Selama ini Indonesia sudah termasyhur sebagai negara yang paling doyan membajak, salah satunya adalah software. Tapi ternyata, selain di bajak di Indonesia juga gemar memalsukan peranti lunak di pasar.
Perbedaan antara pembajakan dan pemalsuan, menurut Ketua Masyarakat Indonesia Anti Pemalsua (MIAP) Widyaretna Buenastuti terletak pada merek produk yang dihasilkan. Kalau dibajak, pelaku meng-copy sama persis dengan merek yang sama, kalau dipalsukan menggunakan merek berbeda dengan isi yang sama.
"Selain dibajak, softwate di Indonesia juga dipalsukan. Misalnya ada suatu kasus, produk Microsoft dipalsukan mereknya menjadi Microsof, tanpa huruf 'T'," jelas Widyaretna, usai pembentukan Komunitas Produk Asli, di Hotel Le Meredien, Jakarta, Selasa (22/12/2009).
Ditambahkan oleh Widyaretna, dari hasil penelitian MIAP dengan LPEM FEUI menemukan fakta kalau selama tahun 2000 sampai dengan 2005, akibat pemalsuan software yang mengalami kerugian hingga Rp3,6 triliun. Dan akibatnya, sebanyak 124 ribu lapangan kerja hilang.
"Kebanyakan dari yang dipalsukan tersebut memang software milik Microsoft karena memangkan softwarenya paling laku di sini," cetus wanita berjilbab ini.
Sementara itu, maraknya pembajakan serta pemalsuan tidak terlepas dari daya beli masyarakat yang lemah, hal itu tentu menjadi dilema. Akan tetapi bagi Dirjen HKI Andy Sommeng, perlu ada edukasi bagi masyarakat tentang pentingnya menggunakan produk asli.
Apalagi pemerintah tidak bisa melarang tekonologi baru masuk ke Indonesia, meskipun barang tersebut sangat laku.
http://sukses-uang.blogspot.com
Post a Comment