahan yang berarti dalam kehidupan </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">sosial dan emosional mereka. Di kelas besar SD anak laki‐laki dan perempuan </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">menganggap keikutsertaan dalam kelompok menumbuhkan perasaan bahwa </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">dirinya berharga. Tidak diterima dalam kelompok dapat membawa pada masalah </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">emosional yang serius Teman‐teman mereka menjadi lebih penting daripada </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">sebelumnya. Kebutuhan untuk diterima oleh teman sebaya sangat tinggi. Remaja </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">sering berpakaian serupa. Mereka menyatakan kesetiakawanan mereka dengan </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">anggota kelompok teman sebaya melalui pakaian atau perilaku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Hubungan antara anak dan guru juga seringkali berubah. Pada saat di SD kelas </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">rendah, anak dengan mudah menerima dan bergantung kepada guru. Di awal awal </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">tahun kelas besar SD hubungan ini menjadi lebih kompleks. Ada siswa yang </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">menceritakan informasi pribadi kepada guru, tetapi tidak mereka ceritakan kepada </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">orang tua mereka. Beberapa anak pra remaja memilih guru mereka sebagai model.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sementara itu, ada beberapa anak membantah guru dengan cara cara yang tidak </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">mereka bayangkan beberapa tahun sebelumnya. Malahan, beberapa anak mungkin </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">secara terbukamenentang gurunya. </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Salah satu tanda mulai munculnya perkembangan identitas remaja adalah </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">reflektivitas yaitu kecenderungan untuk berpikir tentang apa yang sedang </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">berkecamuk dalam benak mereka sendiri dan mengkaji diri sendiri. Mereka juga </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">mulai menyadari bahwa ada perbedaan antara apa yang mereka pikirkan dan </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">mereka rasakan serta bagaimanamereka berperilaku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Mereka mulai mempertimbangkan kemungkinan‐kemungkinan. Remaja </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">mudah dibuat tidak puas oleh diri mereka sendiri. Mereka mengkritik sifat pribadi </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">mereka, membandingkan diri mereka dengan orang lain, dan mencoba untuk </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">mengubah perilaku mereka. Pada remaja usia 18 tahun sampai 22 tahun, umumnya </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">telah mengembangkan suatu status pencapaian identitas.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Kebutuhan Peserta Didik Siswa SD</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>1. Anak SD Senang Bermain.</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang </span><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlHjeywM31ed4m7YDPmaKLr0sPLEPTiGZ3zdhpLaWnwajwvNP2PtRV4iX6PMLPxkG1EVtdQbGpjUWpPPZDV2GyBOA32jAjKwy6T_LwCRNB_gr242j8W6rojOm0g253XYrQRfHCpfHrmUk/s1600/anak_sd.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlHjeywM31ed4m7YDPmaKLr0sPLEPTiGZ3zdhpLaWnwajwvNP2PtRV4iX6PMLPxkG1EVtdQbGpjUWpPPZDV2GyBOA32jAjKwy6T_LwCRNB_gr242j8W6rojOm0g253XYrQRfHCpfHrmUk/s1600/anak_sd.jpg" /></a></span></div><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">bermuatan permainan lebih – lebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">pelajaran serius seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yangmengandung unsur </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">permainan seperti pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan Keterampilan (SBK).</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><br /></b></span> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>2. Anak SD Senang Bergerak.</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Orang dewasa dapat duduk berjam‐jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">sebagai siksaan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><br /></b></span> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>3. Anak usia SD Senang Bekerja dalam Kelompok.</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Anak usia SD dalam pergaulannya dengan kelompok sebaya, mereka belajar aspek‐ </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti : belajar memenuhi aturan‐ </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam6 </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">anggota 3‐4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">kelompok.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>4. Anak SD Senang Merasakan atau Melakukan/memperagakan Sesuatu Secara</b></span></div><div style="text-align: justify;"><b style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">    Langsung.</b></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep‐ </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">konsep baru dengan konsep‐konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">membentuk konsep‐konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi‐fungsi badan, pera </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri,sama halnya dengan </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya merancang </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang arah mata angin, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">dengan cara membawa anak langsung keluar kelas, kemudian menunjuk langsung </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">setiap arah angin, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan diketahui secara </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">persis dari arahmana angina saat itu bertiup.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Implikasi Karakteristik Peserta Didik terhadap Penyelenggaraan Pendidikan Bagi </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Anak Usia Sekolah Dasar</span></div><div style="text-align: justify;"></div><ul><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Karakteristik anak usia SD adalah senang bermain, senang bergerak, senang bekerja </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">dalam kelompok, serta senang merasakan/melakukan sesuatu secara langsung. </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Oleh karena itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">unsur permainan, memungkinkan siswa berpindah atau bergerak dan bekerja atau </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">terlibat langsung dalam pembelajaran.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Menurut Havighurst tugas perkembangan anak usia SD adalah sebagai berikut : </span><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">a. menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">fisik, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">b. Membangun hidup sehatmengenai dirisendiri dan lingkungan. </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">c. belajar bergaul dan bekerja dalamkelompok sebaya, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">d. belajarmenjalankan peranan sosialsesuai dengan jenis kelamin </span><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">e. Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung. </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">agar mampu berpartisipasi dalammasyarakat, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">f. Mengembangkan konsep‐konsep hidup yang perlu dalamlehidupan. </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">g. mengembangkan kata hati,moral, dan nilai‐nilaisebagai pedoman perilaku. </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">h. mencapai kemandirian pribadi.</span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Tugas perkembangan tersebut mendorong guru SD untuk :</span></div><div style="text-align: justify;"></div><ol><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">menciptkaan lingkungan teman sebaya yang mengajarkan keterampilan fisik,</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">melaksanakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">belajar bergaul dan bekerja dengan teman sebaya sehingga kepribadian sosialnya </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">berkembang,</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">mengembangkan kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman yang </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">konkret atau langsung dalam membangun konsep; serta</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">melaksanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan nilai‐nilai sehingga siswa </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">mampu menentukan pilihan yang stabil dan menjadi pegangan bagi dirinya.</span></li></ol><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Pendidikan di SD merupakan jenjang pendidikan yang mempunyai peranan sangat</span> <span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).</span></div>

Karakteristik Anak Usia SD

Karakteristik Anak Usia SD. Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar. Sebagai…

Read more »

Penilaian Hasil Belajar

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Penilaian Hasil Belajar. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.  Berdasarkan pada PP. Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:</span></div><div style="text-align: justify;"><ol><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Penilaian hasil belajar oleh pendidik;</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan;</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.</span></li></ol></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Setiap satuan pendidikan selain melakukan perencanaan dan proses pembelajaran, juga melakukan penilaian hasil pembelajaran sebagai upaya terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam rangka penilaian hasil belajar (rapor) pada semester satu penilaian dapat dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah semester,  ulangan akhir semester, dan  dilengkapi dengan tugas-tugas lain seperti pekerjaan rumah (PR), proyek, pengamatan dan produk. Hasil pengolahan dan analisis nilai tersebut digunakan untuk mengisi nilai rapor semester satu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Pada semester dua  penilaian dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan kenaikan kelas dan dilengkapi dengan tugas-tugas lain seperti PR, proyek, pengamatan dan  produk. Hasil pengolahan dan analisis nilai tersebut digunakan untuk mengisi nilai  rapor pada semester dua.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Tujuan dan Fungsi Penilaian Hasil Belajar</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>a.  Tujuan Umum :</b></span></div><div style="text-align: justify;"><ol><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Menilai pencapaian kompetensi peserta didik;</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Memperbaiki proses pembelajaran;</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa.</span></li></ol></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>b. Tujuan Khusus :</b></span></div><div style="text-align: justify;"><ol><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa;</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Mendiagnosis kesulitan belajar;</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar;</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Penentuan kenaikan kelas;</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Memotivasi belajar siswa dengan cara mengenal dan memahami diri dan merangsang untuk melakukan usaha perbaikan.</span></li></ol></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">2.  Fungsi Penilaian Hasil Belajar</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">     Fungsi penilaian hasil belajar adalah sebagai berikut.</span></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Meningkatkan motivasi belajar siswa.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Evaluasi diri terhadap kinerja siswa.</span></li></ul></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>2. Prinsip-prinsip Penilaian Hasil Belajar</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dalam melaksanakan penilaian hasil belajar, pendidik perlu memperhatikan prinsip-prinsip penilaian sebagai berikut:</span></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Valid/Sahih</i>, Penilaian valid berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dengan <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0LJaYdRkKldWrTjMjuYVXLhdYLXM34-DUl9r66-l6KDRMJSmljw5jhXpUiCYw_3uNnKlpX45kYuVK9HEu7kjzp7Plux4GxGjxI-lORQ5R3WXvXN4SnNVZrpOwkLB8cPnqg_vJWpS8Cbo/s1600/penilaian.png" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0LJaYdRkKldWrTjMjuYVXLhdYLXM34-DUl9r66-l6KDRMJSmljw5jhXpUiCYw_3uNnKlpX45kYuVK9HEu7kjzp7Plux4GxGjxI-lORQ5R3WXvXN4SnNVZrpOwkLB8cPnqg_vJWpS8Cbo/s1600/penilaian.png" /></a></div>menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi, sehingga penilaian tersebut menghasilkan informasi yang akurat tentang aktivitas belajar. Penilaian hasil belajar oleh pendidik harus mengukur  pencapaian kompetensi yang ditetapkan dalam standar isi (standar kompetensi dan kompetensi dasar) dan standar kompetensi lulusan. Misalnya apabila pembelajaran menggunakan pendekatan eksperimen maka kegiatan eksperimen harus menjadi salah satu obyek yang di nilai.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Obyektif</i>, Penilaian yang bersifat objektif tidak memandang dan membeda-bedakan latar belakang peserta didik, namun melihat kompetensi yang dihasilkan oleh peserta didik tersebut, bukan atas dasar siapa dirinya. Penilaian harus dilaksanakan secara objektif dan tidak dipengaruhi oleh subyektivitas penilai.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Adil</i>, Peserta didik berhak memperoleh nilai secara adil, penilaian hasil belajar tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial, ekonomi, fisik, dan gender.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Terbuka</i>, Penilaian harus bersifat transparan dan pihak yang terkait  harus tau bagaimana pelaksanaan penilaian tersebut, dari aspek apa saja nilai tersebut didapat, dasar pengambilan keputusan, dan bagaimana pengolahan nilai tersebut sampai hasil akhirnya tertera, dan dapat diterima.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Bermakna</i>, Penilaian hasil belajar oleh pendidik memiliki arti, makna, dan manfaat yang dapat ditindaklanjuti oleh pihak lain, terutama pendidik, peserta didik, orang tua, dan masyarakat.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Mendidik</i>, Penilaian hasil belajar harus dapat mendorong dan membina peserta didik maupun pendidik untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya dengan cara memperbaiki kualitas belajar mengajar.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Menyeluruh</i>, Penilaian diambil dengan mencakup seluruh aspek kompetensi peserta didik dan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, termasuk mengumpulkan berbagai bukti aktivitas belajar peserta didik. Penilaian meliputi pengetahuan (cognitif), keterampilan (phsycomotor), dan sikap (affektif).</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Berkesinambungan</i>, Pelaksanaan penilaian hasil belajar dilakukan secara terencana, bertahap, dan terus menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar peserta didik.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Akuntabel</i>, Penilaian hasil belajar oleh pendidik dapat dipertanggung jawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.</span></li></ul></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>3. Teknik Penilaian</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Penilaian hasil belajar dapat menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. Ditinjau dari tekniknya, penilaian dibagi menjadi dua yaitu tes dan non tes.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>1. Teknik Tes</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Teknik tes merupakan teknik yang digunakan melaksanakan tes berupa pertanyaan yang harus dijawab, pertanyaan yang harus ditanggapi atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang di tes. Dalam hal tes hasil belajar yang hendak diukur adalah kemampuan peserta didik dalam menguasai pelajaran yang disampaikan meliputi aspek pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan alat pelaksanaannya secara garis besar alat penilaian dengan teknik tes dapat dikelompokkan sebagai berikut :</span></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Tes Tertulis</i>, Tes tertulis adalah suatu teknik penilaian yang menuntut jawaban secara tertulis, baik berupa pilihan maupun isian.   Tes tertulis dapat digunakan pada ulangan harian atau ulangan tengah dan akhir semester atau ulangan kenaikan kelas. Tes tertulis dapat berbentuk pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah, isian singkat, atau uraian (essay).</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Tes Lisan</i>, Tes lisan adalah teknik penilaian  hasil belajar  yang pertanyaan dan jawabannya atau pernyataannya atau tanggapannya disampaikan dalam bentuk lisan dan spontan. Tes jenis ini memerlukan daftar pertanyaan dan pedoman pensekoran.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Tes Praktik/Perbuatan</i>, Tes praktik/perbuatan adalah teknik  penilaian hasil belajar yang menuntut peserta didik mendemontrasikan kemahirannya atau menampilkan hasil belajarnya dalam bentuk unjuk kerja. Tes praktik/perbuatan dapat berupa tes identifikasi, tes simulasi dan tes petik kerja. Tes identifikasi dilakukan untuk mengukur kemahiran mengidentifikasi sesuatu hal berdasarkan fenomena yang ditangkap melalui alat indera. Tes simulasi digunakan .untuk mengukur kemahiran bersimulasi memperagakan suatu tindakan. Tes petik kerja digunakan untuk mengukur kemahiran mendemonstrasikan pekerjaan yang sesungguhnya.</span></li></ul></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>2.  Teknik Nontes</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Teknik nontes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran terutama mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian. Selama ini teknik nontes kurang digunakan  dibandingkan teknis tes. Dalam proses pembelajaran pada umumnya kegiatan  penilaian mengutamakan teknik tes. Hal ini dikarenakan lebih berperannya aspek pengetahuan dan keterampilan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan guru pada saat menentukan siswa.  Seiring dengan berlakunya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar maka teknik penilaian harus disesuaikan dengan:</span></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">kompetensi yang diukur;</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">aspek yang akan diukur, pengetahuan, keterampilan atau sikap;</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">kemampuan siswa yang akan diukur;</span></li><li><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">sarana dan prasarana yang ada.</span></li></ul></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Teknik penilaian nontes dapat dikelompokkan sebagai berikut:</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>a.  Pengamatan/observasi</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Pengamatan/observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan oleh pendidik dengan menggunakan indera secara langsung. Observasi dilakukan dengan cara menggunakan instrumen yang sudah dirancang sebelumnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Contoh aspek yang diamati pada pelajaran Matematika:</span></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">ketelitian;</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">kecepatan kerja;</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">kerjasama;</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">kejujuran.</span></li></ul></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Alat/instrumen untuk penilaian melalui pengamatan dapat menggunakan skala sikap dan atau angket (kuesioner).</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Skala sikap</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Skala sikap adalah alat penilaian hasil belajar yang berupa sejumlah pernyataan sikap tentang sesuatu yang jawabannya dinyatakan secara berskala, misalnya skala tiga, empat atau  lima. Pengembangan skala sikap dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.</span></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Menentukan objek sikap yang akan dikembangkan skalanya misalnya sikap terhadap kebersihan.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Memilih dan membuat daftar dari konsep dan kata sifat yang relevan dengan objek penilaian sikap. Misalnya : menarik, menyenangkan, mudah dipelajari dan sebagainya.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Memilih kata sifat yang tepat dan akan digunakan dalam skala.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Menentukan skala dan penskoran.</span></li></ul></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Angket (kuesioner)</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Angket adalah alat penilaian hasil belajar yang berupa daftar pertanyaan tertulis untuk menjaring informasi tentang sesuatu, misalnya tentang latar belakang keluarga siswa, kesehatan siswa, tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran, media, dan lain-lain.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>b. Penugasan</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Penilaian dengan penugasan adalah suatu teknik penilaian yang menuntut peserta didik melakukan kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di kelas. Penilaian dengan penugasan dapat diberikan dalam bentuk individual atau kelompok.  Penilaian dengan penugasan dapat  berupa tugas atau proyek.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Tugas adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa secara terstruktur di luar kegiatan kelas, misalnya tugas membuat ringkasan cerita, menulis puisi, menulis cerita, mengamati suatu obyek, dan lain-lain. Hasil pelaksanaan tugas ini bisa berupa hasil karya, seperti: karya puisi, cerita; bisa pula berupa laporan, seperti: laporan pengamatan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Pelaksanaan pemberian tugas perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:</span></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Banyaknya tugas setiap mata pelajaran diusahakan agar tidak memberatkan siswa karena memerlukan waktu untuk istirahat, bermain, belajar mata pelajaran lain, bersosialisasi dengan teman, dan lingkungan sosial lainnya.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Jenis dan materi pemberian tugas harus didasarkan kepada tujuan pembemberian tugas yaitu untuk melatih siswa menerapkan atau menggunakan hasil pembelajarannya dan memperkaya wawasan pengetahuannya. Materi tugas dipilih yang esensial sehingga siswa dapat mengembangkan keterampilan hidup yang sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, perkembangan, dan lingkungannya.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Diupayakan pemberian tugas dapat mengembangkan kreatifitas dan rasa tanggung jawab serta kemandirian.</span></li></ul></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Proyek</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Proyek adalah suatu  tugas yang melibatkan kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan  secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. Contoh proyek antara lain: melakukan pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, percobaan foto sintesis tumbuhan dan perkembangan tanaman, mengukur tinggi pohon dan lebar sungai  menggunakan klinometer.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>c. Produk</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Penilaian produk adalah suatu  penilaian terhadap keterampilan menghasilkan suatu produk dalam waktu tertentu sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan baik dari segi proses maupun hasil akhir. Tahap-tahap penilaian produk sebagai berikut :</span></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Tahap Persiapan, meliputi: penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam hal  merencanakan,  menggali dan mengembangkan gagasan serta mendesain produk</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Tahap Pembuatan, meliputi: penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Tahap Hasil, meliputi penilaian terhadap  kemampuan peserta didik membuat produk sesuai kegunaan dan kriteria yang telah ditentukan</span></li></ul></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>d. Portofolio</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Portofolio merupakan kumpulan karya siswa yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran. Portofolio digunakan oleh pendidik dan siswa untuk memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa dalam mata pelajaran tertentu. Portofolio menggambarkan perkembangan prestasi, kelebihan dan kekurangan kinerja siswa, seperti kreasi kerja dan  karya siswa lainnya.</span><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Bentuk fisik dari portofolio adalah folder, bendel, atau map yang berisikan dokumen. Agar portofolio siswa mudah dianalisis untuk kepentingan penilaian, maka idealnya perlu diorganisir dalam beberapa bagian sebagai berikut.</span></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Halaman Judul, Pada halaman depan map portofolio adalah judul atau cover portofolio berisi nama siswa, kelas, dan sekolah.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Daftar isi dokumen, Pada halaman dalam dari judul berisi daftar isi dokumen yang berada dalam map portofolio.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Dokumen Portofolio, Bendel dokumen portofolio berisi kumpulan semua dokumen siswa baik hasil karya siswa, lembar kerja (worksheet), koleksi bacaan, koleksi lukisan, maupun lembaran-lembaran informasi yang dipakai dalam kegiatan belajar mengajar.</span></li></ul></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Pengelompokan  Dokumen, Dokumen-dokumen dalam portofolio perlu dikelompokkan, misalnya berdasarkan mata pelajaran, sehingga mudah untuk mendapatkannya bila diperlukan. Agar kelompok dokumen mudah diorganisir, maka perlu diberi pembatas, misalnya dengan kertas berwarna. Batasan tersebut sangat berguna untuk memisahkan antara dokumen satu kelompok dengan kelompok yang lain. Tidak semua berkas karya siswa didokumentasikan tetapi hanya karya siswa yang terpilih saja. Penentuan karya siswa yang terpilih merupakan kesepakatan antara pendidik dan siswa. </span><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Catatan Pendidik dan Orangtua, Pada dokumen yang relevan baik yang berupa lembar kerja, hasil karya, maupun kumpulan dokumen yang dipelajari siswa terutama yang berupa tugas dari pendidik harus terdapat catatan/komentar/nilai dari pendidik dan tanggapan orang tua. Lebih baik lagi jika terdapat catatan/tanggapan siswa yang bersangkutan, dengan demikian pada setiap dokumen terdapat informasi lengkap tentang masukan dari pendidik dan tanggapan dari orang tua. Setiap siswa juga dapat memasukkan dokumen yang diperoleh secara mandiri, misalnya diperoleh dari buku bacaan atau majalah yang membuat anak tertarik untuk mempelajari atau mengoleksinya. Sehingga dalam portofolio siswa, dokumen tidak hanya berasal dari pendidik atau pelajaran semata, tetapi juga bisa berisi kumpulan koleksi siswa yang bersangkutan sesuai dengan minat dan bakatnya. Dengan demikian, portofolio siswa akan berbeda antara satu dengan yang lain, tergantung dari keaktifan siswa dalam mengembangkan bakat dan minatnya serta keaktifannya dalam belajar. Dari portofolio ini diperoleh informasi tentang bakat dan minat, kelebihan dan kekurangan dari setiap siswa yang sangat membantu pendidik dalam melakukan pembinaan kemampuan individu. Catatan pendidik, siswa, dan orang tua dapat langsung dituliskan pada dokumen yang ada, atau ditulis secara terpisah pada kertas kecil yang ditempelkan atau disatukan pada dokumen.</span><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Perlu ditegaskan bahwa portofolio bukan menggantikan sistem penilaian yang ada. Portofolio yang berisi dokumen-dokumen selama siswa belajar dalam kurun waktu tertentu, dipilih kembali untuk dilampirkan dan dilaporkan kepada orang tua bersama rapor. Pada akhir suatu periode, misalnya semester, portofolio dianalisis dan hasil analisis berupa catatan komentar guru tentang informasi proses dan hasil belajar siswa selama periode tersebut.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>4. Pelaksanaan Penilaian</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran</span></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><i>Waktu</i>, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Penilaian oleh pendidik dapat dilakuakan setiap akhir satu atau beberapa kompetensi dasar atau setiap dua minggu sekali atau minimal 3 kali dalam satu semester. Penilaian oleh pendidik boleh dilakukan dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Teknik, </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Penilaian hasil belajar oleh pendidik dapat dilakukan dengan berbagai teknik sebagai berikut: </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">a. Tes; </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">b. Observasi; </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">c. Penugasan perorangan, pasangan, dan kelompok</span></li></ul></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sebaiknya instrumen yang digunakan dalam teknik tes tersebut dibuat dan dianalisis oleh guru.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>5. Pengolahan Hasil Belajar</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Contoh pengolahan hasil belajar yang diperoleh dari ulangan harian, sebagai berikut:</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">a. Nilai ulangan harian diperoleh dari hasil tes lisan atau tertulis dan dari pengamatan atau </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">    tes praktik/perbuatan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">b. Hasil Ulangan harian yang diperoleh dari tes lisan, tertulis, dan tes praktik/perbuatan, </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">     setelah dikoreksi perlu diberi nilai (skor) 1-100 dengan diberi catatan dan komentar.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">c.  Cara  menghitung nilai tes tertulis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.</span></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Pilihan Ganda, setiap soal diberi skor 1</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Menjodohkan, setiap soal diberi skor 1</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Isian, setiap soal diberi skor 2</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Uraian, setiap soal diberi skor sesuai bobot soal. (Pada contoh di bawah ini, skor soal uraian ditetapkan 3</span></li></ul></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>6. Analisis Penilaian Hasil Belajar</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Hasil penilaian  belajar dianalisis untuk mendapatkan umpan balik tentang berbagai komponen dalam proses pembelajaran. Analisis hasil penilaian dilakukan dengan memperhatikan nilai yang diperoleh siswa pada ulangan harian (tes tertulis, lisan, praktik/perbuatan dan  sikap, tugas, produk), ulangan tengah semester(tes tertulis, lisan, praktik/perbuatan dan sikap, tugas dan produk), ulangan akhir semester (tes tertulis, lisan, praktik/perbuatan dan sikap, tugas dan produk), dan ulangan kenaikan kelas (tes tertulis, lisan, praktik/perbuatan dan sikap, tugas dan pruduk).</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Analisis untuk ulangan harian dan tengah semester ditekankan untuk memperoleh informasi tentang latar belakang dan faktor penyebab mengapa siswa memperoleh nilai kurang. Bagi anak yang memperoleh nilai kurang dari batas nilai minimal ketuntasan belajar akan diberi remedial, sedang bagi anak yang nilainya telah mencapai batas ketuntasan akan diberikan  pengayaan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Analisis untuk ulangan akhir semester, ulangan harian dan tengah semester untuk menentukan nilai di rapor semester satu. Sedangkan analisis ulangan kenaikan kelas,  nilai ulangan harian, dan tengah semester dipergunakan untuk menentukan nilai rapor semester dua dan  kenaikan kelas. Selain itu analisis dilakukan untuk mengetahui ketuntasan belajar.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>7. Tindak Lanjut</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Tindak lanjut diberikan sebagai suatu tindakan terhadap analisis hasil penilaian Tindak lanjut yang diberikan antara lain melalui remedial,  dan pengayaan. Contoh, jika kriteria minimal ketuntasan belajar yang ditetapkan oleh sekolah untuk mata pelajaran tertentu 75%, maka siswa yang pencapaian kompetensinya kurang dari 75%,  perlu mendapatkan remedial untuk indikator-indikator yang belum dikuasai. Sebaliknya bila seorang anak sudah mencapai kompetensi 75%, maka anak tersebut perlu mendapatkan pengayaan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Tindak lanjut remedial dan pengayaan dilakukan atas dasar analisis hasil evaluasi perorangan. Pendidik juga perlu melakukan analisis pencapaian kompetensi kelas, dan menemukan sebab-sebab yang mempengaruhi ketidaktercapaian ketuntasan minimal yang telah ditetapkan. Misalnya, kurangnya jam belajar yang tersedia, kurangnya sarana prasarana, suasana belajar yang kurang kondusif dan sebagainya yang bisa  ditindaklanjuti dengan kebijakan sekolah maupun pemerintah daerah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>8. Pelaporan</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Laporan kemajuan hasil belajar siswa merupakan sarana komunikasi dan hubungan kerjasama antara sekolah, siswa, dan orang tua. Proses pelaporan penilaian hasil belajar siswa, merupakan suatu tahapan dari serangkaian suatu proses pendidikan di sekolah yang harus dilewati. Pada pelaksanaannya, pelaporan harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :</span></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Konsisten dengan pelaksanaan penilaian di sekolah.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Memuat rincian hasil belajar siswa berdasarkan kriteria yang telah ditentukan  dan  dikaitkan dengan penilaiaan yang bermanfaat bagi pengembangan siswa.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Menjamin orang tua akan informasi permasalahan anaknya dalam belajar.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Mengandung berbagai cara atau strategi komunikasi.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Memberikan Informasi yang benar , jelas, dan akurat.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Secara garis besar tujuan pelaporan hasil belajar siswa untuk :</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Memberikan informasi yang tepat, dan jelas tentang kemajuan hasil belajar siswa dalam kurun waktu tertentu.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Memberikan umpan balik bagi siswa dalam mengetahui kelebihan dan kekurangannya sehingga menimbulkan motivasi untuk hasil belajarnya.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Menetapkan kemajuan hasil belajar siswa secara individual dalam mencapai kompetensi.   </span></li></ul></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Format Pelaporan</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Agar peran serta masyarakat dalam dunia pendidikan semakin meningkat, bentuk laporan kemajuan siswa harus disajikan secara sederhana, mudah dibaca, dipahami, komunikatif, serta menampilkan profil atau tingkat kemajuan siswa. Dengan demikian orang tua atau pihak yang berkepentingan (stakeholder) dengan mudah mengidentifikasi kompetensi yang harus ditingkatkan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>Pelaporan Pencapaian Kemajuan Belajar</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Laporan pencapaian kemajuan belajar secara menyeluruh, menggambarkan kualitas pribadi siswa sebagai internalisasi dan kristalisasi belajar melalui sebagian kegiatan baik intra maupun ektrakurikuler pada kurun waktu satu semester.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>9. Unsur Penilaian Hasil Belajar</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Hasil dari setiap kegiatan penilaian hasil belajar dicantumkan dalam buku daftar nilai.     Unsur penilaian hasil belajar yang dicantumkan dalam buku daftar nilai adalah sebagai berikut:</span></div><div style="text-align: justify;"><ul><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Ulangan Harian</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Ulangan Tengah Semester</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Tugas (seperti Penugasan, produk, pengamatan)</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Ulangan Akhir Semester</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Ulangan Kenaikan Kelas</span></li></ul></div></div>

Penilaian Hasil Belajar

Penilaian Hasil Belajar. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.  Berdasarkan pada PP. Nomor 19 tahun 2005 tent…

Read more »

Pembelajaran Model Jigsaw

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Jigsaw berasal dari bahasa ingris yaitu gergaji ukir dan  ada juga yang menyebutnya dengan istilah Fuzzle, yaitu sebuah teka teki yang  menyususn potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga  mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji ( jigsaw), yaitu siswa melakukan sesuatu  kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan  bersama. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Model pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar  kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk  kelompok kecil , seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran  kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa  belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang  secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan  bertanggung jawab secara mandiri. Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa  memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah  imformasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasii, </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan  ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada  kelompoknya.( Rusman, 2008.203).</span><br /><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>1. Beberapa Pengertian Pembelajaran Model Jigsaw </b></span><br /><ul><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Dalam Jurnal Internasional Julia I Smith; Lena Chang The American Biology Teacher; Jan 2005; 67, 1; ProQuest Biology Journals pg. 31</span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">“The jigsaw is a collaborative learning technique that emphasizes the fact that we can learn by teaching. This technique gently forces students to dive into the subject matter acquire new knowledge or a skill and teach it to another student”</span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">(jigsaw adalah teknik pembelajaran kolaboratif yang menekankan fakta bahwa kita dapat belajar dengan mengajar. Teknik ini lembut memaksa siswa untuk menyelam ke dalam materi pelajaran memperoleh pengetahuan baru atau keterampilan dan mengajarkannya kepada siswa lain.)</span></span></li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><li>Menurut Arends, RI, 1997 (dalam Wirta:2003) pengertian pembelajaran jigsaw adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari tim-tim belajar heterogen beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa. Materi akademik disaji-kan dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab atas penugasan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian materi tersebut kepada anggota tim lain. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa diberi kesempatan untuk berkolaborasi dengan teman lain dalam bentuk diskusi kelompok memecahkan suatu permasalahan. Setiap kelompok memiliki kemampuan akademik yang heterogen sehingga akan terdapat siswa yang berkemampuan tinggi, dua atau tiga siswa berkemampuan sedang, dan seorang siswa berkemampuan kurang.</li><li>Ibrahim (2001:21) jigsaw telah dikembangkan dan diuji cobakan oleh Ellot Aronson dan kemudian diadaptasi oleh slavin. Dalam penerapan jigsaw, siswa dibagi berkelompok dengan lima atau enam anggota kelompok belajar heterogen. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari, menguasai bagian tertentu bahan yang diberikan kemudian menjelaskan pada anggota kelompoknya. Dengan demikian terdapat rasa saling membutuhkan dan harus bekerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Para anggota dari kelompok lain yang bertugas mendapat topik yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli. Kemudian anggota tim ahli kembali ke kelompok asal dan mengajarkan apa yang telah dipelajarinya dan didiskusikan didalam klompok ahlinya untuk diajarkan kepada teman kelompoknya sendiri.</li></span></ul></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>2. Prinsip dan Fungsi </b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Prinsip-Prinsip pembelajaran model jigsaw adalah sebagai berikut :</span></div><div style="text-align: justify;"></div><ol><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri.</span></li></ol><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; text-align: justify;">Fungsi</span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; text-align: justify;"><br /></span><br /><ol><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Berdasarkan prinsip-prinsip diatas memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.</span></li></ol><div style="text-align: justify;"><b style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">2. Langkah-langkah Pembelajaran Model Jigsaw</b><br /><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Pembelajaran model jigsaw ini dikenal juga  dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada  permasalahan yang berbeda. Namun, permasalahan yang dihadapi setiap kelompok  sama, kita sebut sebagai team ahli yang bertugas membahas permasalahan yang  dihadapi. Selanjutnya, hasil pembahasan itu di bawah kekelompok asal dan  disampaikan pada anggota kelompoknya. </span><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini berbeda dengan kelompok kooperatif lainnya, karena setiap siswa bekerja sama pada dua kelompok secara bergantian, dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:</span><br /><ol><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzAFvVvGCgHcLoRHRPShiWL-WsdJP3MRbcmOaAoyrmWzW04cHVTPKEwQm6BQfp822t-0H1ZJATmWcDD8Q2hnZ4Ay9yBk86paFRYm-C1Fe3xrlBjPx0yn5alhZn6lekUl5gV7KKDNEhjVU/s1600/kelompok_jigsaw.png" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="193" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzAFvVvGCgHcLoRHRPShiWL-WsdJP3MRbcmOaAoyrmWzW04cHVTPKEwQm6BQfp822t-0H1ZJATmWcDD8Q2hnZ4Ay9yBk86paFRYm-C1Fe3xrlBjPx0yn5alhZn6lekUl5gV7KKDNEhjVU/s320/kelompok_jigsaw.png" width="320" /></a></div>terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam teknik Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut.  </span><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.</span></li><li><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.</span></li></ol></div><ul></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Pembelajaran model Jigsaw memiliki beberapa kelebihan dan juga kekurangan. Kelebihan model pembelajaran Jigsaw antara lain  :</span></div><div style="text-align: justify;"></div><ul><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Mendorong siswa untuk lebih aktif di kelas, kreatif dalam berfikir serta bertanggungjawab terhadap proses belajar yang dilakukannya.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Mendorong siswa untuk berfikir kritis dan dinamis.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan dan mengembangkan ide yang dimiliki untuk menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok belajar yang telah dibentuk oleh guru.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja, tetapi semua siswa dituntut untuk menjadi aktif dalam diskusi tersebut.</span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Kekurangan model pembelajaran Jigsaw :</span></div><ul><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap kelompok  membutuhkan penanganan yang berbeda.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Keadaan kondisi kelas yang ramai, sehingga membuat siswa binggung dan pembelajran kooperatif tipe jigsaw merupakan pembelajaran baru;</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Siswa lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum terkondiki dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh serta butuh waktu dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.</span></li></ul><ul></ul><ul></ul></div>

Pembelajaran Model Jigsaw

Jigsaw berasal dari bahasa ingris yaitu gergaji ukir dan  ada juga yang menyebutnya dengan istilah Fuzzle, yaitu sebuah teka teki yang  menyususn potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw …

Read more »

Pendekatan Whole Languange

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Pendekatan Whole Language (bahasa menyeluruh) telah digunakan dalam pembelajaran  bahasa di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Australia, Malaysia dan Indonesia. Di  Indonesia pendekatan bahasa menyeluruh ini sudah digunakan dalam berbagai jenjang  persekolahan terutama di Taman Kanak-kanak (Masitoh 2002), di sekolah dasar (Hartati, 2000  dan Suryani, 2008) Di sekolah dasar pendekatan ini sangat sesuai untuk kelas-kelas rendah  (Kelas I,II dan III). Model Whole Language merupakan model pembelajaran bahasa yang menekankan bahwa pembelajaran bahasa merupakan sesuatu yang utuh, yang tidak memisahkan aspek-aspek keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa disajikan dalam satu kesatuan yang padu antara menyimak, membaca, berbicara, menulis, sastra, dan unsur kebahasaan. Semuanya disajikan secara proporsional sehingga tujuan pembelajaran tercapai.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>1. Ciri Khusus Pendekatan Whole Languange</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Setiap model pembelajaran memiliki karakter atau ciri khusus yang terjadi dan tampak di kelas. Ciri khusus model Whole Language sebagai berikut.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><ul><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Belajar bahasa akan berlangsung dengan mudah karena sifatnya padu, nyata, relevan, <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj08_18NxI5zRN_PEUqduUmBb4jIFElVbo27suD4DWvzTa4EbIpaZBKCw1zr6Qco6XsmXDp5CTba5NXue3gGw9zHF6xRxVVfOLZTI3RKusw2MmsM7FfJSBjiRmqAechXTIS0CQfFsRPDQ8/s1600/whole_languange.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj08_18NxI5zRN_PEUqduUmBb4jIFElVbo27suD4DWvzTa4EbIpaZBKCw1zr6Qco6XsmXDp5CTba5NXue3gGw9zHF6xRxVVfOLZTI3RKusw2MmsM7FfJSBjiRmqAechXTIS0CQfFsRPDQ8/s1600/whole_languange.jpg" /></a></div>bermakna, dan berfungsi dalam konteks berbahasa yang sebenarnya.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Para siswa akan mempelajari unsur kebahasaan secara simultan atau serempak saat pembelajaran keterampilan berbahasa berlangsung dalam konteks pemakaian bahasa yang sebenarnya.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Para siswa mempelajari bahasa sama dengan membangun makna sesuai dengan konteks.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Perkembangan bahasa siswa merupakan suatu proses pembentukan kemampuan personal sosial.(Depdikbud, 2004: 14)</span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>2. Peran Guru dalam Pendekatan Whole Languange</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dalam model Whole Language, aktivitas pembelajaran didominasi oleh siswa. Guru hanya berperan sebagai mediator, pengarah, dan pembantu siswa belajar. Aminudin (1977: 33) menjelaskan peran guru dalam model Whole Language sebagai berikut.</span></div><div style="text-align: justify;"></div><ul><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru sebagai model, dalam kegiatan pembelajaran keterampilan berbahasa guru harus menjadi contoh dari perwujudan aktivitas berbahasa siswa.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru sebagai fasilitator, guru harus mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan siswa dalam belajar sehingga siswa dapat mengembangkan dan menemukan pemahaman yang nyata.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru sebagai pembelajar, guru harus mempelajari segala sesuatu yang dipelajari siswa dan mempelajari segala kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar serta segera memberikan solusinya.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru sebagai peneliti, guru harus selalu mengamati gejala yang berhubungan dengan minat, motivasi, dan proses belajar siswa. Guru harus selalu mengumpulkan data mengenai perkembangan kemajuan siswa dalam belajar dan melakukan refleksi terhadap data yang ditemukan.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Guru sebagai dinamisator, guru harus bersahabat dengan siswa, harus mampu memanfaatkan berbagai bentuk penguatan kepada siswa, misalnya pujian, hadiah, dan sebagainya.</span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>3. Ciri-ciri Kelas Whole Language</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Ada tujuh ciri yang menandakan kelas whole language</span></div><div style="text-align: justify;"></div><ul><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Kelas yang menerapkan whole language  penuh dengan barang cetakan. Barang-barang tersebut kabinet dan sudut belajar. Poster hasil kerja siswa menghiasi dinding dan  bulletin board.  Karya tulis siswa dan chart  yang dibuat siswa menggantikan bulletin board  yang dibuat oleh guru. Salah satu sudut kelas diubah menjadi perpustakaan yang dilengkapi berbagai jenis buku (tidak hanya buku teks), majalah, koran, kamus, buku petunjuk dan berbagai barang cetak lainnya.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Siswa belajar melalui model atau contoh. Guru dan siswa bersama-sama melakukan kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat perkembangannya.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Siswa berbagi tanggung jawab dalam pembelajaran. Peran guru di kelas whole language  hanya sebagai fasilitator dan siswa mengambil alih beberapa tanggung jawab yang biasanya dilakukan oleh guru.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran bermakna. Dalam hal ini interaksi guru adalah multiarah.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Siswa berani mengambil risiko dan bebas bereksperimen. Guru tidak mengharapkan kesempurnaan, yang penting adalah respon atau jawaban yang diberikan siswa dapat diterima.</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Siswa mendapat balikan (feed back)  positif baik dari guru maupun temannya. Konferensi antara guru dan siswa memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penilaian diri dan melihat perkembangan diri. Siswa yang mempresentasikan hasil tulisannya mendapatkan respon positif dari temannya. Hal ini dapat membangkitkan rasa percaya diri.  Dari ketujuh ciri tersebut dapat terlihat bahwa siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Guru tidak perlu berdiri lagi di depan kelas meyampaikan materi. Sebagai fasilitator guru berkeliling kelas mengamati dan mencatat kegiatan siswa. Dalam hal ini guru menilai siswa secara informal.</span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>4. Komponen Whole Language</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Teuku Alamsyah (2007: 14-17) menjelaskan bahwa ada delapan komponen whole language,</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">yaitu: (1) reading aloud, (2) journal writing, (3) sustained silent reading, (4) shared reading, (5) guided writing, (6) guided reading, (7) independent reading, dan (8) independent writing.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><br /></b></span> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>1)  Reading Aloud (membaca bersuara)</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Reading aloud adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru untuk siswanya. Guru dapat menggunakan bacaan yang terdapat dalam buku teks atau buku cerita. Guru membacakan cerita dengan suara nyaring dan intonasi yang baik sehingga setiap siswa dapat mendengarkan dan menikmati ceritanya. Kegiatan ini akan sangat bermakna terutama jika diterapkan dikelas rendah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Di sisi lain, dengan pembelajaran reading aloud, guru dapat memberikan contoh membaca yang baik pada siswanya. Pada kelas yang pembelajarannya menerapkan whole language, reading aloud dapat dilakukan setiap hari saat memulai pembelajaran. Guru hanya menggunakan beberapa menit saja (10 menit) untuk membacakan cerita. Kegiatan ini juga dapat membantu guru untuk memotivasi siswa memasuki suasana belajar.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><br /></b></span> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>2)  Jurnal Writing</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Journal writing atau menulis jurnal merupakan sarana yang aman bagi siswa untuk mengungkapkan perasaannya, menceritakan kejadian di sekitanya, mengutarakan hasil belajarnya, dan menggunakan bahasa dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya anak-anak dari berbagai macam latar belakang memiliki banyak cerita. Namun, umumnya mereka tidak sadar bahwa mereka mempunyai cerita yang menarik untuk diungkapkan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Tugas guru adalah mendorong siswa agar mau mengungkapkan cerita yang dimilikinya. Menulis jurnal bukanlah tugas yang harus dinilai, tetapi guru berkewajiban untuk membaca jurnal yang ditulis anak dan memberikan komentar atau respon terhadap cerita tersebut sehingga ada dialog antara guru dan siswa.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><br /></b></span> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>3) SSR (Sustained Silent Reading)</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sustained Silent Reading (SSR). SSR adalah kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk memilih sendiri buku atau materi yang akan dibacanya. Biarkan siswa memilih bacaan yang sesuai dengan kemampuannya sehingga mereka dapat menyelesaikan membaca bacaan tersebut. Oleh karena itu, guru sedapat mungkin menyediakan bahan bacaan yang menarik dari berbagai buku atau sumber sehingga memungkinkan siswa memilih materi bacaan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Guru dapat memberikan contoh sikap membaca dalam hati yang baik sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan membaca dalam hati untuk waktu yang cukup lama.  </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><br /></b></span> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>4)  Shared Reading</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Shared reading ini adalah kegiatan membaca bersama antara guru dan siswa, di mana setiap orang mempunyai buku yang sedang dibacanya. Kegiatan ini dapat dilakukan baik di kelas rendah maupun di kelas tinggi.  </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><br /></b></span> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>5)  Guided Reading</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Guided reading tidak seperti pada shared reading, guru lebih berperan sebagai model dalam membaca. Dalam guided reading atau disebut juga membaca terbimbing guru menjadi pengamat dan fasilitator. Dalam membaca terbimbing penekanannya bukan dalam cara membaca itu sendiri, melainkan lebih pada membaca pemahaman. Dalam guided reading semua siswa membaca dan mendiskusikan buku yang sama. Guru melemparkan pertanyaan yang meminta siswa menjawab dengan kritis, bukan sekadar pertanyaan pemahaman. Kegiatan ini merupakan kegiatan membaca yang penting dilakukan dikelas.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><br /></b></span> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>6)  Guided Writing</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Guided writing atau menulis terbimbing. Seperti dalam membaca terbimbing, dalam menulis terbimbing peran guru adalah sebagai fasilitator, yaitu membantu siswa menemukan hal yang ingin ditulisnya dengan jelas, sistematis, dan menarik. Guru bertindak sebagai pendorong bukan pengatur, sebagai pemberi saran bukan pemberi petunjuk. Dalam kegiatan ini proses writing dalam memilih topik, membuat draf, memperbaiki, dan mengedit dilakukan sendiri oleh siswa.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><br /></b></span> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>7)  Independent Reading</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Independent reading atau membaca bebas adalah kegiatan membaca yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan sendiri materi yang ingin dibacanya. Membaca bebas merupakan bagian integral dari whole language. Dalam independent reading siswa bertanggung jawab terhadap bacaan yang dipilihnya sehingga peran guru pun berubah dari seorang pemrakarsa, model, dan pemberi tuntunan menjadi seorang pengamat, fasilitator, dan pemberi respon.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><br /></b></span> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>8)  Independent writing</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Independent writing atau menulis bebas bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis, meningkatkan kebiasaan menulis, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam menulis. Dalam menulis bebas siswa mempunyai kesempatan untuk menulis tanpa ada interfensi dari guru. Siswa bertanggung jawab sepenuhnya dalam proses menulis. Jenis menulis yang termasuk dalam independent writing antara lain menulis jurnal, dan menulis respon. Jika akan menerapkan pendekatan ini, Anda mulailah perlahan-lahan. Jangan mencoba menerapkan semua komponen sekaligus karena akan membingungkan siswa. Cobalah dengan satu komponen dulu dan perhatikan hasilnya. Jika siswa telah terbiasa menggunakan komponen tersebut, baru kemudian dicoba diterapkan komponen yang lain.  </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>5. Penilaian dalam Kelas Whole Language</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dalam kelas whole language  guru senantiasa memperhatikan kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Secara informal selama pembelajaran berlangsung guru memperhatikan siswa menulis, mendengarkan siswa berdiskusi baik dalam kelompok maupun diskusi kelas. Ketika siswa bercakap-cakap dengan temannya atau dengan guru, penilaian juga dilakukan. Bahkan, guru juga memberikan penilaian saat siswa bermain selama waktu istirahat. Kemudian, penilaian juga berlangsung ketika siswa dan guru mengadakan konferensi. Walaupun guru tidak terlihat membawa-bawa buku, guru menggunakan alat penilaian seperti lembar observasi dan catatan anekdot. Dengan kata lain, dalam kelas whole language  guru memberikan penilaian pada siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Selain penilaian informal, penilaian juga dilakukan dengan menggunakan portofolio. Portofolio adalah kumpulan hasil kerja selama kegiatan pembelajaran. Dengan portofolio perkembangan siswa dapat terlihat secara otentik.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>6. Kelemahan dan Kelebihan Pendekatan Whole Language</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>1)  Kelemahan Pendekatan Whole Language</b></span></div><div style="text-align: justify;"></div><ul><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Perubahan menjadi kelas whole language memerlukan waktu yang cukup lama karena perubahan harus dilakukan dengan hati-hati dan perlahan agar menghasilkan kelas whole language yang diinginkan (Anderson 2007:21).</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Dalam penerapan whole language guru harus memahami dulu komponen-komponen whole languange agar pembelajaran dapat dilakukan secara maksimal (Puji Santoso. 2008:2.16).</span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b>2)   Kelebihan Pendekatan Whole Language</b></span></div><div style="text-align: justify;"></div><ul><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Pengajaran keterampilan berbahasa dan komponen bahasa seperti tata bahasa dan kosakata disajikan secara utuh bermakna dan dalam situasi nyata atau otentik (Rigg dalam Puji Santoso 2008: 2.3).</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Dalam kelas whole language siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Guru tidak perlu berdiri lagi di depan kelas menyampaikan materi. Sebagai fasilitator, guru berkeliling kelas mengamati dan mencatat kegiatan siswa. Dalam hal ini guru menilai siswa secara informal (Teuku Alamsyah.2007:23).</span></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Pendekatan whole language secara spesifik mengarah pada pembelajaran bahasa Indonesia. Namun, tidak tertutup kemungkinan untuk diterapkan dalam pembelajaran pelajaran-pelajaran yang lain, semisal IPS, karena pada dasarnya setiap mata pelajaran memiliki keterkaitan dan saling melengkapi (Teuku Alamsyah 2007:13)</span></li></ul></div>

Pendekatan Whole Languange

Pendekatan Whole Language (bahasa menyeluruh) telah digunakan dalam pembelajaran  bahasa di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Australia, Malaysia dan Indonesia. Di  Indonesia pendekatan bahasa …

Read more »